Staycation @ Best Western Hotel, Malang dan Surabaya (2)

Jangan khawatir, setelah makan, cobain minumnya, es degan, alias es kelapa muda. Pairing yang sempurna!  

Romantic Dinner

Hari kedua itu, waktu lebih banyak kami habiskan di hotel. Cukup nyaman, karena semua kamar dilengkapi dengan fasilitas televisi 32-inch dengan program satelit internasional, Wi-Fi gratis, safe deposit, minibar, dan coffee maker. Menjelajah seputar hotel juga tidak kalah serunya, apalagi di area tersebut – bahkan di luar hotel, tapi masih di gedung yang sama, terdapat beberapa coffee shop dan resto fastfood.  

Di malam hari, kami dipertontonkan atraksi oleh bartender hotel ini membuat Mojito – untuk tipe mocktail tanpa alkohol. Selain hasil minumannya yang freshy, ada juga demo juggling yang menarik.  Tidak lupa, para blogger pun mencoba melakukan hal yang sama, yang kompetisinya dimenangkan oleh blogger asal Malang: Dewi Ratna.  

Malam itu ditutup dengan romantic dinner di Bantimurung Sky Pool, di tepi kolam renang rooftop tertinggi di Surabaya dengan pemandangan kota 180 derajat. Wow!

Bantimurung Sky Pool

Memang bukan romantic dinner, karena beramai-ramai hehehe… Yang jelas, dengan sajian BBQ, termasuk seafood-nya yang juara, makan malam itu membawa kesan tersendiri.  

House of Sampoerna

Waktu terasa cepat berlalu, tahu-tahu sudah memasuki hari ketiga. Artinya, ini hari terakhir bagi kami menikmati acara ini, dan malamnya harus berakhir, saya sendiri dan rombongan Jakarta harus kembali ke Ibu Kota.  

House of Sampoerna

Untungnya, ada satu tempat yang kami kunjungi di hari ketiga ini, House of Sampoerna. Inilah museum milik perusahaan rokok Sampoerna. Museum yang terletak di Surabaya lama, adalah sebuah bangunan bergaya kolonial Belanda yang katanya dibangun sekitar tahun 1862. Awalnya bangunan ini merupakan panti asuhan putra yang dikelola oleh pemerintah Belanda. Lalu, bangunan ini dibeli oleh Liem Seeng Tee pendiri Sampoerna pada tahun 1932 dan dijadikan tempat pertama produksi rokok Sampoerna.  

Aroma tembakau yang khas memenuhi area museum ini, dan dengan guidance petugas museum, Anda bisa menghayati bagaimana sejarah perjalanan raksasa perusahaan rokok ini, yang bermula dari warung kecil yang kemudian meraksasa — meski endingnya dijual ke perusahaan asing Philip Morris. Benda-benda bersejarah ada di sini, mulai dari alat produksi rokok itu sendiri hingga kemasan, papan-papan promosi dari dulu hingga zaman kiwari.  

Related Stories

spot_img

Discover

Banyan Tree Mengajak Dunia Mengambil “Sacred Pause” Lewat Kampanye...

Dari lembah gurun hingga karang tropis, dari kuil sakral hingga gunung bersalju—Banyan Tree menghadirkan...

Wine Not? — Ketika Segelas Anggur Menyimpan Cerita

Apa yang ada di benak Anda saat mendengar kata “wine”? Mewah? Barat banget? Atau...

Bermimpi Jadi Unicorn? Mulai dari 3 Buku Ini

Ingin membangun startup tapi bingung mulai dari mana? Atau sedang dalam fase tumbuh tapi...

Gaya Kepemimpinan Efektif: Antara Power, People, dan Playbook

Oleh Maureen ASD, Rizkiana Shadewi, & Eileen Rachman Di dunia kerja, bos keren bukan cuma...

Bikin Startup di 2025, Masih Menarik? Banget—Asal Tahu Celahnya!

Setelah dunia startup sempat gonjang-ganjing dengan gelombang PHK dan isu “bakar uang” yang tak...

Nyari Cuan di Internet: Dari Rebahan Jadi Uang Beneran

Siapa bilang cari duit harus pergi pagi pulang malam, kena macet, terus gaji habis...

Popular Categories

Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here