Sales Promotion
Girl (SPG) ibarat bunga yang memeriahkan pameran. Pada pameran otomotif tahunan
Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) di Indonesia Convention
Exhibition, BSD City, Tangerang, dan Indonesia International Motor Show (IIMS)
di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Agustus lalu, misalnya. Barisan perempuan
cantik dengan tubuh tinggi semampai dan senyum manis menjadi warna tersendiri
di setiap booth, lengkap dengan
sapaan cantik mereka.
"Mereka ibarat
bunga yang mengharumkan pameran. Datang ke pameran, tapi enggak ada mereka,
pasti nggak menarik," kata seorang head,
yang membawahi customer service sebuah agen tunggal pemegang merek (ATPM).
Keberadaan mereka
menguntungkan ATPM untuk menarik minat pengunjung. Sebaliknya, acara tersebut juga
menjadi bonus tahunan bagi bunga-bunga pameran itu untuk mendapat honor yang
lumayan. Juga, konon, tambahan fulus lainnya?
Aha, fulus yang dimaksud
berasal dari sumber lain, bukan dari honor menjaga pameran. Menurut sumber MALE,
oknum SPG otomotif nakal memang ada. “Awalnya mereka menyapa pengunjung yang
datang, lalu sok-sok difoto. Kalau dilihat customer-nya
pas buat dia, pasti diberi nomor telepon, istilahnya nyebar jala. Biasanya
bahasa tubuh mereka berbeda dengan SPG yang lurus-lurus saja,” ujarnya.
Transaksi antara SPG dan customer biasanya akan berlanjut seusai
pameran. "Maka jaga stan cuma sampingan yang dijadikan modus untuk
'jualan'. Tarif mereka paling murah sekitar Rp 1,5 juta untuk short time. Tarif itu kebanyakan untuk
SPG dari daerah, sedangkan yang dari Jakarta minimal Rp 3 juta," ia
menjelaskan.
Sumber MALE, yang
berkecimpung di event organizer selama tiga tahun terakhir, menyatakan pameran
otomotif tahunan ini menjadi bisnis tersembunyi agensi yang menyediakan SPG++.
Mereka tak segan-segan mendatangkan perempuan dari berbagai daerah sesuai
dengan permintaan klien, seperti dari Medan, Manado, bahkan Bangkok, Thailand. "Seperti
klien dari Jepang, yang meminta SPG oriental. Tawarannya pun cukup fantastis,
mulai Rp 5 juta untuk short time," ungkapnya.
Uniknya, permintaan
terkadang justru berasal dari SPG yang membutuhkan honor tambahan. Biasanya SPG
nakal ini sudah terbuai oleh gaya hidup mewah, yang bisa dilihat dari barang
yang dipakai, yang serba bermerek. Kadang barang yang dipakai lebih mahal daripada
punya klien.
Berkaitan dengan isu SPG
plus ini, pihak penyelenggara pameran mengaku pihaknya cukup kesulitan
memfilternya. “Kami tidak tahu mereka nakal atau tidak. Yang penting, mereka
bekerja dengan benar dan bertanggung jawab atas pekerjaan. Setelah bertugas,
mau ngapa-ngapain, ya, itu kembali ke individu masing-masing,” katanya.
No comments:
Post a Comment