KOPI tak ayal adalah minuman paling populer di dunia. Bukan hanya rasanya, tapi venue dan ambience ikut mempengaruhi kenikmatan secangkir kopi.
Minuman berasal dari biji hitam itu memang menjadi candu bagi banyak orang, bahkan juga orang-orang besar dunia. Presiden RI pertama Soekarno pun salah satu contohnya. Dan asal tahu saja bahwa revolusi Perancis, menurut filsuf Voltaire, lahir dari a cup of joe atau secangkir kopi.
Sejarah kopi memang panjang. Di Indonesia, warung-warung kopi tradisional – yang di kota-kota besar menjelma menjadi coffee shop, adalah meeting point, tempat bertemunya orang-orang sambil mengobrol sana-sini, mulai dari gosip artis hingga politik negara. Di zaman kiwari coffee shop juga berfungsi sebagai tempat hang out, juga online dengan fasilitas wi fi. Minuman seharga Rp 40.000 bisa untuk bekerja berlama-lama, sindir sebuah iklan operator ponsel.
Starbucks boleh dibilang coffee shop dengan cabang terbanyak di Indonesia, disusul dengan Coffee Bean & Tea Leaf. Merek-merek asing ini juga mendorong tumbunya pemain kopi lokal, yang bermain di warung kopi lokal.
Menurut Muhammad Abgari dari Anomali Cafe, kopi Indonesia sangat diminati oleh bangsa lainnya. Selain Indonesia juga menjadi negara penghasil dan penikmat kopi terbesar di dunia. “Orang Jepang dan Korea merupakan salah satu penikmat setia kopi Toraja dan Mandailing,” jelas anggota Speciality Coffee Association of Amerika itu.
Yup, ternyata ternyata kopi bukan hanya sekadar minuman, ada banyak perbincangan di dalamnya.