Digital Publishing

Evolusi industri penerbitan tengah berlangsung di dunia, dan digitalisasi media memang tak terelakkan. Beberapa penerbit sudah beralih ke digital, beberapa yang lain mungkin baru memulainya. Di Indonesia nyaris semua majalah cetak mempunyai versi digitalnya, meski masih banyak yang belum interaktif, sesuai dengan platform-nya.  

Memang, tidak semua penerbit bisa segera move on, pindah dari cetak ke digital. Apalagi tidak ada jaminan bahwa di platform yang baru mampu memboyong serta para pengiklan. Ini memang problem besar di kalangan penerbit yang sudah merasa nyaman dengan platform lama yang bertaburan iklan. Padahal, kenyamanan tersebut adalah semu, yang tidak berdaya melawan perubahan zaman.  

Tidak hanya itu, pergeseran akibat teknologi mobile lebih cepat dari yang diperkirakan. Bahkan ponsel, tablet, mobile application, dan mobile lifestyle, telah diterima menjadi norma baru generasi kiwari. Teknologi digital terus berkembang dan berdampak bagi kehidupan manusia. Salah satunya pada industri penerbitan digital. Media-media informasi yang pada era sebelumnya didominasi oleh platformcetak, sekarang mulai beralih di digital.  

Yup, surat kabar dan majalah cetak mempunyai pembaca setia, sedangkan televisi adalah media tradisional yang masih memiliki audiens yang sangat besar, apalagi di Indonesia. Tapi yang tidak boleh dilupakan, semua publisher harus mempunyai persiapan untuk menuju ke era digital, kalau tidak ingin hanya menjadi kenangan kelak.

Digital publishing (juga disebut sebagai e-Publishing atau penerbitan elektronik) memang masih tergolong baru. Di platform baru ini, produk tidak lagi statis, banyak fitur-fitur yang tidak bisa disediakan oleh media cetak. Mulai dari audio, video, hyperlink, slideshow, animation, motion graphic, hingga customize gallery, semua bisa diaplikasikan ke dalam media digital. Khusus di majalah MALE, Anda sudah bisa lihat halaman interaktifnya di rubrik-rubrik utama, seperti Insight, Lights On, Movie, Travel, Wheel, Accent, Face to Face, dan lain-lain.  

Sementara pengiklan pun, selain diuntungkan dengan fitur-fitur interaktif tersebut, juga bisa mengukur efektivitas iklannya secara tepat.  

Pemilik lisensi Adobe Digital Publishing Suite (Adobe DPS) bisa melacak jumlah download majalah, jumlah viewer (pembaca) dan klik halaman iklan yang dipasang. Yang menarik, semua bisa tercatat, bahkan ketika pembaca mengakses konten dalam keadaan offline.  

Dengan teknologi, semua yang tak mungkin kelak bisa menjadi mungkin. MALE tentu selalu ikut dengan perkembangan zaman, tidak hanya  konten, foto, visual, tapi juga perkembangan teknologinya. (Burhan Abe)  

Sumber: MALE 118

Previous article
Next article

Related Stories

spot_img

Discover

PRU x Penfolds: Malam Mewah Bareng Tiga Dekade Anggur...

Luangkan satu malam buat hal yang enggak biasa: makan malam bareng Grange, sang legenda...

Ekonomi Indonesia 2025: Krisis Double Trouble yang Bikin Was-Was

Oleh Burhan Abe Pertumbuhan ekonomi kita di awal 2025 ini mirip orang sakit yang susah...

Update Properti Jakarta Kuartal 1 2025: Stabil Tapi Tetap...

Kuartal pertama 2025 menunjukkan kalau pasar properti Jakarta lagi berada di fase yang cukup...

LW Design Group Bawa Oase Bergaya Bali ke Jantung...

One & Only One Za’abeel Hadirkan F&B Podium Spektakuler yang Menyatukan Ketangguhan Urban dengan...

Alila Dong’ao Island Zhuhai

Pelarian Gaya Jetset ke Pulau Rahasia Tiongkok Bayangkan ini: lo lepas landas dari Zhuhai naik...

Amanzoe Bangkit Lagi, Liburan 2025 Bakal Makin Gila

Bayangin lo berdiri di atas bukit sunyi Peloponnese, Laut Aegea membentang sejauh mata memandang,...

Popular Categories

Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here