Tsunami Digital

Digitatalisasi, khususnya di bidang penerbitan, tak terbendung lagi. Media harus bertransformasi kalau ingin tetap survive. Pengamat pemasaran Yuswohady memperbicangkan dalam ‘Obrolan Langsat’ dengan topik “Digital Tsunami: The Media Company Challenges”. Saya pun tergelitik juga untuk menulis topik tersebut di  MALE Magazine edisi 17, 22 – 28 Februari 2013.  

Mengapa Harus Majalah Digital?

Berubahnya platform majalah Newsweek ke 100 persen digital penuh per 31 Desember 2012 seolah menjadi tonggak untuk masuk diskusi yang lebih serius tentang bentuk majalah di masa depan. Bagaimana strategi penerbit media konvensional menyongsong era digital?  

Tidak bisa dimungkiri, pasar media cetak semakin mengecil, bahkan ada yang meramalkan akan “wassalam” dalam 10 tahun ke depan. Kita menyaksikan maraknya pasar perangkat digital, khususnya PC tablet, sebutlah iPad dan Galaxy Tab, beberapa tahun belakangan ini. Persaingan dua produk tersebut berperan dalam pertumbuhan pasar tablet secara keseluruhan, dan pada kuartal akhir 2012 terjual 52,5 juta unit – naik 75% dari periode yang sama tahun sebelumnya.  

Pada saat yang bersamaan kabar dari media cetak tidaklah menggembirakan. Mereka tidak hanya sulit menaikkan tiras, tapi juga susah menaikkan pendapatan iklan. Itu sebabnya, beberapa penerbit media di Amerika dan Eropa ramai-ramai membuat kmedia dalam versi iPad. Ada yang memilih full digital (Christian Science Monitor, NRC, Newsweek), ada yang malah menutup sepenuhnya (Financial Times Deutschland). Beberapa yang masih bertahan di cetak, umumnya berada dalam posisi sulit, sebutlah New York Times dan Washington Post.  

Mengubah platformadalah salah satu solusi, hadirnya PC tablet menjadi harapan baru bagi para penerbit koran dan majalah di seluruh dunia. Sebetulnya tidak hanya iPad, yang menjadi kanal distribusi yang potensial menjangkau pembaca lebih luas, tapi juga tablet dengan basis sistem operasi Android yang populasinya lebih banyak.  

Apa yang terjadi di dunia global, tidak mustahil akan menular ke Indonesia – ini hanya persoalan waktu saja. Apalagi ada perubahan perilaku pembaca yang berlaku secara universal, mereka lebih menyukai mengonsumsi media dalam format digital ketimbang cetak. Informasi yang mereka dapat tidak hanya cepat, tapi menghibur pula, karena memungkinkan menggabungkan antara tulisan, gambar, animasi, dan video, seperti Majalah MALE yang sejak awal memang mengkhususkan diri sebagai majalah digital interaktif.   

(Burhan Abe – Editor in Chief Male Magazine)

Related Stories

spot_img

Discover

Menemukan Ketenangan: Koleksi Secluded Villa Dari Nakula

A Gentleman’s Escape, Bali Style Bali mungkin terkenal dengan beach club yang ramai, pesta sampai...

Start Small, Scale Big: Buku yang Bikin Kita Ingin...

Saya harus jujur, awalnya saya pikir buku tentang bisnis startup itu pasti rumit, penuh...

PR 4.0: Mengelola Persepsi di Era Digital – Blueprint...

Di dunia bisnis modern, teknologi bukan lagi sekadar alat, melainkan lanskap tempat reputasi dibangun...

Dari Bandung ke London: Adhi, Anak Indonesia di Jantung...

Di balik layar kecerdasan buatan yang hari-hari ini mengubah cara manusia bekerja, belajar, bahkan...

“Behind The Stage”: Buku Paling Rock Tentang Bisnis Musik...

Kalau lo pikir industri musik itu cuma soal panggung, sound system, dan lighting keren,...

Slow Burn: Saatnya Menikmati Hidup Pelan-Pelan Lewat Cerutu, dari...

Kalau selama ini Anda mengira cerutu hanya milik kalangan pria tua berperut buncit yang...

Popular Categories

Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here