Thailand merupakan
negara yang tidak hanya maju dalam bidang pertanian dan pariwisata, tapi industri
perfilmannya juga menarik untuk disimak. Kekuatan budaya dan eksotisme tempat
wisata yang ditawarkan menyedot wisatawan datang ke negara itu. Hal ini pulalah
yang membuat sineas Barat kepincut membuat film berlatar keindahan, bahkan
bertema, Negeri Gajah Putih.
Setidaknya ada dua faktor
lain, yang menjadikan negeri tersebut istimewa. Biaya produksi relatif rendah,
dan banyak sumber daya manusia (SDM) yang berpengalaman. SDM yang memiliki
kreativitas dan keahlian yang mumpuni membuat sineas dari berbagai dunia, entah itu Hollywood,
Bollywood, dan negara lainnya mendatangi Thailand.
Dengan segala yang
dimiliki, negara yang tergabung dalam ASEAN itu turut pula membuktikan tidak
hanya menjadi tempat syuting film, tapi dapat pula menghadirkan karya besar
yang layak diperhitungkan dunia.
Selain pariwisata
yang terangkat, dampak yang lebih luas adalah terbukanya lapangan pekerjaan
bagi warga Thailand. Salah satu contoh destinasi wisata yang saat ini banyak
dikunjungi adalah James Bond Island. Wilayah yang terpilih sebagai lokasi
syuting James Bond itu adalah The Island of Ko Khao Tapoo, yang berdekatan
dengan Phuket. Sejak digunakan dalam produksi film The Man with the Golden Gun, pulau itu masuk destinasi wisatawan
dunia.
Kualitas film yang
dibuat oleh Thailand tidak hanya sangat baik, tapi juga beragam. Diversifikasi
genre yang dibuat menjadi daya tarik bagi penikmat film. Bahkan beberapa di
antaranya mendapat kesempatan tampil di pentas internasional.
Film The Iron
Ladies, contohnya, berhasil menggebrak berbagai festival film dunia. Prestasi
itu diraih berkat cerita yang diangkat, yakni mengenai sekelompok transeksual
yang membentuk tim voli, yang memenangi kejuaraan tingkat nasional. Kisah itu
berhasil memikat penonton hingga hadir kembali sekuelnya pada 2003.
Thailand tidak
main-main memproduksi filmnya. Pada 2003, ketika membuat film The Legend of
Suriyothai, dilakukan riset mendalam. Biaya produksi yang dipersiapkan pun
besar. Bahkan pembuat film ini melibatkan keluarga kerajaan dan pemerintah
hingga diklaim sebagai a true national
film.
Namun, di antara
kesuksesan yang diraih perfilman Thailand, nama Apichatpong Weerasethakul,
sutradara film Uncle Boonmee Who Can
Recall His Past Lives, menjadi perbincangan yang mengejutkan dunia. Ia
banyak dibicarakan dalam perhelatan bergengsi Festival Film Cannes ke-63 pada
2010.
Sutradara ternama
Tim Burton, ketua juri Festival Cannes 2010, menyatakan film karya
Weerasethakul tersebut sebagai a
beautiful strange dream. Ia menambahkan, film itu dipilih sebagai pemenang
karena seakan membuka perspektif yang berbeda, dan tentunya jauh dari bau serta
rasa Barat.
Kehadiran film
Thailand dalam Festival Film Cannes bukanlah yang pertama. Dikutip dari CNN,
setidaknya ada sekitar 12 film yang berhasil memukau Eropa, termasuk Tears of the Black Tiger (2001), yang
menjadi film perdana Thailand yang secara resmi masuk nominasi festival
tersebut. Industri perfilman Thailand kemudian dikenal dan memiliki
karakteristik tersendiri dalam jenis horor.
Genre yang
ditujukan untuk menakuti penonton ini belakangan selalu dikaitkan dengan
Thailand. Film-film horor buatan Thailand memang berhasil menebar ketakutan.
Ceritanya sangat menggigit dan suasananya luar biasa mencekam. Sementara Jepang
berhasil memberi ciri khas perpaduan modern dengan tema hantu, Thailand
menciptakan rasa takut yang berlebih.
Thailand tergolong
produktif merilis film horor. Seperti dilansir oleh IMDb, Alone, 4bia, Coming Soon, dan 13:
Game of Death merupakan film horor yang sukses meraih rating dan
popularitas. Sementara Shutter, film
horor yang dirilis pada 2004, memiliki rating 7,1 persen di IMDb dan rating 81
persen dari penonton dalam Flixster.
Kuantitas dan
kualitas yang saling mengisi dalam film Thailand itu membuat dunia perfilman
Barat kini lebih terbuka terhadap kehadiran film Asia. Fenomena film remake dan
adaptasi pun berasal dari negara tersebut. Thailand termasuk negara Asia yang
memberi kontribusi kepada Hollywood atas kehadiran kembali karya populernya
dalam versi baru.
Sumber :
Features by Dedy Sofan – MALE 137 http://male.detik.com
No comments:
Post a Comment