Keragaman samba itu disebut dalam lirik Mas Que Nada: Este samba/ Que é misto de maracatu. Ini samba/ campuran dengan maracatu. Maracatu adalah bentuk seni pertunjukan yang berkembang di Brasil dan berakar dari tradisi Afrika.
Mendes menangkap rhythm samba yang di telinganya terasa sensual itu. Dengan cerdas, ia mengolah elemen musik tersebut lalu meramunya dengan jazz dan pop. Hasilnya antara lain terdengar pada garapan Mendes untuk Mas Que Nada. “Musik Brasil itu tidak hanya rhythm, tapi juga melodi yang indah dan sensual. Musik yang sensual itulah yang saya kira membuat orang yang mendengar dan menghayatinya seperti bermimpi dan bergoyang.”
Mas Que Nada versi Mendes terbukti menjadi lagu awet. Nyatanya, lagu itu populer pada setiap era. Ia bahkan menjadi lagu “wajib” di kafe-kafe Jakarta.
Tahun 2006, Mendes didatangi musisi muda yang mengaku sebagai penggemar beratnya. Musisi muda itu adalah William alias William James Adams (31), personel, penulis lagu, dan produser grup hip-hop Black Eyed Peas. Ia menyebut Mendes sebagai inspirasi terbesarnya.
Mereka membuat kolaborasi kreatif. Mendes membawa lagu- lagu bossanova, samba Brasil, sedangkan Will mengalirkan semangat hip-hop yang tengah meluap-luap di belantika musik hari ini. Kerja sama mereka terekam dalam album Sergio Mendes: Timeless, yang antara lain memuat Mas Que Nada versi ramuan samba-hip-hop-R&B dan diterima kaum muda hari ini. Mendes menyebut musisi muda itu sebagai darah baru yang selalu mengalir di setiap zaman.
Musik Mendes terbukti mampu menembus era berikut generasi penghuni zaman. Ia juga melewati batas-batas kultural. Kemampuan itu, menurut Mendes, terletak pada semangat musik yang lahir dari kehidupan. Termasuk kehidupan para seniman alam Afrika yang diperbudak peradaban kapitalis. Daya hidup mereka membekaskan keindahan auditif. Itu yang ditangkap Mendes dan akan disebarkannya di Java Jazz.
“Itu adalah semangat suka cita, gembira, penuh senyum, dan pesta ria. Semua orang diundang, ayo!” Mas Que Nada! (Frans Sartono)
Kompas, 02 Maret 2007