GELOMBANG digital memang tak terbendung lagi.
Kehidupan kita semakin semakin dipenuhi oleh hal-hal yang serba digital – mulai
dari pemakaian komputer, tablet, ponsel, hingga peralatan rumah tangga. Apakah
media cetak juga akan punah di era digital?
Yang jelas, digitalisasi
adalah sebuah keniscayaan. Apalagi faktanya, tingginya biaya cetak, serta
sirkulasi yang kian merosot membuat para penerbit berpikir ulang untuk
melanjutkan penerbitannya. Bukan hal yang mengejutkan kalau kemudian banyak
penerbit mulai melirik ke platform
digital, cepat atau lambat.
Jika dikaitkan dengan gerakan go green, digitalisasi tentunya akan memberikan banyak nilai plus. Dengan
mengonsumsi banyak kertas ternyata ikut mempercepat pengurangan hutan (deforestasi).
Sekitar 70% bahan kertas menggunakan kayu dari hutan. Untuk memproduksi 15 rim
kertas ukuran A4 saja diperlukan satu pohon. Bayangkan, setiap 7.000 eksemplar
koran yang kita baca setiap hari akan menghabiskan 10-17 pohon hutan. Jika penerbit
membutuhkan ratusan ribu koran (dan majalah) cetak setiap hari, ditambah
kebutuhan kertas di luar penerbitan yang lebih banyak lagi, berapa pohon yang
harus kita tebang?
Hutan Indonesia menyumbang 2,5 persen dari seluruh
kebutuhan kertas dunia, dan saat ini luasnya tinggal 120 juta hektare.
Digitalisasi media sedikit banyak ikut menyelamatkan hutan kita. Ditambah
dengan mengurangi penggunaan kertas untuk kebutuhan lain, paling tidak, kita ikut
mengurangi deforestasi. Saat ini setiap 10 detik kita menghancurkan hutan
seluas lapangan bola untuk memenuhi kebutuhan kertas yang tinggi.
Digitalisasi adalah
pengurangan penggunaan kertas. Surat-menyurat tidak perlu pakai kertas, tapi
cukup via email, atau yang lebih personal via SMS, BBM, WhatsApp, WeChat, dan
aplikasi chatting yang lain di
komputer dan ponsel. Orang-orang kantoran mulai membuat laporan, arsip, bahkan invoice dalam kertas digital. Anak-anak
sekolah membuat catatan, mengerjakan tugas, bahkan ujian harusnya dengan medium
digital.
Bukan mustahil, suatu saat koran
atau majalah Indonesia kelak menghentikan edisi cetaknya – menyusul majalah Newsweek yang sejak akhir 2012 sudah
menyetop edisi cetaknya dan berganti hanya edisi digital.
Kehidupan masyarakat di
seluruh dunia, termasuk di kota-kota besar Indonesia, saat ini semakin dipenuhi
oleh hal-hal yang serba digital. Digitalisasi bukan saja membuat hidup menjadi
mudah, tapi juga mendorong gerakan paperless,
yang tentu menghemat uang dan waktu. Kelak, kalau sudah full digitalized, bukan mustahil kita tidak membutuhkan kertas lagi,
karena semua sudah bisa didigitalkan – kecuali kertas toilet tentu. (Burhan Abe)
Sumber: MALE 26 http://male.detik.com