![]() |
MALE 157 |
Industri perfilman
Hollywood berperan penting dalam sejarah perkembangan film horor dunia. Berkat
tangan dingin sang sutradara, film horor akhirnya berhasil mencuri perhatian
publik – meski masih sedikit yang berhasil memboyong Academy Awards.
Sebelum teknologi canggih
hadir, cerita dan penokohan menjadi kekuatan utama sineas untuk menakuti
penonton. Tapi kini, dengan teknologi yang semakin canggih, para sineas semakin
mudah menuangkan imajinasi tanpa limitasi. Tidak ada batasan untuk
memperlihatkan wujud yang lebih nyata dan mengerikan, termasuk menciptakan
atmosfer menyeramkan dalam skala besar.
Menilik ke belakang,
sebelum teknologi canggih hadir, cerita dan penokohan menjadi kekuatan utama
sineas untuk menakuti penonton. Alfred Hitchcock adalah sosok penting yang
menjadi pelopor sinematografi horor yang khas dan banyak digunakan oleh
sutradara.
Ia memperlihatkan scare tactic bukan berdasarkan makhluk
halus atau monster, melainkan cerita sederhana perilaku manusia yang berlebihan
dan menyimpang. Film psycho menjadi contoh nyata bagaimana ia membangun
ketegangan di sepanjang film melalui dialog, musik, dan angle kamera yang
berbeda. Berkat kejeniusannya menggarap film tersebut, Hitchcock berhasil masuk
nominasi sebagai sutradara terbaik dalam Academy Awards 1961. Film karyanya
juga menjadi cabang genre horor yang lain, yakni thriller dan suspense.
Sineas lain yang berhasil
menghidupkan film horor adalah Wes Craven, John Carpenter, dan George A.
Romero. Mereka sukses menyajikan film horor dengan gaya yang berbeda. Karya
mereka pun mendapat respons positif. Ketiganya tidak hanya menghasilkan film
berkualitas yang dapat menakuti penonton, tapi juga meraup keuntungan besar.
Maka yang mereka buat tidak sekadar menjadi ikon, tapi memiliki daya tarik
untuk dirilis kembali dalam bentuk sekuel atau reboot.
Film A Nightmare on Elm
Street karya Wes Craven, misalnya, sukses menelurkan delapan sekuel dengan
tokoh penjahat ikonik Freddy Krueger yang diciptakan. Meski tak mengerjakan
film sekuelnya, Craven berhasil menjadikannya tonggak lahirnya film horor
franchise. Dengan tangan dinginnya, tercipta karya orisinal yang lain, yang
turut membuka jalur baru dan diikuti oleh sineas lain, yakni film Scream.
![]() |
Imajinasi Tanpa Batas |
John Carpenter dikenal
lewat filmnya bertajuk Halloween. Film dengan gaya slasher ini merupakan salah
satu film horor berkualitas yang sukses dan meraih banyak keuntungan. Ia selalu
menciptakan cara berbeda untuk membangkitkan rasa takut. Sebuah konsep horor
dengan ide unik disajikannya lewat film Christine. Film itu bercerita tentang
mobil yang memiliki kekuatan jahat.
Konsep horor yang lain
ditawarkan oleh George A. Romero lewat film Night of the Living Dead, yang
dirilis pada 1968. Berkat film tersebut, Romero dikenal sebagai pelopor film
zombie, yang hingga saat ini masih menjadi tema yang menarik diangkat ke film
layar lebar ataupun serial TV.
Nama-nama sineas yang juga
turut mengukir sejarah perfilman horor Hollywood adalah Tobe Hooper, Clive
Barker, dan David Cronenberg. Para sutradara veteran horor itu ikut andil dalam
munculnya generasi baru film horor. Mereka hadir dengan mengenalkan sensasi dan
pengalaman tertentu di tengah gaya mainstream perfilman horor Amerika.
Nama seperti James Wan dan
Eli Roth diklaim sebagai generasi milenium yang dapat mendobrak gaya lama
dengan rasa baru, dengan menciptakan ketakutan yang berbeda. Tak percaya, simak
saja film The Conjuring, Insidious, Saw, dan Hostel.
![]() |
Adaptasi Cerita Rakyat |
Kuntilanak Goes Hollywood
Berbeda dengan ikon film
horor Hollywood yang sengaja diciptakan oleh sutradara, film Indonesia
mengambilnya dari cerita rakyat, yang sering berkaitan dengan takhayul daerah
tertentu. Sebut saja Kuntilanak, Pocong, Suster Ngesot, Tuyul, dan Nyi Roro
Kidul merupakan karya yang menampilkan ikon hantu populer.
Selain cerita yang kuat,
aktor yang memainkan peran berdampak besar terhadap keberhasilan film horor.
Sebut saja Suzanna, namanya identik dengan film horor era 1970-an berkat
perannya sebagai kuntilanak dan pocong. Tak mengherankan, sejak saat itu film
horor pun menjadi lahan manis bagi Suzanna, seperti Nyi Blorong, Ratu Pantai
Selatan, dan Sundel Bolong.
Memang, tak sedikit
sutradara yang mulai menciptakan ikon horor baru. Salah satu contohnya film
Jelangkung karya sutradara Jose Poernomo dan Rizal Mantovani, yang sukses
membetot perhatian publik pada 2001. Padahal, jika melihat sejarah, jelangkung
sebenarnya berasal dari cerita rakyat Cina, Cai Lang Gong.
Selain cerita yang kuat,
sebenarnya tangan dingin sutradara menjadi faktor penentu kesuksesan sebuah film
horor. Celakanya, masih minim sutradara di Tanan Air yang serius menggarap film
horor. Padahal, dari 130 film yang dirilis setiap tahun, 30 di antaranya film
horor. Kalau digarap serius, tidak mustahil kuntilanak kelak bisa mencapai
Hollywood.
Sumber: MALE Zone, MALE 157 – http://male.detik.com
No comments:
Post a Comment