Apa yang ada di benak Anda saat mendengar kata “wine”? Mewah? Barat banget? Atau mungkin… rumit? Banyak dari kita langsung membayangkan suasana elegan, sommelier yang fasih menyebut nama anggur dengan aksen Prancis, dan suasana yang terkesan jauh dari keseharian. Tapi tunggu dulu—buku Wine Not? karya Burhan Abe datang untuk membalik persepsi itu.
Sebagai jurnalis gaya hidup dan ekonomi yang lama berkecimpung di dunia kuliner dan hospitality, Abe menyajikan pengalaman pribadinya mengenal wine secara perlahan, alami, dan membumi. Bukan lewat sekolah atau kursus mahal, tapi lewat tugas liputan, festival kuliner, dan—yang paling menarik—komunitas kecil pencinta wine di Jakarta.
Buku ini mengalir seperti obrolan hangat di rooftop bar kota besar: ringan, menyenangkan, dan penuh insight. Dari Wine for Asia di Singapura, Wine & Cheese Festival di Jakarta, wine tour ke Australia, sampai pengalaman wine tasting di tengah diplomasi kuliner di Madrid, Spanyol—semuanya diceritakan dengan gaya narasi yang tidak menggurui. Kita juga diajak mengenal tokoh-tokoh di balik industri wine di Indonesia.

Yang membuat buku ini menarik bukan hanya isi ceritanya, tapi juga semangatnya: bahwa wine bukan sekadar budaya asing yang elit dan eksklusif. Wine bisa menjadi bagian dari keseharian kita, asal kita terbuka untuk mencicipi—dan memahami sedikit demi sedikit.
Dapatkan bukunya di sini ya.
Jangan khawatir kalau kamu belum hapal beda Merlot dan Chardonnay, atau belum pernah mencicipi wine sama sekali. Justru buku ini cocok untuk pembaca seperti itu. Karena seperti kata penulisnya, wine tak perlu dimengerti sepenuhnya untuk bisa dinikmati. (Ely Alvaro Gibran)