Lahir dan besar di Bali Barat, Dewa memiliki DNA keramahtamahan yang kuat. Karier 16 tahun di industri perhotelan dan layanan membuatnya piawai merancang sistem operasional yang menyentuh titik keseimbangan antara efisiensi dan kehangatan. “Setiap interaksi dengan tamu kami desain agar terasa personal, tanpa kehilangan kecepatan dan kualitas,” ujar Dewa.
Strategi ini membuahkan hasil. Dalam tiga tahun terakhir, YUKI dan Meimei mengalami pertumbuhan organik dua digit tiap tahun, mempertahankan retensi pelanggan tinggi, dan memperluas jangkauan internasional tanpa ekspansi fisik yang agresif.


YUKI dan Meimei tidak membangun customer base semata, mereka membentuk komunitas. Ini tercermin dari pilihan mereka untuk tidak sekadar menyajikan makanan, tapi juga pengalaman penuh: desain ruang yang imersif, koktail khas hasil riset internal, dan kurasi anggur alami—Pét-Nat, Orange Wine, Champagne—yang memperkaya narasi tiap hidangan.
Kehadiran brand ini juga memicu efek domino di sektor pariwisata premium Bali, menarik wisatawan global yang mencari pengalaman boutique dining dengan pendekatan autentik.
Strategi Go-Global: Kolaborasi Bukan Ekspansi Agresif
Alih-alih membuka cabang di luar negeri, tim YUKI memilih strategi yang lebih strategis: brand collaboration. Februari 2025, mereka mengadakan takeover eksklusif di Gua Bellwood, Tokyo, dan kolaborasi dengan Aoyama Grand Hotel sebulan kemudian. Meimei tak mau kalah, menggandeng Chef Ross Magnaye dari Serai Melbourne untuk acara pop-up berprofil tinggi.



Yuku Uluwatu
Strategi ini memperkuat posisi brand sebagai pemimpin pemikiran (thought leader) dalam bidang hospitality kreatif Asia Tenggara—tanpa kehilangan fokus operasional lokal.
“Kami lebih tertarik membangun nilai jangka panjang ketimbang pertumbuhan cepat. Kami ingin jadi referensi, bukan hanya tren sesaat.” – Dewa Wahyu Bintara