Digital Publications

PERKEMBANGAN teknologi yang cepat menuntut semua hal menjadi lebih praktis dan mudah. Kehadiran majalah digital, karenanya, menjadi penting, bahkan mulai menggusur media konvensional – tutupnya sejumlah majalah cetak di sebuah penerbitan besar adalah contoh yang konretnya.  

Menjamurnya PC tablet, juga smart phone dan phablet, tak ayal, membuat marak penerbitan media digital. Selain praktis, mudah, dan efisien, majalah digital juga tampil lebih atraktif dan komunikatif, serta kaya akan konten yang membuat pembaca bisa lebih menikmati platform baru ini.  

Memang, ada yang bilang bahwa majalah digital saat ini hanya mewakili sebagian kecil dari total sirkulasi majalah saat ini, terutama di Indonesia yang pertumbuhan majalah digitalnya tidak sepesat di negara-negara maju. Tapi banyak yang lupa bahwa oplah majalah cetak nasional juga tidak berkembang, bahkan makin mengecil.    

Kalau ada yang bilang bahwa majalah digital tidak serta merta menggantikan  media cetak, itu memag benar adanya. Industri penerbitan digital yang relatif baru dimulai ini, tepatnya tahun 2010, memang memerlukan waktu menancapkan eksistensinya. Perlu beberapa waktu lagi untuk mengembangkan pemahaman yang mendalam dari teknologi baru ini, baik oleh publisher maupun pembaca.  

Di Indonesia sendiri mungkin terlalu cepat mengatakan media cetak akan mati digantikan media digital. Tapi juga terlalu naif kalau menyatakan media cetak akan terus hidup. Banyak alasan yang membuat media cetak makin mengecil untuk tidak mengatakan mati. Yang pertama adalah fakta bahwa harga kertas dan biaya cetak makin mahal, belum lagi soal ketidakramahan terhadao lingkungan. Fakta berikutnya, media digital terus berkembang, masyarakat juga semakin melek digital dengan tingkat penggunaan smartphone dan tablet yag semakin meluas tanpa pandang status sosial.  

Memang, seperti dikatakan Profesor Jurnalistik Klaus Meier dari Universitas Eichstätt-Ingolstadt, Jerman, bahwa media cetak tak akan langsung mati, tapi akan ada perpaduan antara media cetak dan online atau digital. “Di masa depan, mereka akan hadir saling melengkapi,” katanya.    

Tidak jelas, sejauh mana porsi masing-masing, antara cetak dan digital. Tapi yang  jelas, digitalisasi media adalah sebuah keniscayaan. Tantangan semua publisher yang ingin tetap bertahan. Itu pula tantangan yang diemban MALE sebagai salah satu pelopor penerbitan digital di Tanah Air. Tantangan untuk selalu menghadirkan konten yang menarik, yang dikemas dalam sebuah platform yang menarik pula. Kreativitas, itulah yang selalu diasah terus-menerus, untuk menghasilkan yang terbaik. (Burhan Abe)  

Sumber: Editor’s Note – MALE 122

Related Stories

spot_img

Discover

Banyan Tree Mengajak Dunia Mengambil “Sacred Pause” Lewat Kampanye...

Dari lembah gurun hingga karang tropis, dari kuil sakral hingga gunung bersalju—Banyan Tree menghadirkan...

Wine Not? — Ketika Segelas Anggur Menyimpan Cerita

Apa yang ada di benak Anda saat mendengar kata “wine”? Mewah? Barat banget? Atau...

Bermimpi Jadi Unicorn? Mulai dari 3 Buku Ini

Ingin membangun startup tapi bingung mulai dari mana? Atau sedang dalam fase tumbuh tapi...

Gaya Kepemimpinan Efektif: Antara Power, People, dan Playbook

Oleh Maureen ASD, Rizkiana Shadewi, & Eileen Rachman Di dunia kerja, bos keren bukan cuma...

Bikin Startup di 2025, Masih Menarik? Banget—Asal Tahu Celahnya!

Setelah dunia startup sempat gonjang-ganjing dengan gelombang PHK dan isu “bakar uang” yang tak...

Nyari Cuan di Internet: Dari Rebahan Jadi Uang Beneran

Siapa bilang cari duit harus pergi pagi pulang malam, kena macet, terus gaji habis...

Popular Categories

Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here