Memang, tidak semua buku laris dunia otomatis laku keras di pasar Indonesia. Itu sebabnya, Periplus pun dituntut untuk mengetahui psikologi pembeli Indonesia, buku-buku apa saja yang mereka sukai. “Itu sebabnya, tidak semua buku yang terbit di dunia akan didatangkan Periplus ke Indonesia,” jelas Judo.
Itulah seni menjual buku-buku impor. Tidak hanya judul, karena sebuah buku untuk sampai ke tangan konsumen, selalu berkaitan dengan distribusi, serta volume yang dianggap optimal jika dikaitkan dengan harga.
Judo mengakui, sejak BBM naik dua tahun lalu, daya beli masyarakat makin turun, dan kebutuhan akan membeli buku pun semakin rendah pula. Hanya saja, ia tetap optimistis bahwa pecinta buku-buku asing tetap tumbuh secara positif. Sehingga, ketika kondisi makronya mulai membaik, bisnis buku pun pasti menggeliat pula. Dan rencana rencana ekspansi Periplus dalam beberapa waktu ke depan tidak ingin diurungkan.
“Periplus is an Indonesian contemporary designed shop filled with excellent range of books and magazines. With a cozy atmosphere and helpful staff. In short, it’s a bookshop with style,” katanya. (Abe)
28 November 2006