Wine for Asia

WINE bukan hanya milik Prancis tentu saja. Juga bukan monopoli negara-negara penghasil wine yang lain, baik oldworld yang diwakili oleh Prancis, Italia, Spanyol, Portugal, Austria, dan Yunani, atau pun newworld, seperti Amerika, Australia, Selandia Baru, Afrika Selatan, Chile, Argentina, Kanada, dan lain-lain.  

Kawasan Asia yang selama ini dianggap jauh dari tradisi wine ternyata mempunyai fakta yang cukup mencengangkan. Dalam sebuah riset terungkap bahwa wine di Asia bisa tumbuh sekitar 10 – 20 persen per tahun. Kawasan tersebut diwakili oleh China, Hong Kong, Taiwan, Singapura, dan Korea sebagai pemimpinnya. Nilai konsumsi di Asia (tidak termasuk Jepang) mempunyai potensi meningkat hingga dua kali lipat, mencapai US$17 miliar pada 2012 dan melonjak menjadi US$ 27 miliar pada 2017.  

Fakta itulah yang menjadi keniscayaan bagi negara seperti Singapura untuk menjadi tuan rumah bagi sebuah event penting yang disebut “Wine for Asia” (WFA), yang tahun 2009 memasuki tahun ke tujuh. Acara yang bertempat di Suntec Singapura dan berlangsung pada 22-24 Oktober ini diselenggarakan oleh MP Wine Resources, gabungan kerjasama antara MP International dan Wine Resources.  

WFA memamerkan wine internasional paling komprehensif di kawasan regional dan mampu menghadirkan exhibitor baik dari 350 perusahaan lokal maupun internasional. Sekitar 5.000 pengunjung berdatangan dari negara-negara Asia dan Pasifik bergabung dalam acara ini, termasuk dari Indonesia.  

Menurut Chooi Yee Choong, Regional Director of ASEAN (Islands) and Oceania, Singapore Tourism Board, dalam beberapa tahun terakhir ini, industri wine di Asia telah tumbuh sangat cepat. “Event ini menawarkan one-stop platform untuk tetap berdampingan dengan penawaran-penawaran wine terbaru, melengkapi jumlah yang tak terhitung banyaknya di bisnis fisrt-class, edukasi, dan kesempatan networking serta pencinta gaya hidup,” katanya di Decanter, winelounge yang berlokasi di Kuningan, Jakarta, beberapa waktu yang lalu.  

Ini merupakan momentum yang sangat tepat bagi mereka yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai wine. Apalagi, tidak hanya pameran, dalam WFA juga ada sesi edukasi bagaimana cara menikmati wine secara benar. Misalnya, bagaimana cara menikmati wine Bordeaux dari chateaux-chateaux terkemuka. Winetasting bersama Penfolds Brand Ambassador, Jamie Sach, serta mengetahui mengapa Penfolds Grange adalah salah satu wine paling terkenal di dunia dalam cita rasa eksklusif.  

Ada juga sesi bertopik bisnis yang membagikan pengalaman para pemain di industri wine, juga bagaimana kiat bertahan dan berkembang di masa resesi seperti saat ini. Dalam kelas yang disebut International Wine Importer Course, melengkapi kemampuan bisnis wine-related untuk memberikan mutu terbaik bagi bisnis wine. Pendeknya, apa saja yang berhubungan dengan wine – baik gaya hidup maupun bisnisnya ada di event ini, termasuk Southeast Asia Best Sommelier Competition 2009.  

Asia sudah menjadi kawasan yang sangat potensial sebagai pasar wine dunia. Singapura agaknya telah memanfaatkan kesempatan ini, dan mengambil peluang bisnis dari pertumbuhan wine yang pesat ini di Asia. Bagaimana dengan Indonesia?  

Memang belum ada data yang akurat tentang pertumbuhan industri wine di Indonesia. Namun, meski dengan segala kendala yang ada, mulai dari kuota, cukai yang masih tinggi, hingga tata niaga yang masih “amburadul”, nilai konsumsi wine di Indonesia terus meningkat dalam lima tahun belakangan ini. Terbukti, winelounges terutama di kota-kota besar sebutlah Jakarta, terus bermunculan. Tidak hanya hanya melengkapi fasilitas hotel-hotel berbintang, tapi di mal-mal bahkan gedung perkantoran sudah gampang ditemui tempat minun wine.  

Sayangnya event-event yang berkaitan dengan wine masih sedikit, bahkan masih bisa dihitung dengan jari. Festival wine baru terselenggara dua kali di Jakarta, yakni yang disebut sebagai WineFest, yang dimotori salah satu distributor wine, Danisa Textindo. Memang ada beberapa event yang berkaitan dengan wine, tapi hanya tambahan dari acara yang lebih besar, sebutlah festival wine yang menjadi bagian dari Jakarta Fashion & Food Festival yang diselenggarakan Summarecon Group di Kelapa Gading Jakarta.  

Sementara kompetisi sommelier yang cukup representatif baru terselenggara tahun ini, oleh ISA (Indonesia Sommelier Association) – yang juga terbentuk tahun ini, bekerja sama dengan Sopexa, Ministere de l’Agriculture et de la Peche (Prancis), dan Wine for Asia (Singapura).  

Sudah saatnya Indonesia wine society memikirkan terobosan-terobosan baru untuk membuat event-event wine yang lebih kreatif, kalau perlu bertaraf internasional. Tidak hanya untuk sosialisasi dan edukasi soal wine, tapi juga menumbuhkan dan menata sektor industri yang masih tergolong baru ini. Cheers! (Burhan Abe)

Related Stories

spot_img

Discover

Merayakan Imlek 2024 Lebih Semarak di The Langham Jakarta 

Masuki tahun baik dengan energi positif dan pesta meriah yang lezat di T’ang Court  Perayaan...

Understand Digestive Imbalances During the Festive Season at RAKxa 

What are the Factors that Can Disrupt the Balance of Your Gut  During the winter...

Rocka Reopens at Six Senses Uluwatu, Bali

Rediscovering Sustainable Culinary Dining  Rocka Restaurant & Bar at Six Senses Uluwatu reopens its doors...

COAL Menghidupkan Suasana Bar di Jakarta Pusat

COAL adalah bar terbaru di Jakarta yang menyajikan koktail khas dengan sentuhan cita rasa...

Sunday Folks Luncurkan Aneka Pilihan Es Krim Artisanal di...

Merek asal Singapura ini menghadirkan pilihan es krim premium dan hidangan pencuci mulut di...

Rediscovering Bhutan: New Perspectives on the Last Buddhist Kingdom

Amankora reveals the heart of Bhutan with ever rarer and more awe-inspiring cultural experiences...

Popular Categories

Comments