Rhenald Kasali: Camera Branding

Rhenald Kasali kembali meluncurkan buku, kali ini berjudul “Camera Branding: Cameragenic vs. Auragenic”.  

Sekarang adalah peradaban kamera, di mana setiap orang memiliki kamera (termasuk kamera ponsel) dan membentuk brand-nya. Lewat bukunya, Rhenald Kasali, founder Rumah Perubahan, dengan jeli mengangkat fenomena ini.  

Buku ini merupakan kajian terhadap perilaku selebriti, baik di panggung hiburan bisnis, maupun politik dan birokrasi dalam peradaban kamera ini.

Kajian terhadap sekitar 1.200 berita televisi (news, infotaiment, dan bisnis) ini dipadukan dengan respons publik di social media dalam 5 tahun terakhir (2007-2013) dengan mengamati secara langsung perilaku konsumen (pemirsa, pengosumsi) dan tokoh-tokoh publik (gubernur, politisi, birokrat, CEO, dan artis).  

Beberapa poin menarik dari buku ini adalah:  

  1. Dari Cameragenic menjadi Auragenic. Timbul kesadaran bahwa penampilan fisik sudah bukan lagi hal yang menentukan pilihan. Resonansi sosial melalu “interactivity” antara netizen memunculkan apa yang disebut dalam buku ini sebagai “auragenic” itu
  2. Auragenic tak dapat “dibaca” kalau sebuah brand terdiam atau terkontrol of script yang tak bisa diajak berkomunikasi. Social TV meyakinkan khalayak berinteraksi dengan brand (old brand, struggle brand, ataupun future brand). Reaksi-reaksi sesaat memunculkan aura yang ditangkap melalui panca indera khalayak.
  3. Di depan kamera tak ada gesture dan content yang jujur kecuali candid/hidden camera. Bahasa camera Cinta Laura, keaktoran para politisi, atau penampilan fisik selebriti – semua tidak genuine. Sehingga timbul kerinduan terhadap authentics, autentisitas atau sesuatu yang genuine, jujur, prososial atau bahkan altuism.
  4. Jokowi – Ahok adalah simbol authentics yang dirindukan masyarakat  karena memiliki auragenic yang kuat dan geneuine.
  5. Brand-brand tua dalam bisnis dengan cepat memanggil momentum. Coca cola dengan  tall vending machine – 2 cokes for oneadalah contoh penerapan Camera Branding.
  6. Camera Branding dapat digunakan untuk brand rejuvenite (peremajaan brand-brand tua) dengan menghidupkan aura brand, dan dapat mempercepat kelahiran brand-brand UKM tanpa biaya besar (seperti Dian Pelangi, Trijapreneur, dan lain-lain).
  7. Camera Banding melahirkan kekuatan bagi pejuang-pejuang sosial dalam karya-karya perubahan sosial (seperti pada ketokohan Haji Idin-Sanggrabuana dan Masril Koto – Komunitas Bank Tani).
  8. Camera Branding dapat membentuk perilaku “evil” dengan membandingkan tokoh-tokoh dan perilaku kontroversial (violence, mutilasi, korupsi, petualang-petualang wirausaha, dan seterusnya.)
  9. Tetapi Camera Branding dapat mentransformasi perilaku-perilaku buruk tersebut menjadi perilaku prososial dengan memunculkan (baca: mem-branding-kan heroism). Camera Branding Effect ini misalnya terjadi pada Een Sukaesih yang lumpuh seluruh badannya namun menyumbangkan tenaga dan pikirannya untuk mengajar. Ia menerima Liputan 6 Award, lalu diterima presiden di Istana, dan menjadi pembicara di social media. (Banality of Heroism as counterpoint to the Banality of Evil. Ordinary people do heroic deeds).
  10. Camera Branding akan menjadi fenomena penting dalam marketing, social transformation, politik, pembentukan karakter dan bisnis di era baru Indonesia.

Sebagai media massa yang paling berpengaruh, televisi tentu menjadi suatu ‘fasilitas’ yang kemudian dimanfaatkan oleh banyak orang, termasuk yang berkepentingan. Melalui daya pengaruhnya yang kuat, pemirsa televisi tentu akan langsung mengetahui siapakah tokoh utama televisi pada situasi tertentu. (*)

Previous article
Next article

Related Stories

spot_img

Discover

Merayakan Imlek 2024 Lebih Semarak di The Langham Jakarta 

Masuki tahun baik dengan energi positif dan pesta meriah yang lezat di T’ang Court  Perayaan...

Understand Digestive Imbalances During the Festive Season at RAKxa 

What are the Factors that Can Disrupt the Balance of Your Gut  During the winter...

Rocka Reopens at Six Senses Uluwatu, Bali

Rediscovering Sustainable Culinary Dining  Rocka Restaurant & Bar at Six Senses Uluwatu reopens its doors...

COAL Menghidupkan Suasana Bar di Jakarta Pusat

COAL adalah bar terbaru di Jakarta yang menyajikan koktail khas dengan sentuhan cita rasa...

Sunday Folks Luncurkan Aneka Pilihan Es Krim Artisanal di...

Merek asal Singapura ini menghadirkan pilihan es krim premium dan hidangan pencuci mulut di...

Rediscovering Bhutan: New Perspectives on the Last Buddhist Kingdom

Amankora reveals the heart of Bhutan with ever rarer and more awe-inspiring cultural experiences...

Popular Categories

Comments