Kian banyak saja pesta yang digelar la crème de la crème Jakarta. Ada yang memang biang pesta, tapi tak jarang muka baru yang karena keniscayaan ikut tersihir keriaan ini. Pesta, entah corporate ataupun private party, rupanya tidak hanya menjadi ajang gaul, bertukar informasi, dan gosip, tapi juga membangun sebagai membangun networking, bahkan menerbitkan peluang bisnis. (Burhan Abe)
Jalanan Jakarta mulai lengang. Hujan yang turun rintik-rintik menyejukkan kota yang biasanya gerah. Jarum jam sudah bergeser dari 23.00 malam. Tapi, the night is still young!
Setidaknya begitulah menurut para party goers Jakarta. Lihat saja, di Centro, klub yang terletak di basement Darmawangsa Square. Kehidupan justru baru dimulai. Jakarta seperti mengidap insomnia. Hampir setiap malam, terutama akhir pekan, pesta berlangsung di sini. Akhir Januari lalu, misalnya, digelar Playboy Mansion Party. Wow!
Dari namanya saja sudah terbayang, pasti banyak sexy chicks di sini. Benar saja, pesta yang dihadiri para clubbers dan tamu-tamu khusus ini, selain menyajikan berbagai hiburan, juga menampilkan Lingerie Fashion Show yang dibawakan model-model yang seksi.
Musik yang didominasi house yang diramu DJ Vicky dan DJ Jonathan Yao – profesi yang belakangan populer lagi – menambah keriaan pesta. Pukul 00.00 venue yang tergolong baru di kawasan Jakarta Selatan itu makin dipadati pengunjung, mulai dari dance floor hingga table packed. Bahkan di luar pun demikian, antrean pengunjung masih memanjang di pintu masuk.
Centro hanya salah satu contoh, sebab venue-venue penyedia pesta banyak bermunculan di Jakarta. Di wilayah barat ada Millenium, Rajamas, 1001 Club, Stadium, Sydney 2000, di utara ada Hailai. Sementara di pusat dan selatan ada Grand Manhattan, Musro, Retro, Embassy, The Gate, Score!, Bliss, dan Centro. Semuanya tak kurang dari 30 tempat, belum termasuk venue yang menampilkan live performance setiap malam, sekitar 40-an.
Banyak pilihan tempat berpesta. Bahkan Stadium di bilangan Jl. Hayam Wuruk buka tiga malam berturut-turut, mulai dari Jumat malam hingga Senin pekan berikutnya. Sementara The Gate, yang berlokasi di Wisma GKBI Semanggi, setiap Sabtu dan Minggu masih membuka pintunya jam 6 pagi hingga jam 5 sore – menjaring para party goers yang tidak ingin pestanya berakhir. Pengunjung bisa memilih suasana yang ‘panas’ dengan musik progressive di ruang utama atau pun sedikit chill out di restoran yang tersedia sambil menikmati makanan.
Menurut Andrew, Manager Marketing Embassy, dibandingkan dengan Singapura dan Kuala Lumpur, bahkan seluruh wilayah Asia Tengara, Jakarta tergolong lebih maju kehidupan malamnya. “Orang luar negeri bilang di sini exciting, karena banyak klub-klub yang underground, seperti yang di wilayah Kota,” katanya. Di Bangkok saja, katanya, klub hanya buka hingga jam 02.00 pagi. Embassy sendiri, yang berlokasi di bilangan Taman Ria Senayan Jakarta, di akhir pekan buka hingga jam 04.00 pagi.
Selain pesta yang rave dan wild, ada beberapa venue di Jakarta yang cocok untuk private party yang lebih cool. Sebutlah The Velvet Door yang terletak di lantai 18 Hotel Sahid Jaya, dan GM’s Bar yang terletak di lobi utama Hotel Borobudur, untuk menyebut contoh. Selain hotel, ada rumah dan apartemen, seperti Rumah Kertanegara atau The Pakubuwono Residence yang belakangan gencar menyelenggarakan pesta.
“Pesta yang kami gelar sebenarnya jauh berbeda dengan pesta yang umumnya yang kental dengan nuansa dugem. Pesta kami lebih menjurus pada art and culture. Jadi, bukan sekadar hura-hura,” jelas Yunianto Gatot Sedyadi, GM Marketing The Pakubuwono Residence.