Use Your Body Language!

Tapi terlepas dari perdebatan tersebut, peminat body language memang terus bertambah. Di sanggar tempat Icha bekerja saja, semula peserta kelas body language bisa dihitung dengan jari, “tapi setelah delapan bulan, member kami sudah sekitar 50-an.” Ini tidak lain karena cerita tentang olah tubuh yang baru masuk ke Indonesia itu cepat menyebar, dan banyak yang bisa memetik manfaatnya secara langsung.  

Muthia Datau, misalnya, sejak menekuni body language sejak 1992, merasa selalu sehat. Dengan berlatih body language mantan kiper Galanita itu bisa mempertahakan stamina, sekaligus membentuk keindahan tubuh. “Ketika masuk tubuh saya ancur-ancuran, gemuk banget. Tapi sekarang lihat saja sendiri,” tutur ibu tiga anak itu sambil menunjukkan perutnya yang ramping.
Hal senada juga diungkapkan oleh Inez, 27 tahun, yang menekuni body language di studio milik Minati Atmanagara.

“Selain fit dan bugar, saya merasakan bobot saya menjadi stabil. Padahal sebelumnya, paha saya sempat bersayap, lho,” ujar karyawati perusahaan swasta yang berkantor di bilangan Kota, Jakarta itu.  

Tidak semua peserta memang yang langsung bisa memetik hasilnya. Minati mengakui bahwa ada beberapa peserta yang kendati sudah melakukan latihan yang benar, tapi tetap saja tidak bisa mencapai hasil yang ideal. “Makanya, kami menyarankan kepada mereka untuk berkonsultasi dengan dokter ahli gizi, mungkin bisa terdeteksi problemanya,” katanya sambil menambahkan bahwa dalam waktu dekat studionya akan melayani peserta untuk konsultasi gizi secara gratis dengan mendatangkan ahlinya.  

Peringatan yang lebih serius juga datang dari Dr. Sadoso Sumosardjuno. “Saya pernah melihat body language. Pendapat saya, banyak gerakan yang dari segi kedokteran olah raga cukup membahayakan untuk terjadinya cedera,” ungkapnya. Itu bisa dilihat dari bermacam gerakan, seperti memutar kepala, memegang kaki dengan gerakan memutar, dan seterusnya.  

Kalau dilakukan juga, Manager Pusat Uji Kesehatan Manggala Wanabhakti, Jakarta itu menganjurkan hanya untuk yang muda saja, yang usianya tidak lebih dari 35 tahun. “Mereka masih mempunyai otot yang cukup elastis dan terlatih. Saya tidak merekomendasikan untuk yang sudah berumur,” katanya. (Burhan Abe & Ari Prastowati)  

Majalah Tajuk No. 26, 1999

Previous article
Next article

Related Stories

spot_img

Discover

Banyan Group Menandai Tonggak Sejarah Properti ke-100 dengan “100...

Tiga dekade setelah menghadirkan resort pertamanya di Phuket, Banyan Group bersiap menulis bab baru...

JAMPA: Botanical Dining, Redefined

Phuket’s Michelin Green Star Rebel Goes Plant-Based in Style Di era di mana fine dining...

Jenis Talenta Baru: Dari New Collar ke Next Level

Transformasi digital itu bukan pilihan. Dia datang, gedor pintu, dan kalau kita nggak siap,...

Menemukan Ketenangan: Koleksi Secluded Villa Dari Nakula

A Gentleman’s Escape, Bali Style Bali mungkin terkenal dengan beach club yang ramai, pesta sampai...

Start Small, Scale Big: Buku yang Bikin Kita Ingin...

Saya harus jujur, awalnya saya pikir buku tentang bisnis startup itu pasti rumit, penuh...

PR 4.0: Mengelola Persepsi di Era Digital – Blueprint...

Di dunia bisnis modern, teknologi bukan lagi sekadar alat, melainkan lanskap tempat reputasi dibangun...

Popular Categories

Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here