Globalisasi dunia modern
didefinisikan dengan perubahan yang cepat. Semua serba berkembang cepat,
termasuk industri perjalanan dan perhotelan, didukung oleh teknologi yang terus
berkembang: adanya gambaran baru dalam demografi, sosial ekonomi, dan
psikografis – kelompok-kelompok yang didefinisikan berdasarkan kepribadian,
gaya hidup, kepentingan, selera dan nilai-nilai yang dimiliki.
Dalam konteks ini, tuntutan dan
ekspektasi wisatawan saat mencari sebuah hotel dan cara mereka melakukan
perjalanan juga telah berubah.
Hal inilah yang menjadi dasar
pelayanan resor dan city hotel untuk para tamunya. Bagi hotel resor, fokusnya
adalah melakukan personalisasi pelayaan atau produk dan pengalaman dalam
melengkapi liburan mereka yang mencari „sinar matahari dan pantai‟; sementara
city hotel melihat adanya peningkatan tuntutan dari para tamu yang menginginkan
lebih dari sekedar akomodasi dan layanan yang baik selama kunjungan mereka di
sebuah kota.
Perjalanan bisnis dan dampaknya pada industri perhotelan
Asia Pasifik masih terus menjadi
wilayah perjalanan bisnis terbesar di dunia, meliputi 39 persen dari perjalanan
bisnis dunia. Meskipun perekonomian sedang lesu dan rupiah sedang melemah,
menurut Global Business Travel Association, Indonesia merupakan salah satu dari
lima pasar yang sedang berkembang untuk perjalanan bisnis di masa mendatang.
Selain itu, Visa Global Travel
Intentions Study 2015 mengemukakan bahwa pebisnis Indonesia melakukan
perjalanan bisnis ke luar negeri dua kali lebih banyak dibanding pebisnis dari
negara lain. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki pandangan optimis
terhadap kondisi lingkungan usaha.
Di tengah pertumbuhan perjalanan
bisnis ini, industri perhotelan melihat bahwa tren bleisure (business +
leisure) mulai diminati. Di mana batas antara perjalanan bisnis dan leisure
perlahan memudar dikarenakan banyaknya pelancong bisnis yang mengimbangi waktu
kerja mereka dengan pengalaman kuliner, berolahraga, berinteraksi sosial dengan
penduduk setempat, dan tentunya menjelajahi tempat tujuan mereka. Kota-kota
juga telah memperkuat bisnis pariwisata dan rekreasi mereka dengan peningkatan
okupansi city hotel secara eksponensial pada akhir pekan.
Munculnya era bisnis baru ini
menandai adanya pergeseran perilaku dan ekspektasi dalam berwisata. Seiring
dengan memudarnya batas antara bisnis dan leisure, para pekerja menyadari bahwa
perjalanan mereka membawa dampak positif untuk keseimbangan antara kehidupan
dan pekerjaan mereka.
Menurut responden survei
BridgeStreet 2014, motivasi utama pelancong bleisure adalah untuk melihat dunia
dan mendapatkan pengalaman budaya. Kelompok terbesar kedua pelancong bleisure
umumnya berusia 25-35 tahun, atau disebut dengan istilah generasi millennial,
mereka yang ingin menjelajah tempat-tempat yang belum pernah mereka kunjungi.
Selain fleksibilitas bleisure yang menghasilkan generasi always-connected dan
always-on ini, gaya hidup digital tampaknya cocok dengan pola pikir pelancong
bleisure.
Bagi para pelaku bisnis
perhotelan, segmen yang muncul dari pelancong ini menawarkan kesempatan baru.
Hotel harus bisa menawarkan pengalaman dan suasana yang sempurna untuk sebuah
perjalanan bisnis dan leisure, serta memberikan pengalaman baru dalam
menjelajah suatu tempat.
Menghadirkan berbagai pilihan
tambahan untuk para pelancong bisnis dapat memberikan keuntungan bagi hotel,
memposisikan properti sebagai pusat jejaring sosial dan para staf yang memiliki
pengetahuan lokal setempat sehingga dapat memberikan saran-saran mengenai
tempat-tempat wisata terbaik dan tempat-tempat kuliner di kota yang dikunjungi.
Layanan RedGlove di Hotel Gran Meliá
Diposisikan sebagai merek hotel
klasik nan mewah yang dikelola oleh Meliá Hotels International, Gran Meliá
merupakan ahlinya dalam merancang hotel dan resor eksklusif untuk memuaskan
para tamunya. Di antara kemewahan dan fasilitas kelas dunia hotel Gran Meliá,
RedGlove merupakan salah satu layanan ciri khas yang membedakan Gran Meliá
dengan merek lainnya.
Seperti layanan RedGlove di hotel
Gran Meliá Xi'an di China, staf RedGlove dapat memberikan informasi mengenai
atraksi kebudayaan yang unik di kota tua tersebut, sehingga setiap kunjungan
menjadi pengalaman yang mengesankan. Para tamu juga dapat memilih untuk
bersepeda santai di kawasan kota tua, menyaksikan pameran di Shanxi History
Museum atau menikmati jajanan di kawasan kuliner Muslim.
Jika tamu memilih untuk tidak
keluar hotel, staf RedGlove akan menyarankan pengalaman kuliner ala Spanyol di
restoran Duo. Untuk sekedar minum, para tamu dapat mengunjungi La Cava Cigar
Bar yang terletak di dalam hotel Gran Meliá Xi‟an.
Di Indonesia, Gran Meliá Jakarta
yang berlokasi di kawasan bisnis Segitiga Emas Jakarta dekat dengan jalan tol
menuju bandara, membuat pebisnis dapat melakukan aktivitas bisnis di Jakarta
dengan nyaman dan menyenangkan. Selain itu, restoran di hotel ini juga menggoda
selera dengan citarasa lokal yang otentik, seperti nasi goreng khas Indonesia
atau sate ayam. Terdapat juga restoran Tien Chao bagi pecinta masakan khas
Kanton dan Sichuan.
Bagi mereka yang mencari tempat
relaksasi setelah selesai melakukan berbagai pertemuan bisnis, layanan YHI Spa
di hotel Gran Meliá menyediakan keseluruhan perawatan spa dengan fasilitas dan
produk-produk bermutu tinggi untuk memanjakan para tamu dengan kualitas dan
pelayanan terbaik.
“Meliá Hotels International
memiliki keahlian khusus dalam hubungan dengan pelanggan bisnis dan leisure.
Ketika Anda menyandingkan budaya kami pada resor-resor dengan seberapa baik
kami memahami psikografis para tamu kami, Anda dapat memberikan pengalaman
personal bagi para tamu, dan menyuguhkan mereka dengan pengalaman 'Me Time’,”
ucap Bernado Cabot, Regional Vice President Asia Pacific, Meliá Hotels
International.
“Secara strategis, hotel-hotel
kami berada di kawasan bisnis dan wisata, seperti Jakarta dan Xi'an, sehingga
hal ini memberikan kesempatan sempurna untuk menghadirkan pengalaman bleisure
yang dicari para tamu kami,” tutupnya.
No comments:
Post a Comment