Gelombang digital agaknya tak terbendung lagi. Sudah banyak yang meramalkan bahwa
digitalisasi mulai merambah ke segala aspek kehidupan kita.
Setelah teknologi digital masuk ke dunia komunikasi, cara
menyampaikan pesan pun berubah. Media sosial yang sedang marak, misalnya,
memudahkan orang lain untuk bertukar informasi. Sementara itu aplikasi chatting, membuat komunikasi tak
terhalang jarak. Bukan hanya komunikasi personal, konten marketing, bahkan kampanye
politik pun, mulai dilakukan di dunia maya – via komputer, bahkan perangkat mobile.
Seperti apa teknologi digital akan terus berkembang,
tidak ada yang tahu pasti. Namun, tentu tidak berlebihan kalau besar Google
Eric Emerson Schmidt, berpendpat bahwa masa depan media cetak adanya di dunia
digital.
Hal tersebut bukan tanpa alasan. Perhatikan saja,
siapa di antara kita yang tidak mempunyai ponsel atau smartphone. Bahkan sebagian di antara mereka sudah mempunyai
tablet, minimal smartphone yang
berukuran besar, yang sering disebut phablet. Asal tahu saja, phablet seperti Galaxy Note
3 berukuran 5,7 inci, tahun lalu laris manis,
dan tahun ini akan banyak lagi produk sejenis yang siap masuk pasaran.
Peranti-peranti tersebut sudah menjadi bagian dari
kehidupan mereka, mulai dari menelopon, ber-networking
via media sosial atau aplikasi chatting,
mendengarkan lagu, main game, browsing,
dan tentu saja mengonsumsi berita via online
dan media digital.
Saat ini, khususnya di Indonesia dibandingkan negara
maju, peralihan media offline ke online memang belum nampak besar. Tapi
pergerakannya di kota-kota besar lumayan cepat, bahkan tumbuh seperti deret
ukur. Peredaran smartphone dan tablet
yang terpusat di kota-kota besar, ikut mengubah gaya hidup digital kaum urban
Indonesia, tidak berbeda dengan gaya hidup penduduk dunia di kota-kota besar.
Banyak pakar membuat prediksi bahwa media cetak akan
menjadi masa lalu. Tak kurang dari Philip Meyer, yang menulis buku The Vanishing Newspaper yang meramalkan
koran bahwa akan berakhir dalam beberapa tahun ke depan. Hal ini juga diamini
oleh Asto Subroto dari lembaga Survey Mars.
Ramalan terbaru dan cukup mengejutkan, seperti
diisebut di muka, datang dari Eric Schmidt, bahwa usia media cetak tinggal lima
tahun lagi. Ia meyakini gelombang digitalisasi akan berpengaruh kepada
perkembangan media, yang tadinya cetak beralih ke digital. Selain mengurangi
biaya cetak, dengan basis digital penerbit bisa lebih mudah mencapai target
pembaca. Bukan mustahil, semakin meluas pembacanya, pengiklan pun semakin
tertarik beriklan di media digital agar tepat sasarsan. (Burhan Abe)
Sumber: MALE 63 http://male.detik.com
Sumber: MALE 63 http://male.detik.com