Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa,
dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak
sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. - Pembukaan UUD 1945.
![]() |
Photo: dream.co.id |
Tahun 2015 Republik
Indonesia memasuki usia yang ke 70. Kalau bukan karena perjuangan dan kerja
keras para pemimpin nasional serta para pendahulu dan pendiri republik ini,
disertai dukungan sepenuh hati dari seluruh rakyat Indonesia, kita tidak bisa
menghirup udara kebebasan seperti saat ini.
Proklamasi kemerdekaan 70
tahun yang lalu mempunyai arti yang sangat penting bagi Indonesia. Dengan modal
kemerdekaan, bangsa Indonesia memiliki harga diri dan dapat hidup berdampingan
dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Tujuan akhir perjuangan
kemerdekaan, demikian Bung Karno, adalah kemakmuran bangsa. Penjajah dilawan
karena mereka menyengsarakan bangsa. Sementara itu Bung Hatta menyatakan bahwa
tujuan perjuangan kemerdekaan adalah mrmbebaskan rakyat dari segala macam
penindasan, baik dari bangsa lain ataupun dari bangsa sendiri.
Meski sudah 70 tahun
merdeka, kalau mengacu pada pendapat dwitunggal Soekarno-Hatta di atas,
sebetulnya masih banyak PR bangsa Indonesia yang belum terselesaikan hingga
detik ini.
Well, orang memang bisa memberi makna kemerdekaan dengan sudut
pandang masing-masing. Tetapi yang tidak boleh hilang
dalam memaknai kemerdekaan adalah rasa cinta Tanah Air kita sebagai warga
negara Indonesia.
Tokoh Nahdlatul Ulama, KH
Mustofa Bisri menulis puisi tentang kemerdekaan RI, yang menarik dituliskan di
sini.
Rasanya
Rasanya...... Baru kemarin Bung Karno dan Bung Hatta atas
nama kita menyiarkan dengan seksama Kemerdekaan kita di hadapan dunia.
Rasanya....... Baru kemarin, padahal sudah tujuh puluh tahun
lamanya.
Pelaku-pelaku sejarah yang nista dan mulia Sudah banyak yang
tiada. Penerus-penerusnya sudah banyak yang berkuasa atau berusaha. Tokoh-tokoh
pujaan maupun cercaan bangsa sudah banyak yang turun tahta.
Rasanya.... Baru kemarin, padahal sudah lebih setengah abad
lamanya.
Petinggi-petinggi yang dulu suka korupsi, sudah banyak yang
meneriakkan reformasi. Tanpa merasa risi.
Rasanya.... Baru kemarin rakyat yang selama ini terdaulat
sudah semakin pintar mendaulat.
Pejabat yang tak kunjung merakyat pun terus dihujat dan
dilaknat. Rasanya baru kemarin. Padahal sudah tujuh puluh tahun lamanya.
Pembangunan jiwa masih tak kunjung tersentuh. Padahal pembangunan badan yang
kemarin dibangga-banggakan sudah mulai runtuh. Daging yang selama ini terus
dimanjakan kini sudah mulai kalap mengerikan. Ruh dan jiwa sudah semakin tak
ada harganya. Masyarakat yang kemarin diam-diam menyaksikan para penguasa
berlaku sewenang-wenang kini sudah pandai menirukan.
Rasanya... Baru kemarin. Padahal sudah lebih setengah abad
kita merdeka.
Pahlawan-pahlawan idola bangsa, seperti Pangeran Diponegoro,
Imam Bonjol, dan Sisingamangraja sudah dikalahkan oleh Sinchan, Baja Hitam dan
Kura-kura Ninja dan artis idola. Rasanya Baru kemarin. Tokoh-tokoh angkatan
empatlima sudah banyak yang koma. Tokoh-tokoh angkatan enamenam sudah banyak
yang terbenam. Tokoh-tokoh angkatan selanjutnya sudah banyak yang tak jelas
maunya.
Rasanya... Baru kemarin. Negeri zamrud khatulistiwaku yang
manis. Sudah terbakar nyaris habis. Dilalap krisis dan anarkis. Mereka yang
kemarin menikmati pembangunan sudah banyak yang bersembunyi meninggalkan beban.
Mereka yang kemarin mencuri kekayaan negeri sudah meninggalkan utang dan lari
mencari selamat sendiri. Mereka yang kemarin sudah terbiasa mendapat kemudahan
banyak yang tak rela sendiri kesulitan. Rasanya baru kemarin. Ternyata sudah
tujuh puluh tahun kita Merdeka. Ingin rasanya aku sekali menguak angkasa dengan
pekik yang lebih perkasa: Merdeka!!!!!
No comments:
Post a Comment