YouTube bukan
sekadar media sosial saat ini. Jutaan orang di dunia telah menikmati berbagai
layanan videonya. Awalnya mungkin terlihat remeh, tapi berikutnya adalah sebuah
kekuatan. Justin Bieber dan Adele adalah salah dua contoh orang yang berhasil
meroket berkat video yang diunggah ke platform
ini.
Media online yang dibuat 10 tahun yang lalu
ini bukan sekadar ajang penunjang komunikasi belaka. Lewat YouTube, justru ada
bakat yang mencuat dan menjadikan seseorang selebritas. Mungkin Steve Chen,
Chad Hurley, dan Jawed Karim tidak pernah mengira situs buatan mereka, YouTube,
menjadi panggung bakat bagi penggunanya.
Mengapa begitu
banyak yang mengunggah video ke YouTube, tapi hanya segelintir yang populer? Ternyata
bukan sekadar faktor keberuntungan tak bermain di sini!
YouTuber yang
berbakat biasanya mengerti bagaimana menghubungkan diri dengan budaya pop yang
berkembang di tengah masyarakat. Bahkan ia piawai menempatkan diri dengan
merespons topik yang sedang diperbincangkan oleh masyarakat. Salah satunya
pembuatan video parodi bisa menjadi jalan cepat meraih popularitas. Video
parodi seperti yang dibuat Norman Kamaru semasa menjadi anggota Brigade Mobil,
misalnya, berhasil mengangkatnya ke dunia gemerlap, meski ia tak berniat menjadi
selebritas.
Bagi Wisnu Adji,
yang terlibat dalam produksi film Toba
Dreams, YouTube merupakan wadah buat orang yang memiliki bakat. “Dengan
adanya YouTube, orang bisa menyalurkan bakat terpendamnya. Kreativitas pun
tidak sebatas akting atau bernyanyi, tapi banyak bakat yang bisa
diperlihatkan,” ujar laki-laki yang kerap mengadakan kasting untuk artis film
itu.
Di era Web 2.0, media
sosial bukan lagi ajang penunjang komunikasi belaka. Pada zaman kejayaan digital
ini, informasi apapun bisa menyebar cepat bak virus melalui dunia maya (viral).
Melalui media sosial, seperti cerita di
atas, seseorang yang tadinya tidak dikenal masyarakat jadi populer – dari nobody menjadi somebody.
Lebih jauh, media
sosial saat ini ikut menentukan apa yang diperbincangkan masyarakat. Bahkan
media mainstream pun memperhitungkan
apa yang diperbincangkan di media sosial. Menurut penelitian, 70 persen wartawan
juga memiliki media sosial dan mengikuti apa yang sedang ramai dibicarakan,
karena mereka harus mencari isu apa yang sedang ramai di masyarakat.
Pendeknya, kekuatan
Internet yang mengubungkan seluruh penduduk dunia, membuat peristiwa sekecil
apapun di kota kecil sekali pun, bisa dengan cepat terkoneksi ke seantero
jagat. Apalagi bila informasi itu bergulir secara massif melalui media sosial.
No comments:
Post a Comment