Berlin, Istanbul, dan New York adalah tiga destinasi yang dihadiahkan kepada pemenang program Marlboro Connections tahun lalu, yang akan berlanjut ke tahun-tahun berikutnya. Intinya, program tersebut memberikan pengalaman tak terlupakan kepada pemenangnya, berkunjung ke kota-kota yang menjadi mewakili gaya hidup kelas atas, perpaduan kejayaan masa lampau dan gaya hidup modern masa kini. “One in a lifetime world class experience,” ujar Lala, salah seorang pemenang.
Sebenarnya, apa menariknya kota-kota itu, sehingga Lala dan kawan-kawan, mendapatkan pengalaman yang luar biasa selama 13 hari? Berikut ini adalah cerita dari Istanbul.
Istanbul adalah kota kedua yang dikunjungi ada peserta Marlboro Connections. Tidak heran, kota ini sangat unik, kota modern, terbesar di Turki, tapi masih menyisakan warisan lama – bisa dilihat dari jejak bangunan-bangunan yang berdiri di kota itu maupun tradisi yang masih dijaga oleh penduduknya.
Hingga 1930 kota ini lebih umum dikenal dengan nama Konstantinopel oleh orang-orang Barat; beberapa orang memanggilnya Stambul, khususnya pada abad ke-19. Jauh sebelumnya, kota yang berdiri pada abad ke 7 sebelum Masehi ini juga pernah dikenal sebagai Bizantium atau Byzantion.
Pada tahun 330, kota ini pernah menjadi ibu kota kekaisaran Romawi Timur, tapi pada 1453 Konstantinopel jatuh ke tangan Kesultanan Ottoman di bawah pimpinan Sultan Muhammad II. Nama Konstantinopel kemudian diganti menjadi Istanbul yang berarti kota Islam.
Dengan populasi sebesar sekitar 15 juta, Istanbul adalah kota yang terpadat penduduknya di Turki dan merupakan salah satu kota terbesar di Eropa. Meski modern, Istanbul adalah kota yang asri dengan pemandangan yang indah.
Istanbul adalah kota paradoks, tua dan besejarah, sekaligus begitu modern dan dinamis. Benteng dan bangunan yang berasal dari masa lampau, bersatu dengan bangunan modern. Budaya Eropa yang menyatu indahnya dengan budaya Asia. Semuanya terlihat menjadi satu kesatuan hampir tanpa susah payah. Saling melengkapi demikian indahnya.
Turis mana yang tidak terpesona, sepanjang jalan adalah bangunan unik dengan taman-taman yang terjaga rapih. “Jemari saya yang biasanya sibuk mengambil foto tanpa saya sadari terhenti. Saya begitu terpana melihat betapa indahnya kota ini. Langit biru musim semi dan tulip berbagai warna yang bermekaran di seluruh penjuru membuat kota tua ini tampak begitu mempesona. It took my breath away!” seru Lala tak bisa menahan kegembiraannya.
Sebelum sampai hotel, para peserta sempat mampir ke jembatan Galata, kemudian naik ke menaranya untuk melihat pemandangan Istanbul yang indah dari atas. Pengalaman yang indah itu bahkan mereka rasakan sebelum tiba ke Hotel W, hotel ultra-trendy tempat mereka menginap selama tiga hari. Hotel W Istanbul dekat dengan Bosphorus dan Nisantasi, kawasan belanja paling fashionable. Terletak di kawasan Suleyman Seba, distrik elite yang dipenuhi berbagai restoran, kafé, dan galeri, Hotel W ini memang luar biasa. Hotel W mempunyai dua restoran, gym modern, serta spa. Tata interior hotel dan kamar yang memukau, juga tak lupa tempat tidur empuk dan nyaman, tentunya.
Dari Suda hingga Spice Bazaar
Malam harinya mereka bisa menikmati dinner di Suda, sebuah pulau buatan terapung di tengah selat Bosphorus. Meskipun udara dingin berhembus kencang, pemanas di antara meja para tamu restoran mampu menghangatkan tubuh. Bagaimana dengan makanannya?