Wilayah Asia Pasifik sekali lagi mencapai rekor kunjungan wisata sepanjang tahun 2013, menurut laporan yang dikeluarkan oleh perusahaan konsultan properti swasta terbesar di dunia Cushman & Wakefield.
The Asia Hotels View 2014, sebuah publikasi tahunan yang
menganalisa kinerja pasar perhotelan di
23 kota di seluruh Asia. Laporan ini mengungkapkan perkiraan pertumbuhan pasar
perhotelan sebesar 8% selama satu tahun (YOY/Year-on-year) pada semester
pertama 2013. Tahun lalu, 221,5 juta wisatawan telah berkunjung ke Asia, yang
berarti mencapai 7,2% lebih tinggi
dibandingkan tingkat kedatangan di 2011.
Di semua bagian wilayah Asia, Asia Tenggara memimpin dengan peningkatan
kunjungan wisata dari tahun ke tahun sebesar 9,9%. Di seluruh wilayah Asia, pemerintahnya
berupaya meningkatkan kapasitas bandara, pelabuhan laut dan jalur kereta api
dalam kerangka membangun konektivitas
antarkota dan infrastruktur sebagai bagian dari upaya menggenjot sektor
pariwisata mereka.
Sigrid Zialcita, Managing Director, Research, Cushman & Wakefield di Asia
Pasifik berpendapat, "Pariwisata di wilayah Asia saat ini berada dalam
suatu siklus yang menakjubkan, dipantik oleh efek positif dari peningkatan
status ekonomi kawasan serta pesatnya
pertumbuhan perjalanan udara yang kian terjangkau. Hal ini menjadi petanda baik
untuk prospek kebutuhan jangka panjang pariwisata Asia, yang memiliki implikasi positif pada pasar
perhotelan di kawasan itu ."
Pada 2012, pasar sebagian besar hotel di seluruh Asia
mengalami pertumbuhan positif dalam
rasio RevPAR ( Revenue per Available Room atau Pendapatan per Kamar)),
terkecuali Mumbai dan Kawasan NCR
(Nasional Capital Region/Ibu kota), India. Pasar teratas pertumbuhan RevPAR
adalah Bangkok (19,3% ), Hong Kong (10,1%) dan Jakarta (9,8%) . Posisi mereka
diuntungkan dari situasi pertumbuhan tingkat hunian dan kenaikan Tarif
Rata-rata Harian (ADR) di wilayah itu. Pasar
yang justru terlihat mengalami penurunan RevPAR adalah Bali (-4.6%) , Ho
Chi Minh City (-7.0%), Mumbai ( -15,1% ) dan wilayah NCR (-21,6%) , karena pasokan kamar hotel yang cukup
substansial saat ini.
Pada 2013 ,
kinerja hotel di wilayah Asia terlihat bervariasi. Dengan tambahan
secara dramatis penyediaan kamar baru dalam beberapa tahun terakhir ini,
terdapat beberapa penurunan harga yang
teramati di sejumlah wilayah , seperti Singapura dan Shanghai . Di sisi
lain, beberapa pasar baru berkembang
pesat seperti Dhaka, Yangon, Colombo dengan
ketersediaan pasar high-end hotel
yang terbatas, namun dalam situasi permintaan pariwisata yang tinggi, mereka tengah menikmati
pertumbuhan pendapatan yang kuat saat ini . Secara keseluruhan di wilayah Asia,
rasio RevPAR diperkirakan akan jatuh di bawah level tahun 2012, meskipun kinerjanya akan bervariasi di berbagai pasar.
Pasar Hotel seluruh Asia sedang mengalami pertumbuhan
yang terus menerus dalam hal pembangunan hotel baru maupun penyediaan kamar,
yang dimainkan oleh pemain internasional ataupun domestik yang sudah dikenal
seperti Hilton dan Starwood yang sedang berkembang pesat di China, India dan
Indonesia dan merupakan negara-negara dengan perencanaan pembangunan perhotelan
terbesar.
Akshay Kulkarni , Regional Director, Hospitality, Asia Selatan dan Asia Tenggara, Cushman &
Wakefield, mengatakan, "Sejumlah pasar hotel telah memiliki pasokan kamar yang besar dalam satu tahun terakhir atau lebih . Hal
ini telah menyebabkan rasio level regional RevPAR jatuh, pada paruh pertama
tahun 2013 terutama karena disebabkan oleh turunnya tingkat hunian . Meskipun begitu, kami berharap
banyak pada pasokan yang berlebih agar dapat segera terserap, mengikuti
penguatan permintaan di sektor pariwisata.
Ketika tingkat hunian mulai meningkat,
kita akan melihat tarif kamar terangkat ke atas di sebagian besar pasar.
Pertumbuhan RevPAR di pasar hotel Asia diperkirakan akan berubah positif pada
2014. Satu-satunya pengecualian barangkali adalah Seoul , yang menyongsong rencana pembangunan perhotelan
serentak yang belum pernah terjadi yakni 15.000 kamar selama dua hingga tiga
tahun mendatang , yang akan menggandakan pasokan saat ini."
Pasar investasi perhotelan di Asia telah ditandai oleh
penyerapan modal investasi besar di Jepang, Singapura dan Cina sepanjang tahun
ini. Sepanjang semester pertama tahun
2013, total volume investasi dari nilai aset perhotelan, terjual atau
dikontrak, telah mencapai USD 5.16 miliar. Ini merupakan peningkatan lebih dari
53 % dari periode yang sama tahun lalu. Termasuk data awal dari kuartal ketiga
(Q3) 2013, volume total investasi sampai saat ini ( YTD/year- to-date) telah
mencapai USD 8.14 miliar.
Cushman & Wakefield memperkirakan volume investasi
2013 mencapai Rp 10-12 miliar. Hal ini akan membuat tahun 2013 menjadi tahun
rekor investasi perhotelan setelah masa krisis keuangan global.
Akshay menambahkan, " Kita berharap 2014 dapat
mencapai peringkat sama atau mendekati
pencapaian aktivitas transaksional tahun ini. Pasar investasi Jepang, tidak
diragukan lagi akan dmeningkat lebih
lanjut dan memimpin kawasan, karena permintaan kuat korporasi dan meningkatnya
optimisme investor besar yang dipantik oleh reformasi ekonomi Abe. Diperkirakan
aktivitas transaksional Singapura akan surut setelah tahun sibuk saat ini.
Demikian pula, kecenderungan sama terhadap China yang akan surut karena ketaksesuaian harga dan perbedaan
ekspektasi antara pembeli dan penjual. India, Thailand, Indonesia dan Filipina
akan nampak lebih menarik di waktu mendatang
dengan perkiraan akan adanya beberapa transaksi besar. Negara-negara berkembang seperti
Myanmar dan Sri Lanka saat ini menjadi bidikan investasi, semakin
laik-investasi karena peningkatan stabilitas politiknya.’’
Arief Rahardjo, Senior Associate Director Research
& Advisory, Cushman & Wakefield, Indonesia, mengatakan, “Permintaan
kamar hotel di Jakarta diperkirakan akan terus positif di tahun mendatang ,
dengan peningkatan jumlah pelancong bisnis, seminar, eksibisi, konperensi serta
tamu jangka pendek dan menengah diharapkan hadir selama periode Pemilu
Indonesia tahun 2014. Meskipun peningkatan dalam pasokan kamar tetap berlanjut
selama 12 bulan, tingkat hunian di Jakarta secara keseluruhan diperkirakan
meningkat pada 2014.”
Arief menambahkan, “Pasar Bali akan tetap memiliki
prediksi yang positif karena orientasi kebutuhan wisatawan akan tempat berlibur
yang sudah melekat pada pulai dewata ini.
Bali juga berkembang sebagai destinasi dengan tujuan baru seperti tempat
pernikahan , juga untuk wisata kesehatan dan spa. Dengan pertumbuhan kunjungan
wisata setiap tahun, pasar perhotelan di Bali telah berkembang secara konsisten
selama beberapa tahun terakhir. Perbaikan sarana di Bandara Internasional
Ngurah Rai akan mendongkrak infrastruktur pariwisata Bali, memberikan kekuatan
dan ekspose untuk penyelenggaraan lebih banyak kegiatan konperensi dan pameran
selama 2014.”
Untuk membaca lebih lanjut tentang Asia Hotel Views
2014, silakan kunjungi: www.cushmanwakefield.com