Belajar dari Sang Maestro, Bob Sadino

Bob Sadino, siapa yang tak kenal. Pria yang setia dengan celana pendek jins dan kemeja kutung adalah sosok entrepreneur yang sukses di bidang F&B dan pasar swalayan, dengan jaringan usaha Kemfood dan Kemchick. Begitu mendapat kesempatan untuk mewawancarainya, jelas ada kebanggan tersendiri, selain rasa rasa was-was. Maklum, pria bernama lengkap Bambang Mustari Sadino kelahiran Tanjungkarang, Lampung, 9 Maret 1933 ini dikenal dengan gaya bicaranya yang ceplas-ceplos dan sering tak terduga. 

Benar saja, hampir semua tim Appetite Journey yang datang ke rumahnya di kawasan Cirendeu Jakarta Selatan yang asri tak luput dari semprotannya setiap kali salah merumuskan pertanyaan atau mengemukakan opini yang tidak mengena. “Goblok, kamu!”

Apa boleh buat, Bob Sadino memang maestro di bidang bisnis, sehingga apa pun yang keluar dari mulutnya adalah memang kebenaran semata. Mungkin saja ada kata-kata yang menurut awam “menyakitkan”, tapi begitulah cara Om Bob – begitu ia akrab disapa, memberi pelajaran kepada para muridnya. Bahkan salah satu judul bukunya menggarisbawahi sikapnya tersebut, “Belajar Goblok dari Bob Sadino”, terbitan Kintamani Publishing, 2007. 

Tanpa tujuan, tanpa rencana, tanpa harapan. Begitulah Om Bob menjalani usaha, juga menjalani hidupnya, “Seperti air yang mengalir saja,” tukasnya. “Buat apa saya punya rencana yang hebat-hebat? Padahal Tuhanlah yang menentukan segalanya. Dialah master planner saya,” katanya lagi.

Sikap pria berambut putih yang rada cuek ini ternyata sejalan dengan pola pikirnya yang apa adanya. Sebab, demikian Om Bob, apa yang diraihnya saat ini adalah berkat pola pikir yang apa adanya itu. Tanpa target, apalagi obsesi yang muluk-muluk, tapi yang penting adalah berbuat dan berusaha total dalam menggeluti apa saja. 

Tapi bukan berarti ia menjalani hidup yang datar-datar saja, justru seperti lirik dalam lagu The Beatles, ia harus menempuh The Long and Winding Road. Hidup pria lulusan SMA ini cukup keras dan berliku, pernah menjalani berbagai profesi, mulai dari sopir taksi hingga kuli bangunan untuk sekadar bertahan hidup.

Ia juga pernah merantau selama sembilan tahun ke Amsterdam (Belanda) dan Hamburg (Jerman), sejak 1958. Sebetulnya di negeri orang tersebut ia pernah mencapai titik aman, menjadi pegawai Djakarta Lloyd yang bergaji besar. “Tapi saya meninggalkan semua kemapanan itu, dan kembali ke Tanah Air,” ujarnya.

Mengapa ia mau meninggalkan comfort zone dan memulai dari nol? “Yang saya cari adalah kebebasan,” kata drop out Fakultas Hukum UI Jakarta ini. 

Kebebasan, itulah kata kunci Om Bob saat keluar dari kantor yang diidam-idamkan banyak orang, dan berniat menjadi juragan bagi diri sendiri – dan tentu bagi banyak orang, kelak. 

Demi cita-cita meraih kebebasan itu pula yang membuat ia rela menempuh jalan hidup hidup yang tidak mulus, bersama istri tercintanya. Modal yang ia bawa dari Eropa adalah dua sedan Mercedes tahun 1960-an. Yang satu ia jual dan uangnya ia belikan sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan. Sedang yang lainnnya ia manfaatkan sebagai taksi yang disopirinya sendiri. 

Previous article
Next article

Related Stories

spot_img

Discover

Retorika Gagah, Realita Masih Tertatih

Pidato Prabowo pada 15 Agustus 2025 memancarkan semangat “tak gentar pada yang besar dan...

PR 4.0: Mengelola Persepsi di Era Digital – Blueprint...

Di dunia bisnis modern, teknologi bukan lagi sekadar alat, melainkan lanskap tempat reputasi dibangun...

PR 4.0: Mengelola Persepsi di Era Digital – 7...

Di tengah ekonomi yang digerakkan oleh kecepatan informasi dan ekspektasi publik yang terus bergeser,...

Rayakan Kemerdekaan dengan Gaya di Byrd House Bali

Dua perayaan kuliner yang memadukan rasa, suasana, dan semangat kebangsaan. Bulan Agustus ini, pantai Sanur...

Thrivers: Bukan Sekadar Pintar, Tapi Tahan Banting

Ada teman saya yang punya putri nyaris sempurna di atas kertas. Ranking teratas di...

Banyan Group: Lompatan Mewah Menuju Perjalanan Penuh Makna

Merayakan Properti ke-100, Meluncurkan Gerakan Wellness Global, dan Membawa Keberlanjutan ke Level Seni Tinggi Dalam...

Popular Categories

Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here