KALAU dulu orang tukar menukar nomer ponsel, sekarang bukan hal yang aneh kalau ditambah, “Bagi nomer pinnya, dong!” Yup, apalagi kalau bukan nomer pin BlackBerry, smartphone paling populer di Indonesia. BlackBerry memang bukan sekadar ponsel pintar, lebih dari itu merupakan status sosial. Produk asal Kanada ini memiliki momentum yang tepat saat hadir di pasaran pertengahan 2000. Ketika pasar ponsel banyak didominasi oleh merek Nokia, Samsung, dan Sony Ericsson, ponsel keluaran Research In Motion (RIM) ini melesat cepat ke garis depan.
Di Indonesia penggunanya tidak hanya memanfaatkan fungsi, lebih dari itu merupakan prestise kelas sosial tertentu. Indonesia bahkan dikenal sebagai sebagai pengguna BlackBerry tertinggi di dunia, survei yang dilakukan Symantec menjelaskan bahwa 32 persen pengguna datang dari kalangan karyawan perusahaan.
BlackBerry yang hadir dengan layanan push e-mail berbasis wireless pertama memang populer di kalangan profesional untuk mendukung pekerjaannya. Hal yang sama juga berlaku untuk fitur lainnya, BlackBerry Messenger (BBM) – sebagai layanan interaksi komunikasi yang lebih praktis antar pengguna perangkat tersebut.
BlackBerry memang tidak melenggang sendirian. Rival beratnya adalah iPhone, yang mengunggulkan layar sentuh sebagai cara pengoperasiannya. Dengan kehadiran fitur yang lebih menarik, iPhone menjadi perangkat favorit bagi penikmat teknologi komunikasi. Dalam waktu bersamaan, nama baru mulai terdengar: Android. Sistem operasi (OS) ciptaan Google itu pertama kali diperkenalkan oleh HTC dalam produk HTC Dream-nya, yang kemudian merebak ke ponsel-ponsel merek lain.
Saat BlackBerry memfokuskan diri pada keunggulan komunikasinya, ponsel Android dan iPhone mempertegas bahwa smartphone tidak hanya untuk berkomunikasi, tapi menyediakan sisi hiburan, seperti game serta musik.
Kehadiran kedua lawan besar tersebut bukan tanpa perlawanan dari pihak RIM. BlackBerry seri terbaru tetap dirilis dengan berbagai pembaruan, namun tidak terlalu berhasil, bahkan kemudian mencapai titik terbawah pada kuartal II 2013, RIM menyatakan rugi hingga US$ 965 juta. Penjualan produknya turun hingga 45 persen menjadi US$ 1,6 miliar dibanding kuartal yang sama tahun lalu. Salah satu faktor penyebab adalah tidak lakunya BlackBerry Z10 – yang diklaim menjadi pesaing berat Android dan iOS.
Memang, masih terlalu dini menyimpulkan nasib BlackBerry di dunia smartphone. Apalagi setelah beberapa waktu lalu BlackBerry – yang konon sedang diincar Fairfax Financial Holdings Limited, yang sebelumnya memiliki 10 persen saham BlackBerry, untuk mengambil alih perusahaan secara keseluruhan – memperkenalkan produk terbarunya yang menyasar penikmat phone tablet (phablet), yang tengah menjadi tren dalam industri ponsel (MALE Zone).
MALE Edisi 50, 2013