Citra Pariwara dalam Pusaran Waktu

Yang menarik, menurut penilaian Ricky Pesik, salah satu anggota panitia CP tahun ini, penggondol piala CP kebanyakan biro-biro iklan besar, sebutlah Lowe Lintas, Ogilvy (bahkan ketika masih bernama Indo-Ad), Bates, dan lain-lain yang kebanyakan perusahaan multinasional. Artinya, mereka memungkinkan berkreativitas habis-habisan karena didukung oleh dana yang juga besar.

Memang, ada beberapa perkecualian, biro-biro iklan yang tergolong baru yang kelihatan menonjol, sebutlah Hotline Advertising yang pernah memenangkan Adhi Citra Pariwara tahun 1991 dengan karya iklanya dengan medium televisi, produk Torabika versi Gito Rollies (selengkapnya lihat tabel Adhi Citra Pariwara 1988 – 2003). 

Bagaimana dengan CP tahun ini? Dari sisi kuantitas jelas sangat menggembirakan. Bayangkan, pesertanya mencapai 74 agensi, entah yang bergabung dengan PPPI atau pun di luar organisasi ini, dengan peserta 1.032. Meski dari sisi ide tidak terlalu istimewa. Tapi dari sisi eksekusi, menurut D.D. Lulut Asmoro, Koordinator penjurian CP 2004, patut mendapat acungan jempol.

Hal senada juga dibenarkan oleh Richard Oh, pemilik QB World Books, yang dulu merupakan salah satu tokoh periklanan nasional, “Luar biasa. Kalau saya melihat iklan-iklan di televisi, ada beberapa karya yang bagus banget. Kirain bikinan luar negeri.”

Pujian boleh jadi menggembirakan. Tapi di satu sisi bisa juga menjadi intropeksi diri, sebab pada kenyataannya karya-karya iklan di Indonesia jarang atau bahkan belum ada yang go global. “Kita masih heboh di dalam, belum teruji di pentas internasional,” ujar RTS Masli, Ketua Umum PPPI. 

Ibarat gadis, usia 17 tahun memang masih muda. Tapi memang tidak berlebihan di masa datang pamor CP bisa mengemuka ke pentas internasional. Filosofi ulat-kepompong-kupu-kupu sebagai tahapan pencapaian kreativitas, yang menjadi misi kreatif CP sejak 2003 mudah-mudahan menjadi kenyataan, sesuai dengan cita-cita masyarakat periklanan Indonesia.

Event Malam Anugerah Citra Pariwara 2004 di Sabuga, Bandung, 10 September nanti, tidak berhenti sebagai perhelatan bernilai Rp 2 miliar, tapi bisa menjadi titik pijak, menjadikan CP kupu-kupu yang siap terbang, bersaing dengan karya-karya global. Go, man!

(Suplemen TEMPO 2004 – Vox Populi Syndicate)

Previous article
Next article

Related Stories

spot_img

Discover

Terus Mau Sampai Kapan Cuma Jadi Penonton? Ini Dua...

Iya, maaf kalau judulnya pedes. Tapi coba tanya diri sendiri:“Usahamu sekarang benar-benar berkembang, atau...

Catatan Seru Buat Kamu yang Lagi Bangun UMKM

Biar Nggak Cuma Posting, Tapi Jualan Beneran Laku Siapa sih yang nggak mau tokonya rame...

Mengubah AI dari Sekadar Tren Jadi Mesin Uang

Catatan untuk Mereka yang Ingin Kerja Lebih Cerdas Kita sedang hidup di masa paling unik...

Rasa yang Membara dan Penuh Elegansi: Cita Rasa Thailand...

Ada kalanya, pengalaman kuliner tak hanya soal rasa, melainkan juga soal suasana, cerita, dan...

Sebuah Gelas, Sebuah Gaya Hidup

Ada dua jenis pria di dunia ini: mereka yang memesan Martini dengan yakin, dan...

Slow Burn: Cerutu, Gaya Hidup, dan Maskulinitas yang Disadari

Cerutu itu bukan sekadar asap atau gaya. Ini soal sikap. Dan Slow Burn menyajikan...

Popular Categories

Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here