Digital Life: Do or Die!

DIGITALISASI, tak pelak lagi, telah mewarnai kehidupan sehari-hari kita. Koneksi internet kini sudah sudah menjadi kebutuhan primer. Fasilitas komunikasi antar personal dapat dilakukan dengan berbagai cara dan dengan biaya yang jauh lebih murah di era sebelumnya tentunya. Digital Life: Do or Die! Itulah topik yang ditulis MALE dalam Male Zone edisi 28.

Internet semula adalah komunikasi nirkabel yang dikembangkan pada tahun 1950-an. Penelitian ini merupakan awal pemikiran mengenai bagaimana sebuah pesan dapat terkirim dari sebuah komputer ke komputer lain. Tadinya menggunakan jaringan ARPANet, kemudian pada 1980-an standarisasi tentang Internet Protocol Suite (TCP/IP) diperkenalkan.  

Tahun 1995, internet berkembang menjadi salah satu layanan komersial. Seperti virus, internet kemudian berpengaruh terhadap industri-industri yang berkaitan dengan teknologi digital. Mulai dari industri telekomunikasi, musik, hingga media.  

Di industri media, gebrakan paling mengejutkan adalah ketika media internasional seperti Newsweek menghentikan edisi cetaknya dan berganti sepenuhnya ke digital akhir 2012. Yup, mengubah platform cetak menjadi digital adalah sebuah keniscayaan.

Banyak media cetak yang memutuskan untuk berubah menjadi digital, sementara yang mencoba bertahan di platform lama kini biasanya dalam posisi yang sulit – oplah yang terus merosot, sementara banyak biro iklan yang mulai mengalihkan dananya ke digital.  

Media digital adalah media masa kini yang mengiringi lahirnya PC tablet. Josh Gordon, dalam ‘The Case For Advertising in Interactive Digital Media’, menyebutkan ada dua jenis media digital.

Pertama, media yang hanya mengalami perubahan bentuk dari media cetak menjadi digital dengan konten yang sama. Kedua, media digital interaktif seperti majalah yang sedang Anda baca saat ini. Perbedaan akan sangat kentara terlihat pada format, platform, jenis iklan, layout serta masih banyak yang lainnya.  

Kalau membeli edisi cetak kita harus ke toko buku atau lapak, kalau media digital cukup browsing saja, ada beberapa news stand yang ada di tablet. Sebut saja Newsstand, Zinio, Kindle, Press Reader, Barnes & Noble, dan lain-lain.

Sementara di Indonesia ada Wayang Force dan Scoop, serta beberapa publisher besar yang mempunyai lapak digitalnya sendiri. Saat ini tidak hanya Apple melalui iPad, atau Android melalui tablet yang lain, tapi operating system seperti Windows 8 pun telah menyediakan fitur untuk pencarian majalah digital yang telah terklasifikasikan sesuai dengan jenis medianya.  

Memang, media digital, terutama yang interaktif, di Indonesia termasuk spesies baru. Tapi perubahan platform ini merupakan tsunami, yang gelombangnya terasa ke seluruh penjuru dunia. Oleh karena itu, digital interactive magazine MALE hadir untuk menjadi bagian dari masa depan media digital di Indonesia. (Burhan Abe)  

Related Stories

spot_img

Discover

Menemukan Ketenangan: Koleksi Secluded Villa Dari Nakula

A Gentleman’s Escape, Bali Style Bali mungkin terkenal dengan beach club yang ramai, pesta sampai...

Start Small, Scale Big: Buku yang Bikin Kita Ingin...

Saya harus jujur, awalnya saya pikir buku tentang bisnis startup itu pasti rumit, penuh...

PR 4.0: Mengelola Persepsi di Era Digital – Blueprint...

Di dunia bisnis modern, teknologi bukan lagi sekadar alat, melainkan lanskap tempat reputasi dibangun...

Dari Bandung ke London: Adhi, Anak Indonesia di Jantung...

Di balik layar kecerdasan buatan yang hari-hari ini mengubah cara manusia bekerja, belajar, bahkan...

“Behind The Stage”: Buku Paling Rock Tentang Bisnis Musik...

Kalau lo pikir industri musik itu cuma soal panggung, sound system, dan lighting keren,...

Slow Burn: Saatnya Menikmati Hidup Pelan-Pelan Lewat Cerutu, dari...

Kalau selama ini Anda mengira cerutu hanya milik kalangan pria tua berperut buncit yang...

Popular Categories

Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here