Up Close and Personal with Best Western Plus Makassar Beach

Salah satu obyek wisata yang terkenal di sini selain melihat benteng, serta menjenguk ruang tahanan sempit Pangeran Diponegoro saat dibuang Belanda sejak tertangkap di Tanah Jawa, adalah museum, agar generasi muda tidak melupakan sejarah. Salah satu yang tersimpan di museum adalah La Galigo. Inilah salah satu karya sastra teks Bugis kuno berbentuk epik yang ditulis di abad ke-13 yang saat ini menjadi kitab sakral Bugis.

Naskah La Galigo – yang pernah dipentaskan di Teater Tanah Airku TMII Jakarta secara megah, hingga kini diyakini masyarakat Bugis sebagai kitab sakral yang tidak boleh dibaca tanpa didahului sebuah ritual tertentu seperti menyembelih sapi. Umumnya naskahnya dibaca dengan cara dilagukan pada saat akan membangun rumah, musim tanam, pesta perkawinan, atau doa tolak bencana.

Senja di Pantai Losari

Sehabis mengunjungi Fort Rotterdam, dan diakhiri dengan segelas es teller dan es kelapa muda, kami segera bergegas ke Pantai Losari. Inilah central business district(CBD) Makassar, semua kegiatan perniagaan berpusat di sini – bahkan beberapa tahun ke depan akan dibangun sejumlah bangunan modern, dengan segala fungsinya.

Pantai Losari sering dimanfaatkan sebagai tempat untuk berolahraga di pagi hari, karena udaranya yang sejuk dengan angin yang sepoi-sepoi. Namun, paling ramai pengunjung adalah antara  jam 15 sore sampai dengan jam 21 malam. Biasanya mereka, para warga setempat, dan tentu saja wisatawan dari luar kota, menunggu dan menikmati keindahan matahari tenggelam Pantai Losari, kemudian berlanjut ke warung hidangan laut di sekitar area tersebut.

Senja itu kami habiskan di Pantai Losari, menikmati indahnya sunset, dan diakhiri dengan shalat maghrib di Masjid Amirul Mukminin, masjid terapung yang memiliki dua menara dan dua kubah.

Tidak ketinggalan, wisata kuliner adalah wajib, dan malam itu kami menikmati seafood di Rumah Makan Seafood Losari. Di restoran ini ikan-ikanan dijual dalam keadaan segar. Ikan kerapu dan wokunya sangat istimewa. Digoreng atau pun dibakar sama menariknya, kelembutan dagingnya berpadu dengan rempah yang gurih – bisa ditambahkan rasa pedas sesuai dengan selera.  Hari pertama yang mengesankan.

Gunung Karts dan Rammang-rammang

Kalau hari pertama mengeksplorasi kota Makassar, hari kedua, kami melakukan perjalanan ke luar kota sekitar dua jam dari Makassar, tepatnya Rammang-rammang.

Related Stories

spot_img

Discover

Terus Mau Sampai Kapan Cuma Jadi Penonton? Ini Dua...

Iya, maaf kalau judulnya pedes. Tapi coba tanya diri sendiri:“Usahamu sekarang benar-benar berkembang, atau...

Catatan Seru Buat Kamu yang Lagi Bangun UMKM

Biar Nggak Cuma Posting, Tapi Jualan Beneran Laku Siapa sih yang nggak mau tokonya rame...

Mengubah AI dari Sekadar Tren Jadi Mesin Uang

Catatan untuk Mereka yang Ingin Kerja Lebih Cerdas Kita sedang hidup di masa paling unik...

Rasa yang Membara dan Penuh Elegansi: Cita Rasa Thailand...

Ada kalanya, pengalaman kuliner tak hanya soal rasa, melainkan juga soal suasana, cerita, dan...

Sebuah Gelas, Sebuah Gaya Hidup

Ada dua jenis pria di dunia ini: mereka yang memesan Martini dengan yakin, dan...

Slow Burn: Cerutu, Gaya Hidup, dan Maskulinitas yang Disadari

Cerutu itu bukan sekadar asap atau gaya. Ini soal sikap. Dan Slow Burn menyajikan...

Popular Categories

Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here