Sake

SAKE sudah menjadi bagian dari tradisi dan kebudayaan Jepang. Minuman yang juga disebut nihonshu atau seishu itu menjadi salah satu daya tarik wisatawan yang berkunjung ke sana. Setiap awal atau akhir tahun selalu diadakan Festival Sake di Kyoto, dan para wisatawan bisa mencicipi berbagai jenis sake dari produsen ternama di Negeri Sakura itu.  

Sake terbuat dari beras, air, dan koji (sejenis ragi) yang difermentasi. Bukan sembarang minuman, karena bahan yang digunakan adalah beras dan air khusus, yakni air pegunungan atau air yang berasal dari salju yang mencair seusai musim salju.   

Ada yang membedakan antara sake dengan shochu. “Shochu biasanya terbuat dari kentang atau gandum (walaupun ada juga yang berasal dari beras). Prosesnya juga berbeda karena melalui penyulingan, mirip pembuatan wiski ataupun vodka. Sementara itu, pembuatan sake lebih mirip wine, dengan peragian,” sake sommelier Kuniko Shigeta memaparkan.  

Sake mempunyai sejarah panjang, bahkan minuman tradisional Jepang itu sudah dikonsumsi dan digunakan dalam upacara keagamaan selama lebih dari 2.000 tahun. Minuman beralkohol telah diproduksi di kuil untuk upacara agama Shinto, yakni dipakai dalam ritual pembersihan candi yang dipersembahkan untuk para dewa. Sake juga digunakan dalam Sansankudo, upacara yang dilakukan sepasang pengantin Shinto, dengan menyesap minuman selama pernikahan.   

Lain dulu lain sekarang. Kini sake tak hanya menjadi minuman yang dikonsumsi untuk kepentingan ritual keagamaan atau perayaan, tapi telah menjelma sebagai teman saat menikmati suasana santai bersama keluarga, rekan, ataupun orang terkasih.   

Meski telah menjadi bagian dari gaya hidup, seni dan tradisi menikmati sake masih dipegang teguh. Sake disuguhkan dalam botol keramik, yang dikenal dengan tokkuri, dan cangkir kecil berbahan porselen, yang disebut ochoko.  

Selain itu, sake boleh dituang menggunakan satu tangan, tapi pastikan tangan yang lain menyentuh tangan yang memegang botol, atau gunakan kedua tangan untuk memegang botol. Pastikan pula sake tidak dituang ke cangkir sendiri karena dianggap tidak sopan. Dahulukan cangkir milik orang yang berusia lebih senior.   

Mengutip Kikusui-sake.com, bila sake disajikan dalam suhu dingin, disarankan memakai cangkir keramik atau gelas kecil. Jika menginginkan gaya Jepang yang lebih otentik, gunakan cangkir yang lebih kecil lagi. Bagi yang ingin mengkombinasikan dengan hidangan Barat, tuangkan sake dingin ke dalam gelas wine. Kini orang-orang di seluruh dunia sudah dapat menyesap sake tanpa perlu berkunjung ke negeri asalnya.   

Sumber: MALE 156

Related Stories

spot_img

Discover

PRU x Penfolds: Malam Mewah Bareng Tiga Dekade Anggur...

Luangkan satu malam buat hal yang enggak biasa: makan malam bareng Grange, sang legenda...

Ekonomi Indonesia 2025: Krisis Double Trouble yang Bikin Was-Was

Oleh Burhan Abe Pertumbuhan ekonomi kita di awal 2025 ini mirip orang sakit yang susah...

Update Properti Jakarta Kuartal 1 2025: Stabil Tapi Tetap...

Kuartal pertama 2025 menunjukkan kalau pasar properti Jakarta lagi berada di fase yang cukup...

LW Design Group Bawa Oase Bergaya Bali ke Jantung...

One & Only One Za’abeel Hadirkan F&B Podium Spektakuler yang Menyatukan Ketangguhan Urban dengan...

Alila Dong’ao Island Zhuhai

Pelarian Gaya Jetset ke Pulau Rahasia Tiongkok Bayangkan ini: lo lepas landas dari Zhuhai naik...

Amanzoe Bangkit Lagi, Liburan 2025 Bakal Makin Gila

Bayangin lo berdiri di atas bukit sunyi Peloponnese, Laut Aegea membentang sejauh mata memandang,...

Popular Categories

Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here