BALI cukup populer di dunia, bahkan kadang-kadang melebihi Indonesia. Berbagai julukan diberikan kepadanya, Conde Nast Traveller Rusia tahun 2013, misalnya, memilih Bali sebagai pulau terindah di dunia. Majalah travel terkemuka tersebut memang rutin menyelenggarakan kegiatan readers choice award untuk mengetahui berbagai kategori wisata dan sarana pendukung yang disukai oleh masyarakat Rusia.
Untuk meraih penghargaan tersebut, Bali harus bersaing bersama nominator lain, yakni Phuket, Maladewa, Mauritius, dan Yunani. Meskipun saat ini banyak pilihan pulau-pulau cantik untuk berwisata, pesona keindahan Pulau Bali tetap menjadi pilihan utama para turis dunia.
Tapi popularitas Bali bukan lantaran alamnya saja, tapi juga sisi lain, yang tidak diungkap di siaran resmi tentang wisata Bali. Kalau Anda sempat menyaksikan film dokumentasi Cowboys in Paradise, terungkap cerita tentang cinta kilat yang marak di Pulau Dewata tersebut. Para pria hadir dengan “profesi lain”, yakni memberi perhatian istimewa kepada wisatawan yang kesepian.
Tawaran berkencan tidak hanya datang dari si pria. Wisatawan wanita pun seakan tidak mau kalah mencari sensasi yang sama, dengan memburu pasangan sesaat seiring dengan nikmatnya suasana Bali yang indah. Wanita Jepang tercatat paling agresif.
Dari berbagai alasan kunjungan turis Jepang, tidak sedikit yang mencari pria lokal untuk melampiaskan energi berlibur yang berlebih. Namun, konon ada perbedaan antara turis Jepang dan turis lain, khususnya yang berasal dari AS, Eropa, serta Australia, yang lebih ekspresif mengungkapkan keinginannya.
Meski berbeda, mereka sepakat sisi eksotis pria lokallah yang menarik perhatian. Pria lokal di sini bukan berarti pria Indonesia, tapi lebih merujuk pada pria asli Bali. Ia tak tahu alasan wanita Negeri Sakura memilih pria lokal. Tapi bisa jadi fisik dan aktivitas yang dekat dengan pantai menjadi pesona tersendiri, yang berbeda dengan pria Asia Timur pada umumnya.
Dikutip dari situs Tribunnews, Yukio Murakami, penulis lepas Jepang, mengungkapkan di media mingguan Nikkan Gendai (edisi 11 Mei 2010, halaman 5), sebagian besar wanita Jepang yang berkunjung ke Bali memiliki tujuan lain, yakni mencari pria Bali yang memiliki profesi lain itu.
Pada 2005, mulai banyak turis wanita Jepang yang berkunjung ke Bali untuk berlibur. Di Pulau Dewata mereka mengisi liburan dengan belajar surfing, relaksasi pijat, yang menuju aksi utama, bahkan tidak sedikit yang kawin kontrak selama tinggal di Bali.
Mendapat perhatian turis wanita Jepang tak semudah mendapat perhatian turis wanita negara lain. Hal ini membuat muncikari harus bergerak lebih halus dan mengerahkan banyak siasat untuk menawarkan jasanya. Sifat wanita Jepang cenderung pemalu dan pasif. Diperlukan keahlian berkomunikasi tanpa memaksakan kehendak, meskipun sebenarnya tujuannya sudah diketahui bersama. Biasanya topik pembuka seputar daerah wisata di Bali, spot liburan menarik, aktivitas yang dapat dilakukan, dan akhirnya tujuan utama, yakni mendapat pelukan hangat.
Bagi wanita Jepang, pria lokal cenderung tahu bagaimana harus bersikap. Pria lokal yang memang “bekerja” sebagai penjual kehangatan akan mendekati turis yang terlihat menginginkan “servis” tapi malu mengungkapkannya.
Perbedaan karakter turis Jepang dengan turis lainnya, menurut seorang pengajar surfing, sebutlah Andre, memang menjadi bahan pertimbangan. Sebab, kata dia, turis Jepang tergolong pribadi yang royal mengeluarkan uang untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
Sifat dermawan wanita Negeri Sakura menjadikan pria penjual kasih sayang setuju melakukan kawin kontrak. Bahkan ada yang meneruskannya dalam lembaga pernikahan yang sesungguhnya dan membangun rumah tangga. Namun, jika hanya untuk menjadi “teman dekat”, reputasi turis wanita asal Jepang cukup dikenal.
Bila dicermati, demand yang datang kebanyakan dari turis wanita yang ingin menikmati “hidangan” lokal khas Bali. Andre mengungkapkan hubungan profesional antara pelatih dan murid pun memiliki potensi membentuk ikatan yang lebih istimewa.
Menurut dia, tidak sedikit turis asing yang ingin menikmati tawaran lain, yang seolah menjadi kebutuhan yang wajar sebagai manusia. Belum lagi suasana Bali yang mendukung bagi turis asing, baik yang datang sendirian maupun bersama teman-teman wanitanya yang ingin merasakan pengalaman berbeda.
Tidak sulit, tapi tak terlalu mudah pula mencarinya. Andre menjelaskan, kawasan wisata ternama memiliki banyak individu yang siap membantu. Adapun jalur untuk mendapatkannya bisa beragam. Ada turis wanita yang membangun keakraban terlebih dulu, mencari langsung, dan ada pula yang menggunakan jasa muncikari untuk mendapatkannya. Beda jalan, tapi tujuan mereka satu, yakni mendapat teman tidur selama berlibur. Namun Andre juga tidak memungkiri ada kisah turis wanita yang menjalin hubungan dengan pria lokal berlandaskan rasa sayang dan ketulusan hingga ke jenjang pernikahan. What happens in Bali stays in Bali!
Sumber: MALE Zone, MALE 104