Dunia fiksi memiliki konsep unik, indah, dan tentu daya tarik. Penyampaian melalui film, komik, game, dongeng, dan animasi menciptakan ruang bagi penyukanya untuk mewujudkan kecintaan terhadap cerita serta tokoh yang ada.
Sebagian orang mengoleksi
berbagai aksesori yang berhubungan dengan film, komik, dongeng, game, atau film animasi favorit.
Fenomena yang sedang trendy adalah cosplay. Cosplayer, sebutan bagi pelakunya, menawarkan sisi baru yang
berbeda. Tokoh, yang awalnya hanya bisa dilihat melalui layar lebar, TV, dan
komik, diwujudkan dalam dunia nyata.
Banyaknya jenis dan genre
cosplay menjadi tantangan tersendiri
untuk menciptakan karya yang menawan. Di sinilah pentingnya peran costume maker guna menunjukkan
kemampuannya. Mereka tak hanya adu kreasi, tapi juga adu imajinasi.
Cosplay bukanlah budaya baru. Negara-negara Barat juga memiliki
tradisi unik penggunaan kostum pada pesta dan hari-hari besar mereka. Dalam
perayaan Halloween, misalnya, sekelompok orang mengenakan kostum yang identik
dengan tokoh horor, tapi tak sedikit yang memakai kostum karakter yang berasal
dari film.
Seiring dengan
berjalannya waktu, industri manga dan film animasi asal Jepang berkembang pesat
1990-an. Hal itu memberi dampak penting bagi kehadiran cosplay di beberapa negara, yang kian banyak peminatnya. Sebutan
cosplay pun dipahami secara lebih luas, tidak hanya milik Jepang, tapi
internasional.
Lalu apa yang menjadikan
cosplay memiliki kesan berbeda dibanding pesta kostum lainnya? Cosplay, bagi
cosplayer, tak sekadar mengenakan kostum atau bertransformasi menjadi idolanya,
lebih dari itu, merupakan pendalaman karakter tokoh yang diperankan. “Cosplayer harus mengikuti karakter tokoh
yang diperankan,” kata Vian, peserta cosplay,
dalam acara Battle of the Toys 2014, yang diselenggarakan pada 6-7 September
2014, di Balai Kartini, Jakarta.
Membuat kostum cosplay tak sekadar perlu modal, tapi
kreativitas. Eksistensi costume maker
makin kuat dan menunjukkan tren positif. Mereka tak hanya adu kreasi, tapi juga
adu imajinasi. Di Indonesia, pembuat kostum cosplay
sudah muncul sejak era 1990-an.
Tak sedikit pembuat
kostum cosplay mengawali karier
karena tuntutan membuat kostum yang terjangkau kantong. Lambat-laun sponsor
melihat potensi komersial cosplay.
Inilah yang kemudian menjadi faktor yang mempengaruhi digelarnya berbagai event, yang tentunya merupakan momen
yang tepat bagi costume maker
merealisasi idenya. Tak sedikit pula yang mengambil keuntungan dari karyanya.
Tidak selalu menciptakan kostum memerlukan banyak uang. Semua dilihat dari jenis kostum,
tingkat kesulitan, dan bahan yang digunakan. Inilah yang mendasari cosplayer lebih memilih membuatnya
sendiri. Dengan membuat kostum sendiri, ruang kreativitas menjadi lebih
fleksibel dan bujet dapat diatur sesuai dengan keinginan.
Memang, kebanyakan cosplayer lebih memilih membeli daripada
harus melalui proses pembuatan. Maka terbuka kesempatan bagi costume maker menciptakan karya yang ready to wear. Apalagi saat ini sudah
banyak industri pembuatan kostum cosplay
yang dapat menghasilkan karya yang sempurna, memuaskan, dan berkualitas sangat
baik. Ya, seperti di film itu sendiri, semua pemain mengambil peran
masing-masing.
Sumber: MALE Zone by Dedy Sofan - MALE 99 http://male.detik.com
punya contact2 personnya ?tq
ReplyDelete