KETIKA berkunjung ke sebuah toko buku di pusat
perbelanjaan paling besar di Jakarta, Grand Indonesia, saya sempat terkejut.
Pertama, toko buku yang tadinya menempati dua lantai, kini tinggal satu lantai
saja. Kedua, dengan mengecilnya ruangan toko, ikut tergusur pula coffee shop favorit saya di situ.
Maklum, di venue
di lokasi paling mahal di Jakarta dengan pemandangan kota yang luar biasa itu,
saya biasa membaca artikel favorit, baik dari buku atau majalah, tapi terutama
dari iPad, dengan ditemani secangkir Arabika.
Tutupnya kafe atau toko buku, mungkin hal yang biasa,
pasti ada hitung-hitungan bisnis yang kurang match. Tapi ketika toko buku yang lain di kawasan Senen, yang
tadinya luas dan kini hanya menyisakan 1,5 lantai, mulai timbul kecurigaan,
apakah produk buku (cetak) mulai ditinggalkan pembacanya?
Di era internet, informasi kini makin mudah didapat,
baik dari PC, laptop, bahkan ponsel cerdas. Merebaknya PC tablet yang makin
ringkas dan praktis membuat orang lebih suka membaca melalui sabak digital
tersebut ketimbang buku, majalah, tabloid, atau koran. Yang menarik, harga jual
bacaan versi digital ini lebih murah ketimbang versi cetak.
Semua fakta tadi, kembali menerbitkan pertanyaan yang lebih
fundamental, apakah era cetak segera berakhir?
Pada kenyataannya, tiras media cetak saat ini tidak
beranjak naik, bahkan ada kecenderungan menurun. Di AS selama lima tahun
terakhir, sejumlah perusahaan media cetak mengalami perubahan secara dramatis,
entah itu berhenti terbit atau berganti platform digital. Sebutlah Philadelphia Inquirer yang bangkrut,
atau The Minneapolis Star dan Seattle Post Intelligencer yang
menghentikan produksi cetaknya dan menggantinya dalam versi digital.
Di tangan Jeff Bezos, pasti akan ada perubahan di
tubuh Washington Post dalam beberapa
tahun ke depan, yang erat kaitannya dengan perkembangan internet. Maklum, Bezos
salah satu pelopor di industri TI. Di Seattle ia berhasil menghadirkan Kindle,
perangkat untuk membaca buku secara digital. Kelak bisnis e-book yang dikembangkannya pun semakin membesar seiring dengan
membesarnya Amazon.com, bisnis perdagangan online
yang sangat sukses.
Bezos meyakini bahwa koran cepat atau lambat akan punah.
"Dalam dua dekade mendatang tidak akan ada lagi media cetak, mungkin akan
menjadi barang mewah di sejumlah hotel yang menawarkannya sebagai layanan
istimewa," ujarnya dalam sebuah wawancara di Berliner-Zeitung, tahun lalu.
Tampaknya sudah bisa ditebak, perubahan apa yang akan
dilakukan Bezos terhadap Washington Post
kelak, salah satunya adalah menjadikan koran prestisius itu memiliki pasar
digital yang lebih kuat, terutama di tablet.
Revolusi media memang sedang berlangsung. Hukum besi
media masih berlaku, perish or publish.
Jika tidak ingin tergilas oleh zaman, ada baiknya mendengar pendapat tokoh pers
kawakan Amir Effendi Siregar. “Sudah saatnya penerbit media cetak menyesuaikan
diri dan memanfaatkan perkembangan teknologi, kawin dengan media online dan digital, tumbuh dan
berkembang bersama melalui langkah kreatif dan inovatif,” ujar Ketua Dewan
Pimpinan SPS Pusat dan Dosen Komunikasi, UII, Yogyakarta itu. (Burhan Abe)
Sumber: MALE 46 http://male.detik.com