Bila ingin lebih, concierge villa dapat mengatur pelayaran senja bersama ahli biologi laut, atau malam mengintip galaksi bersama astronom. Dan ketika ingin benar-benar menyepi, selami plunge pool privat di La Casetta, rumah tamu batu Liguria yang tersembunyi di kebun villa, atau menghilang dalam ritual panjang di Dior Spa milik Splendido yang hanya lima menit berjalan kaki.
Sementara itu, sang koki dan butler 24 jam memastikan Anda tidak perlu memikirkan apa pun. Di sini, jam tangan mewah Anda hanya berfungsi sebagai aksesori, bukan pengingat waktu. Karena seperti kata Patrick Leigh Fermor, “Ada masa-masa ketika jam-jam lebih berharga daripada berlian.”
Lebih dari Sebuah Villa, Sebuah Hidup yang Ingin Anda Tiru
Villa Beatrice bukan sekadar tempat tinggal mewah yang bisa disewa. Ia adalah perwujudan dari gaya hidup yang pelan, sadar, dan penuh perayaan akan hal-hal kecil—seperti angin laut yang memanggil lewat jendela terbuka, atau cahayanya yang memantul di lantai cotto antico. Di sini, Anda tidak hanya menginap; Anda mengambil bagian dalam sebuah babak baru rumah ini, yang sudah menyaksikan lebih dari seratus musim panas dan belum berniat berhenti mencipta kenangan.
Bacaan wajib pada clubbers dan Jakartan: Jakarta After Dark
Dengan hanya empat suite utama, plus La Casetta tersembunyi, tempat ini terasa seperti vila keluarga yang telah melewati generasi, tapi kini dibuka untuk Anda—tanpa kehilangan keintiman. Anda bisa merayakan ulang tahun pernikahan ke-20 dengan makan malam untuk 30 orang di teras teateral, atau hanya bermalas-malasan membaca buku di bawah pohon pinus payung, membiarkan aromanya mencuri perhatian Anda dari kalimat-kalimat Hemingway.




Penutup: Liguria, Tapi Dengan Cara Anda Sendiri
Pada akhirnya, Villa Beatrice hanyalah salah satu titik dalam trilogi Belmond di Riviera ini, bersama Splendido Mare yang bertengger manja di piazzetta Portofino dan Splendido yang legendaris di atas bukit. Tapi ia juga berbeda—lebih rahasia, lebih personal, lebih Anda.
Karena di sinilah Liguria menjadi sepenuhnya milik Anda, dengan segala dongeng laut, bukit, arsitektur eklektik, dan angin garamnya. Dan saat pagi datang dengan embun tipis di pucuk pinus, Anda mungkin akan menyadari: semua ini bukan hanya tentang tempat menginap, tapi tentang bagaimana seharusnya hidup dinikmati. Perlahan, penuh rasa syukur, dan, tentu saja, dengan segelas negroni di tangan. (*)