Sebuah gudang di tepi sungai Chao Praya, Bangkok. Bangunan masif itu biasanya sepi, apalagi kalau malam hari. Tapi 22 Februari 2010 lalu mendadak menjadi arena party. Seorang DJ memainkan musik house yang memecahkan kesunyian, meja cocktail, termasuk wine, digelar. Para tamunya adalah para wartawan yang datang dari negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Begitulah cara Nokia menggelar acara yang diberi tajuk “Showcase Nokia 2010”. Ajang tahunan ini memang selalu menjadi buah bibir para gadget freaks, yang beritanya didapat dari tulisan para wartawan telekomunikasi (dan gaya hidup). Berbagai produk baru dipamerkan di ajang bergengsi itu, tapi tahun hanya satu model yang dipamerkan, yakni Nokia N900, smartphone pertama di dunia yang menggunakan Linux Maemo 5 itu. Wilayah SEAP (South East Asia-Pacific)—negara-negara ASEAN plus Australia, Selandia Baru, dan Banglades—menjadi tujuan pemasaran N900 setelah Eropa dan negara besar lainnya.
Tapi yang menarik, selain perkenalan ponsel seri terbaru tersebut, perusahaan asal Finlandia itu memperkenalkan solusi terbaru yang tersedia lewat koleksi perangkat komunikasi terkini dan layanan OVI-nya. “Ponsel saat ini bukan sekadar device, tapi juga harus dibarengi dengan kecanggihan software-nya,” ujar Chris Carr, Vice President Sales Southeast Asia Pacific.
Harus diakui, dunia perponselan selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Kalau dulu hanya untuk berhalo-halo, ponsel masa kini harus mempunyai yang mempunyai kemampuan komunikasi data – yang terintegrasi langsung dengan internet. Tidak hanya ponsel hi-end, yang termasuk kategori low-end pun juga demikian. Tidak bisa dimungkiri, kehadiran BlackBerry dan iPhone, dan kini ponsel yang berbasis Android, mengubah peta pasar ponsel dunia.
Produk-produk tersebut di ataslah yang kini mulai menantang Nokia, terutama untuk kategori smartphone-nya. Sementara untuk produk kelas bawahnya, Nokia juga harus bersaing dengan ponsel-ponsel China yang murah meriah. Tidak hanya ponsel hi-end, yang termasuk kategori low-end pun juga demikian. Tidak bisa dimungkiri, kehadiran BlackBerry dan iPhone, dan kini ponsel yang berbasis Android, mengubah peta pasar ponsel dunia.
Memang, Nokia saat ini masih tercatat sebagai pemimpin pasar ponsel di dunia. Tapi inovasi harus terus dilakukan agar tidak tergerus oleh para pesaingnya, bahkan para pendatang baru yang menawarkan sesuatu yang berbeda dari ponsel yang selama ini ada di pasar – baik dari segi gadget (hardware) maupun services dan aplikasi (software)-nya.
“Conecting People” bagi Nokia bukanlah sekadar slogan kosong, tapi merupakan kata kerja, yang terus menerus dinamis dan inovatif. Dan itulah yang dilakukan Nokia pada Showcase 2010 di Bangkok.
Memang, memperkenalkan sesuatu yang baru tidak harus membuat kening berkerut. Itu sebabnya, acara di Warehouse Thai River Marina Bangkok itu menurut saya meninggalkan kesan yang mendalam. Pameran, presentasi, yang dikemas dalam suasana “dugem” membuat “dunia IT” menjadi sesuatu yang fun.
Dalam suasana yang fun pula, dalam perhelatan yang dihadiri oleh lebih dari 150 media tersebut, Nokia juga membeberkan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai Ovi Maps versi barunya, pun dengan latar belakang desain digital sebagai bagian program untuk media selama dua hari. (Burhan Abe)