Sensualitas Jazz Sergio Mendes

Sergio Mendes, seniman jazz Brasil itu, tampil di Dji Sam Soe Super Premium Jakarta International Java Jazz Festival 2007. Ia membawakan Mas Que Nada lagu “wajib” yang ia ramu dalam jazz samba. “Samba Brasil itu sensual,” kata Mendes.

Mas que nada
Sai da minha frente
Eu quero passar
Pois o samba está animado

Itu lirik awal lagu Mas Que Nada yang berbicara tentang asyiknya bergoyang samba. Arti lirik kurang lebih seperti ini: Mas que nada, oh come on, ayolah/ beri aku jalan/ aku mau lewat/ karena samba sangat mengasyikkan/ yang kumau hanyalah bergoyang, bergoyang.

“Mas Que Nada itu lagu yang magis. Lagu itu populer tahun 1966, dan tahun lalu (2006) meledak lagi bersama Black Eyed Peas,” ujar Sergio Mendes (66) yang ditemui sesaat setelah acara jumpa pers di Lagoon Tower, Hotel Soultan, 28 Februari 2007 siang.

Mas Que Nada termuat dalam album Mendes, Brazil 66. Angka 66 itu menunjuk pada tahun pembuatan album 1966. “Kekuatan lagu itu ada pada melodi. Lagu itu dibawakan Jorge Ben (tahun 1963). Saya merekam dan menggarap musiknya tahun 1966. Wonderful melody, dan rhythm yang mengasyikkan,” tutur Mendes yang siang itu tampil santai dengan celana pendek dan kaus warna hijau.

Mendes, pria kelahiran Niterói, Rio de Janeiro, Brasil, 11 Februari 1941 itu adalah anak seorang dokter. Ia masuk Konservatori Musik Brasil dengan harapan akan menjadi pianis klasik. Telinganya lebih tertarik untuk menyerap realitas musik di Brasil yang menurut dia begitu beragam dan menggairahkan. Kontributor dari keragaman musik itu, kata Mendes, adalah orang-orang dari Afrika yang dipekerjakan di perkebunan- perkebunan di Brasil.

“Mereka membawa rhythm yang indah dan mengasyikkan, dan juga instrumen musik,” papar Mendes.

Era akhir 1950-an, seniman Brasil Antônio Carlos Jobim, Vinicius de Moraes, dan João Gilberto bereksplorasi dengan samba dan elemen musik yang tumbuh di Brasil lainnya. Mereka meramunya dengan cool jazz. Lahirlah kemudian bossanova, artinya gaya (rasa) baru. Saat bossanova populer itulah Mendes mulai menapak pentas musik. Ia bermain jazz di kafe-kafe. Ia tumbuh dalam lingkungan musik Brasil dengan mentor para eksponen bossanova, khususnya Jobim.

Awal 1960-an, Mendes hijrah ke New York. Bersama grupnya, ia bermain di pentas jazz berwibawa, termasuk di Birdland, klub jazz tempat mangkal jazzer top. Pertengahan era 1960-an ia teken kontrak dengan perusahaan rekaman A&M Records. Saat itu tergagas olehnya untuk menggali musik dari kampung halamannya, Brasil.

Hasilnya memang bisa disebut sejarah. Mas Que Nada versi Mendes meledak di Amerika. Itu merupakan lagu berbahasa Portugis pertama yang menduduki puncak tangga American Billboard. “Kami di Brasil mempunyai jenis musik yang beragam. Samba, bossanova, hanyalah bagian dari lanskap musik di Brasil. Seperti halnya jazz, akar dari musik Brasil adalah musik dari Afrika. Itulah akar kami,” katanya.

Related Stories

spot_img

Discover

Menghirup Kedamaian di Amanjena yang Baru Dibuka Kembali

Begitu memasuki Amanjena, hal pertama yang terasa adalah ketenangan. Dikelilingi pohon palem dan zaitun...

KYRO: Babak Baru Gastronomi dan Nightlife Jakarta

Untuk mereka yang percaya bahwa makan malam tak sekadar ritual—melainkan pernyataan gaya hidup. Di tengah...

Liburan Musim Panas 2026 Club Med: Dari Puncak Pegunungan...

Matahari, pantai, dan petualangan—semua bisa Anda nikmati tanpa repot di Club Med musim panas...

KLEO Seminyak: Hotel Butik yang Bikin Seminyak Makin Hidup

Kalau selama ini Seminyak cuma soal pantai, sunset, dan klub malam, sekarang ada alasan...

Bvlgari Resort Bali Hadirkan The Serpenti Pool Club: Merayakan...

Terletak di puncak tebing Uluwatu yang dramatis, Bvlgari Resort Bali menambah bab baru dalam...

Visit Saudi Travel Fair 2025 Hadir di Jakarta: Saatnya...

Musim liburan akhir tahun akan terasa berbeda kali ini. Saudi Tourism Authority (STA) membawa...

Popular Categories

Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here