Ambisi Menaklukkan Pasar Sepatu Dunia

Terdengar asing, sehingga banyak orang mengira kalau Edward Forrer adalah merek global. Padahal, merek sepatu (dan tas) kulit itu benar-benar berasal dari Bandung. Memang, gerai Edward Forrer kini tidak hanya tersedia di seluruh penjuru Bandung, tapi juga menyebar di kota-kota penting di Indonesia, bahkan di manca negara, seperti Malaysia, Hawaii, dan Australia.

Edward Forrer adalah salah satu merek sepatu lokal, yang saat ini tidak hanya sanggup bertahan dari serbuan pasar asing – sebutlah produk Cina yang harganya murah, tapi juga mempunyai brand value yang bagus. Selain Forrer, merek-merek lokal yang tangguh saat ini tercatat Pakalolo, Yongki Komaladi, dan Eagle.

Memang grafik produksi sepatu di Indonesia menurun, tapi merek-merek kuat di atas tersebutlah penyelamatnya. Meski menurun, tapi kabar baiknya adalah, jumlah para wirausahawan baru di bisnis ini terus bermunculan. Tahun ini, menurut catatan Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo), sudah lebih dari 100 perusahaan yang bergerak di industri persepatuan.

Orang sering tahu happy ending-nya, padahal menguatnya merek-merek lokal tersebut telah melalui proses yang panjang dan berliku. Bahkan untuk menghadapi persaingan yang ketat, Edward Forrer, misalnya, menerapkan strategi tersendiri. Selain melipatgandakan jumlah gerainya jadi sekitar 50 tahun ini dari 16 pada 2003, perusahaan keluarga ini menerapkan manajemen modern. 

Saat ini Edward Forrer – yang juga nama pemiliknya, membangun organizational learning untuk menjamin perusahaan selalu menjadi yang terdepan dalam hal inovasi. Be innovative, begitulah mottonya. Selain itu, peusahaan ini juga mengembangkan sistem pemesanan berbasis web yang inheren dengan skema produksi made to order.

Melalui cara ini, Edward Forrer dapat terus menekan biaya secara efektif. Hasilnya, produsen sepatu yang memiliki 2.000 karyawan (termasuk mitra usaha) ini tetap tampil mengesankan dan menguasai 5% pangsa pasar sepatu nonsport.

Tidak ada yang tidak mungkin, begitu prinsip Edward. Semua impian bisa diwujudkan dengan kerja keras, konsistensi, serta keteguhan memegang dan menjalankan nilai. Itu pula ketika ia memutuskan menjadi enterpreneur. “Saya percaya setiap orang mempunyai gift unik yang dapat digunakan untuk menjalani kehidupan,” ungkap kelahiran Bandung, 25 Oktober 1966 itu. 

Menjadikan Merek Global

Merek Edward Forrer mulai dirintis sejak tahun 1989 oleh Edward Forrer sendiri. Awalnya produk sepatu hasil ciptaannya dipasarkan melalui cara door to door. Caranya dengan memperlihatkan gambar dari model-model yang pernah dirancang sebelumnya. Di samping itu, konsumen bisa memesan sendiri model yang mereka inginkan. Tak ayal lagi, Edward Forrer akhirnya punya banyak pelanggan tetap.

Begitu banyaknya pesanan, membuat pihak Edward Forrer kewalahan menanganinya. Atas dasar itu pula didirikanlah PT Edward Forrer, yang sekaligus juga membuka lapangan pekerjaan baru bagi warga di sekitarnya. Karena model-model yang ditawarkannya selalu inovatif, Edward Forrer bisa berkembang pesat hingga saat ini.

Tak ayal, Edward Forrer adalah produk fashion dengan kualitas terbaik, terdiri dari sepatu dan tas dengan harga yang wajar serta terjangkau. Desainnya selalu baru, unik, dan modern, hadir dalam berbagai gaya khusus dipersembahkan bagi kepuasan konsumen. Untuk layanan purna jual, Edward Forrer memberikan garansi reparasi bagi pembeli produknya.

Boleh jadi, sikap itulah yang mengantarkan Edward yang lulusan SMA ini sukses meretas kiprahnya sebagai pengusaha sepatu. Gerainya tersebar di mana-mana – sepertiga gerai yang milik sendiri (termasuk yang di luar negeri), tapi selebihnya adalah milik orang lain dalam pola waralaba.

Dalam menggandeng para entrepreneur tersebut, franchisor Edward Forrer memberi dukungan berupa training, di mana franchisee akan belajar langsung dalam inventory management, proses desain visual merchandise, layanan kepada pelanggan, dan manajemen keuanan dan perencanaan, perekrutan staf pegawai, seleksi produksi, proses pemesanan, konstruksi gerai, hingga grand opening.

Related Stories

spot_img

Discover

Terus Mau Sampai Kapan Cuma Jadi Penonton? Ini Dua...

Iya, maaf kalau judulnya pedes. Tapi coba tanya diri sendiri:“Usahamu sekarang benar-benar berkembang, atau...

Catatan Seru Buat Kamu yang Lagi Bangun UMKM

Biar Nggak Cuma Posting, Tapi Jualan Beneran Laku Siapa sih yang nggak mau tokonya rame...

Mengubah AI dari Sekadar Tren Jadi Mesin Uang

Catatan untuk Mereka yang Ingin Kerja Lebih Cerdas Kita sedang hidup di masa paling unik...

Rasa yang Membara dan Penuh Elegansi: Cita Rasa Thailand...

Ada kalanya, pengalaman kuliner tak hanya soal rasa, melainkan juga soal suasana, cerita, dan...

Sebuah Gelas, Sebuah Gaya Hidup

Ada dua jenis pria di dunia ini: mereka yang memesan Martini dengan yakin, dan...

Slow Burn: Cerutu, Gaya Hidup, dan Maskulinitas yang Disadari

Cerutu itu bukan sekadar asap atau gaya. Ini soal sikap. Dan Slow Burn menyajikan...

Popular Categories

Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here