Hotel Favorit – National Geographic Traveler

PERJALANAN wisata dan bisnis telah melahirkan sebuah kebutuhan mendasar bernama akomodasi komersial, yang diwadahi dalam bentuk resor dan hotel berbagai kelas. Terminologi berangkat dari tersedianya tempat hunian sementara dengan fasilitas tertentu sesuai stándar yang diinginkan. Dalam kamus para pejalan independen, keinginan itu dituangkan dalam kalimat pendek yang terdengar puitis; a home away from home.

Artinya, penyedia akomodasi perlu menyediakan tempat tinggal yang mampu membuat pengguna kerasan dan ingin kembali lagi karena berbagai faktor. Mulai lokasi, layanan, kelengkapan fasilitas sampai keramahan petugas atau hal-hal bersifat non-teknis.

Badan Pusat Statistik (BPS) sebagaimana dikutip Pusformas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata menyebut, Tingkat Penghunian Kamar (TPK) atau okupansi hotel-hotel di 14 provinsi di Indonesia pada Desember 2008 mencapai rata-rata 49,69%. Angka ini mencakup hotel bintang satu sampai lima, dengan perolehan terbesar ada pada hotel bintang tiga (48,35%) pada kategori di bawah hotel bintang empat dan lima, dan hotel bintang empat (55,42%) pada kategori hotel bintang empat dan lima. Tingkat okupansinya sendiri berfokus di tiga provinsi: Bali (63,23%), DI Yogyakarta (57,38%) dan Sumatra Barat (55,40%).

Pergerakan angka yang menunjukkan grafik menaik ini merupakan hal yang patut disambut baik. Apalagi bila diiringi dengan pertimbuhan tingkat okupansi di berbagai provinsi lain di seluruh Indonesia, berangkat dari pemahaman bahwa pariwisata Tanah Air merupakan salah satu komoditi penting.

Lepas dari konteks pengertian hotel berbintang atau pun kelas melati seperti yang diklasifikasikan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), National Geographic Traveler menggelar sebuah serasehan untuk mengungkap kriteria dan sisik-melik kondisi sebuah tempat bermalam yang diinginkan para pejalan. Termasuk keputusan memberi predikat penyedia akomodasi lain mendapat predikat favorit atau terbaik, karena memiliki keunikan tertentu.

Kami mengundang beberapa public figure, pelaku seni, jurnalis serta pribadi-pribadi dari berbagai latar-belakang, dengan kekhususan kerap melakukan perjalanan dalam tataran wisata maupun bisnis agar dapat menggambarkan keinginan dan kebutuhan yang diperlukan pejalan.

Mereka adalah William Wongso (pakar kuliner), Jay Subyakto (seniman), Riyanni Djangkaru (presenter dan ibu rumah tangga), Burhan Abe (pemimpin redaksi dua media cetak, gaya hidup dan kuliner), Muhammad Gunawan ”Ogun” (pendaki gunung dan pemandu khusus), Ade Purnama (pengelola sebuah komunitas pejalan), Siti Kholifah (produser acara wisata sebuah stasiun televisi swasta), Amir Shidarta (kurator) dan Heryus Saputro (jurnalis).

Bersama National Geographic Traveler, mereka mengkaji nilai-nilai yang sebaiknya dimiliki oleh sebuah tempat menginap atau akomodasi komersial, dengan titik tolak selaras dengan wisata ramah lingkungan dan berkelanjutan atau sustainable tourism.

Dari sarasehan “Hotel Favorit” yang digelar National Geographic Traveler beserta para peserta panel diskusi dengan berbagai latar-belakang bidang kekhususan tadi, ada sederet penilaian yang bisa dituangkan untuk kategori sebuah tempat menginap. Dengan tidak mengadakan perbedaan berdasar klasifikasi daya tampung dan kategori hotel secara umum. Rumusan dari nilai-nilai yang diperbincangkan dalam sarasehan mencangkup:

Pengertian penginapan sebagai ’the place to stay in’ secara umum: Penginapan yang mengedepankan kekhususan tertentu: Sajian makanan khas; Gerai cendera mata unik dengan kepedulian terhadap lingkungan; Tidak mengedepankan hal yang dilarang, berkait pelestarian lingkungan hidup dan satwa langka; Keunikan dalam hal latar belakang, seperti nilai historis dan budaya; Hospitality atau keramahan yang dimiliki para petugasnya serta layanan, dengan tidak melakukan pembedaan berdasar ras, suku, golongan tertentu; Kelengkapan khusus yang dimiliki penginapan, seperti jasa pemandu atau pemesanan tiket dengan cepat; Kepedulian pihak pengelola penginapan untuk memberdayakan sumber daya manusia di kawasan sekitarnya serta mengajak para tamunya agar peduli terhadap isu lingkungan, meski dalam hal kecil sekalipun, dan; Penginapan dengan lokasi yang beda atau tidak biasa, semisal di atas sungai.

(National Geographic Traveler, September 2009)

Previous article
Next article

Related Stories

spot_img

Discover

Cross Paasha Bali Seminyak

A Symphony of Style, Sophistication, and Balinese Charm Bali, Indonesia – In the heart of...

Merayakan Imlek 2024 Lebih Semarak di The Langham Jakarta 

Masuki tahun baik dengan energi positif dan pesta meriah yang lezat di T’ang Court  Perayaan...

Understand Digestive Imbalances During the Festive Season at RAKxa 

What are the Factors that Can Disrupt the Balance of Your Gut  During the winter...

Rocka Reopens at Six Senses Uluwatu, Bali

Rediscovering Sustainable Culinary Dining  Rocka Restaurant & Bar at Six Senses Uluwatu reopens its doors...

COAL Menghidupkan Suasana Bar di Jakarta Pusat

COAL adalah bar terbaru di Jakarta yang menyajikan koktail khas dengan sentuhan cita rasa...

Sunday Folks Luncurkan Aneka Pilihan Es Krim Artisanal di...

Merek asal Singapura ini menghadirkan pilihan es krim premium dan hidangan pencuci mulut di...

Popular Categories

Comments