Gili Trawangan, inilah destinasi kami berikutnya. Perjalanan dari favehotel Langko menuju ke Teluk Nare memakan waktu sekitar 45 menit, dan hanya 10 menit dengan speed boat untuk sampai ke Gili Trawangan. Gili (pulau) ini adalah satu dari tiga gili di Kabupaten Lombok Barat yang memiliki pesona tersendiri. Pantainya masih bersih, dan alam bawah lautnya konon salah satu yang terindah di dunia.
Gili Trawangan termasuk yang paling ramai dibandingkan dengan gili yang yang lain (Gili Air dan Gili Meno), dan sudah dipenuhi oleh resor berbagai kelas, yang bisa disesuaikan dengan anggaran para pelancong. Kebetulan, kami menginap di Aston Sunset Beach Resort, yang lokasinya berada di sisi lain dari pelabuhan Central Gili Trawangan.
Kendaraan bermotor dilarang keras beroperasi di sana. Sebagai ganti, alat transportasi yang digunakan adalah sepeda dan cidomo, sejenis kereta kuda khas Lombok. Kami memilih naik sepeda, sedang tas dan kopor diangkut cidomo. Meski berpanas-panas ria, tapi sangat menyenangkan, hitung-hitung berolah raga bisa sambil menghirup udara bebas tanpa polusi.
Tidak lebih dari 30 menit kami sampai ke Aston Sunset Beach Resort Gili Trawangan, di lobi kami mendapat welcome drink berupa es kelapa muda. Wow! Bak penawar haus di padang tandus!
Hotel ini mempunyai 114 kamar yang luas yang kesemuanya memiliki teras pribadi, dan 10 kamar tidur pool villa dan 1 royal suite. Dilengkapi juga dengan kolam renang terluas ditambah pesona indah pulau itu. Dengan keseluruhan fasilitas dan layanan terbaik, resor ini tentu sangat cocok untuk beristirahat, berlibur, dan tentu berpetualang.
Night Market
Tinggal di pulau dengan luas sekitar 340 hektar dengan keliling pulau 7,5 km tentu sebuah ketenangan. Tapi bukan berarti tidak keriaan, justru pada malam hari tidak boleh Anda lewatkan saat berada di sini, menikmati kehidupan malam di Central. Jejeran bar dengan hingar bingar musik membuat malam di Gili Trawangan menjadi meriah.
Kebetulan, menjelang sunset, Aston juga meggelar acara night market yang menyediakan banyak makanan, baik tradisional Indonesia, western, seafood grill, hingga cocktail. Sambil menikmati Matahari terbenam, para tamu juga diiringi live band yang memainkan musik dalam irama reggae.
Ketika langit mulai gelap, suasana pun berganti. Party by The Beach, sebuah tema yang pas, apalagi ditambah permainan musik dari DJ yag khusus didatangkan dari Bali. Pecah!
Snorkeling
Saya termasuk jarang berolah raga, juga tak terlalu sering berenang. Tapi snorkeling (selam permukaan) atau skin diving (selam dangkal) katanya wajib kalau berada di pulau ini. Hari ketiga, saya bersama rombongan blogger dari Jakarta dan awak Trans 7 menuju Gili Meno, yang airnya katanya paling tenang dan pemandangan bawah lautnya menakjubkan, untuk berselam ria (maunya).
Semua orang pada akhirnya memang menikmati snorkeling saat itu, kecuali Ndoro Kakung. Siapa yang tidak tergoda. Saya pun ikut nyebur ke laut. Ups, segar! Tapi ternyata saya hanya bertahan beberapa menit saja, dan langsung menepi ke kapal lagi. Tidak hanya ngos-ngosan, tapi juga pusing pala barbie! Maklum, karena faktor “u”. Gagal sudah menemukan ikan nemo dan aneka terumbu karang yang indah. Tapi apa pun, perjalanan kali ini sungguh mengesankan. Keindahan alamnya, kita bisa menikmati sunset dan sunrise di satu pulau, mengundang untuk datang lagi kelak. (Burhan Abe)