Gunakan keuntungan pekerjaan yang fleksibel untuk
menarik dan menjaga kebetahan sumber daya manusia yang berkualitas
Dulu pekerjaan yang
fleksibel merupakan keuntungan yang hanya dimiliki oleh karyawan di bagian
penjualan dan beberapa manajer senior yang lebih banyak disibukkan oleh
pekerjaan diluar kantor, namun teknologi yang terus berkembang dan kebutuhan
untuk meningkatkan produktivitas kini telah merubah keadaan tersebut. Bekerja
secara fleksibel, setidaknya dalam jangka waktu tertentu (beberapa jam sehari),
kini menjadi hal yang esensial, terutama bagi Generasi Y dan Z yang notabene
adalah generasi yang selalu terhubung dengan ponsel pintar, tablet dan layanan
olahpesan cepat (instant messaging services). Menurut survey terakhir yang
diadakan oleh Regus, bekerja secara fleksibel masuk sebagai salah satu penentu
utama bagi seseorang untuk memilih pekerjaan baru dan menjadi faktor kunci
dalam menumbuhkan loyalitas karyawan dan
membuat mereka betah pada pekerjaannya.
Mahalnya proses
rekrutmen karyawan dan sulitnya mendapatkan sumber daya manusia yang
berkualitas sudah sejak lama menjadi tantangan bagi perusahaan di seluruh
dunia. Bahkan diantara tingginya persentase pengangguran terutama di bidang perindustrian dan
perekonomian. Sebanyak 24% dari perusahaan – perusahaan yang mengikuti survey
Regus Business Confidence index, mengindikasikan keinginannya untuk mengurangi
biaya perekrutan karyawan yang mahal itu. Salah satu cara untuk menghemat biaya
perekrutan dan pelatihan adalah dengan menjaga tingkat loyalitas karyawan yang
ada. Kemudian sebanyak 33% perusahaan yang mengikuti survey juga mengatakan
bahwa ini akan menjadi prioritas mereka dalam 12 bulan ke depan.

Selanjutnya pada
survey tersebut, 72% dari senior manajer menyatakan bahwa dengan menawarkan
pekerjaan yang fleksibel, ternyata menarik bagi sumber daya manusia yang
berkualitas. Ditambah lagi dengan jawaban 79% dari responden yang menyatakan
bahwa mereka akan mengambil pekerjaan yang serupa jika pekerjaan itu menawarkan
sistem bekerja secara fleksibel, dan 58% dari mereka menjawab akan menolak
tawaran pekerjaan yang tidak menawarkan hal serupa. 59% dari responden juga
menjawab mereka akan tinggal di perusahaan lama jika ditawarkan untuk bekerja
secara fleksibel.
Banyak yang
berprasangka bahwa pekerjaan yang fleksibel, lebih banyak diimplementasikan
oleh perusahaan kecil dibanding organisasi besar karena mereka lebih tidak
formal dan gesit, namun menurut data marginal hal tersebut tidaklah benar.
Kemungkinan anggapan tersebut hanya berdasarkan dari besarnya biaya yang
disediakan untuk proses perekrutan dan tunjangan yang lebih baik, tetapi para
organisasi besar inipun mempunyai spesialis atau departemen tertentu yang
khusus bekerja secara fleksibel.
Kini pekerjaan yang fleksibel meningkat menjadi faktor utama untuk menjaga stabilitas karyawan dan menarik sumber daya manusia yang berkualitas. Terutama perusahaan dengan sumber daya manusia yang rata-rata mempunyai umur cenderung lebih muda, harus segera menyadari kebutuhan terhadap pekerjaan yang fleksibel ini. Bekerja secara fleksibel bukan hanya menjadi hal yang darurat, namun telah menjadi kebutuhan esensial yang seringkali dijadikan sebuah pilihan untuk menarik sumber daya manusia yang berkualitas. (Charles Rossi, Regus Indonesia Country Manager)
Kini pekerjaan yang fleksibel meningkat menjadi faktor utama untuk menjaga stabilitas karyawan dan menarik sumber daya manusia yang berkualitas. Terutama perusahaan dengan sumber daya manusia yang rata-rata mempunyai umur cenderung lebih muda, harus segera menyadari kebutuhan terhadap pekerjaan yang fleksibel ini. Bekerja secara fleksibel bukan hanya menjadi hal yang darurat, namun telah menjadi kebutuhan esensial yang seringkali dijadikan sebuah pilihan untuk menarik sumber daya manusia yang berkualitas. (Charles Rossi, Regus Indonesia Country Manager)