Home Blog

Villa Beatrice: Manifestasi Villeggiatura Modern di Liguria Bersama Belmond

0

Ada tempat-tempat yang tidak hanya sekadar destinasi. Mereka adalah panggung hidup, di mana waktu berjalan lambat, cahaya sore menari di sela jendela besar, dan gelas anggur terangkat bukan sekadar ritual, melainkan perayaan akan hari yang panjang dan malas. Villa Beatrice, permata baru Belmond di Liguria, adalah salah satunya.

Bertengger anggun di atas teluk Tigullio, menatap Paraggi, Cinque Terre hingga Portofino, villa ini lahir kembali setelah satu abad lebih menua dengan indah. Dibangun pada 1913 oleh Attilio Odero—seorang industrialis Liguria—untuk menjadi rumah musim panas bagi keluarga dan sahabat, villa ini merupakan karya arsitektur flamboyan Gino Coppedè. Sebuah pertemuan nakal antara Art Nouveau, Gothic Revival, dan Neo-Renaissance, dengan torretta menjulang yang menawarkan panorama 360 derajat seolah seluruh Riviera Italia terhampar hanya untuk Anda.

Must Have Book: Bali: The Little Black Book

Kini, setelah pemugaran penuh hormat oleh Martin Brudnizki Design Studio, Villa Beatrice menjadi undangan paling eksklusif Belmond: sebuah kesempatan merasakan villeggiatura—seni menghabiskan musim panas dengan santai—dalam wujud paling elegan.

Di Antara Fresko dan Keramik Albisola

Melangkah masuk, Anda seperti dijemput oleh nostalgia aristokratik Italia, tapi tanpa kesan kaku. Interiornya memadukan wasiat masa lalu dengan napas kontemporer. Fresko-fresko asli villa ini direstorasi dengan teliti, sementara lantai terracotta dan Graniglia alla Genovese tetap memamerkan akar lokalnya. Lampu meja dari keramik Albisola Superiore, meja samping tempat tidur berinlay Vienna straw yang mengingatkan pada kursi Chiavari, hingga tekstil hasil tenun pabrik tradisional di Italia Utara, semuanya berbisik lembut tentang tempat ini: tempat di mana warisan dijaga, bukan sekadar dipamerkan.

Brudnizki menyebut inspirasinya datang dari “warisan kawasan ini, pendekatan santai terhadap kemewahan, dan cerita rumah itu sendiri.” Palet warnanya diambil langsung dari palet kuno desa-desa nelayan Liguria: hijau, terracotta, kuning pasir, hingga merah lobster. Hasilnya, setiap sudut villa seolah merayu Anda untuk membuka botol prosecco kedua.

Sayang kalau dilewatkan! Rahasia Sukses UMKM Jaman Now!

Waktu Berjalan Lain di Sini

Ada tempat yang membuat Anda lupa menatap jam tangan. Villa Beatrice adalah tempat itu. Anda bisa memulai hari dengan yoga di teras utama menghadap laut, berlanjut dengan mencicip gelato dari maestro lokal, dan menutupnya dengan makan malam di bawah pergola yang dibalut anggur merambat, hanya diterangi lampu lentera dan langit malam Liguria yang jujur, pekat, dan sarat bintang.

Your Cheat Sheet to Bali Bliss

0

Resensi Buku “Bali: The Little Black Book”

Pernah nggak sih merasa overwhelmed pas mau liburan ke Bali? Hotel bejibun, beach club segudang, warung makan viral di mana-mana. Rasanya semua orang punya rekomendasi best sunset bar ever versi masing-masing — ujung-ujungnya malah bingung sendiri.

Nah, di sinilah Bali: The Little Black Book masuk sebagai penyelamat hidupmu. Bayangkan buku ini seperti sahabat paling hits yang sudah keliling Bali dari ujung ke ujung, tahu spot mana yang hype, mana yang hidden gem, tapi juga nggak pelit ngasih rahasia.

Buku saku super stylish ini nggak cuma ngasih kamu 100+ pilihan hotel, dari resort mewah di Nusa Dua sampai villa jungle di Ubud. Tapi juga:
🍽 Daftar tempat makan seru, dari babi guling legendaris sampai café yang avocado toast-nya bikin susah move on.
🧘‍♀️ Spa & yoga shala yang diam-diam sering jadi tempat healing para expat (dan seleb IG).
🙏 Tips do’s & don’ts biar kamu nggak salah langkah di Bali, kayak jangan sentuh kepala orang Bali atau asal masuk pura pakai celana pendek.
🌺 Bahasa Bali dasar yang bisa bikin penduduk lokal langsung senyum simpul pas dengar kamu bilang “Suksma!”

Unduh di SINI ya.

Lebih asyiknya lagi, buku ini ditulis dengan nada santai, kaya akan fun facts, plus panduan little black book style yang penuh bisikan, “psst… ke sini aja deh kalau mau tempat yang nggak rame turis.”

Bacanya bikin kamu membayangkan lagi duduk di pinggir infinity pool, kelapa muda di tangan, sambil scrolling itinerary hasil racikan sendiri yang udah anti FOMO. Bukan cuma soal “ke mana harus pergi”, tapi juga cara menikmati Bali lebih pelan, lebih sadar, dan lebih tulus.

Jadi kalau kamu mau ke Bali bukan sekadar buat numpang foto, tapi benar-benar mau fall in love with the island, buku ini wajib banget jadi pegangan.

👉 Download & BACA sekarang di sini: Bali: The Little Black Book

Karena Bali terlalu indah untuk dilewatkan tanpa panduan yang tepat. 🌴 Guaranteed to make your friends say, ‘How did you even find this place?’ (Ayen G. Manus)

Jakarta After Dark: City of Sins & Dreams

0

Jakarta di malam hari itu semacam kekasih gelap. Menggoda, sedikit berbahaya, tapi bikin kamu terus datang lagi — walau tahu akhirnya hanya akan berakhir di pagi yang pahit.

Lewat buku ini, Burhan Abe — jurnalis gaya hidup yang pernah memimpin majalah Popular dan MALE, juga kontributor The Jakarta Post — merangkai potongan-potongan malam Jakarta yang berkilau dalam dosa dan mimpi. Dari lorong-lorong Senopati yang berbisik sampai meja plastik kaki lima di ujung jalan yang penuh bekas tisu lipstik, semua dihidupkan dengan narasi nakal tapi puitis.

Setiap bab mengajak kita nyemplung lebih dalam: ke tawa yang terlalu keras dalam klub yang terlalu gelap, ke genggaman tangan orang asing yang rasanya terlalu akrab, ke sate tengah malam yang entah kenapa lebih nikmat setelah dua gelas tequila.

Unduh di SINI ya.

Buku ini bukan cuma tentang nightlife Jakarta. Ini tentang perasaan kita semua yang kadang sengaja hilang saat malam tiba — biar bisa jatuh cinta sebentar, mengaku salah pada diri sendiri, lalu pura-pura lupa besok paginya.

Kalau kamu pernah ngerasa jatuh cinta sama orang yang nggak kamu kenal namanya, atau pulang pagi sambil berjanji (bohong) nggak bakal ulang lagi, buku ini bakal bikin kamu senyum malu-malu — lalu kangen sama lampu jalan dan musik keras itu. (Laurens G. Manus)

🔗 Berani jatuh cinta sama malam Jakarta?
Download dan baca di sini:
Jakarta After Dark

Terus Mau Sampai Kapan Cuma Jadi Penonton? Ini Dua Buku Buat UMKM yang Nggak Mau Mati Pelan-Pelan

0

Iya, maaf kalau judulnya pedes. Tapi coba tanya diri sendiri:“Usahamu sekarang benar-benar berkembang, atau cuma nambah capek tiap bulan karena uangnya muter di situ-situ aja?” Kalau jawabannya yang kedua, serius deh, dua buku ini bakal jadi tamparan manis sebelum usaha kamu keburu disalip sama toko sebelah yang lebih agresif dan lebih pinter main digital.

Rahasia Sukses UMKM Jaman Now!

👉 Download di sini

Buku ini kayak kaca besar. Nunjukin ke kamu, “Hei, feed IG kamu udah cakep, tapi caption-mu hambar. Produkmu bagus, tapi brand-mu nggak punya cerita. Gimana mau bikin orang jatuh cinta?”

Lewat contoh nyata — kayak Hello Zenina yang ngirim 3.000 order/bulan, atau Shopatblow yang udah 60.000 pasang sepatu/bulan — kamu diajak ngelihat gimana branding dan digital marketing itu bukan pilihan, tapi harga mati kalau mau usaha panjang umur.

UMKM Naik Kelas: Cara Sederhana Go Digital & Cuan Maksimal

👉 Download di sini

Nah kalau buku pertama ngajarin kamu biar kelihatan keren dan dipercaya, buku kedua ini ngulik hal-hal yang sering kamu remehin tapi justru vital. Kayak gimana cara bikin foto produk yang layak dikasih hati sama calon pembeli, gimana bikin katalog WA yang closing-nya nggak cuma basa-basi, sampe ngerapiin toko Shopee biar kelihatan meyakinkan. Jangan kaget ya, seringnya usaha gagal berkembang bukan karena modal kurang, tapi karena tampilannya nggak bikin orang yakin buat transfer.

Catatan Seru Buat Kamu yang Lagi Bangun UMKM

0

Biar Nggak Cuma Posting, Tapi Jualan Beneran Laku

Siapa sih yang nggak mau tokonya rame pembeli, WhatsApp bunyi terus, dan akhirnya bisa bilang dengan bangga, “Aku punya brand sendiri, lho!” Tapi, seringnya yang terjadi adalah: toko online udah rapi, feed Instagram udah cakep, tapi… sepi order.

Nah, di sinilah Rahasia Sukses UMKM Jaman Now! karya Burhan Abe masuk dengan pas banget. Buku ini tuh ibarat sahabat yang ngerti banget rasanya memulai usaha dari modal tipis, belajar foto produk pake HP seadanya, sampai minder lihat pesaing yang udah duluan laris.

Dari halaman awal, kita diajak santai banget untuk ngebahas kenapa branding itu penting — bukan cuma soal logo cantik, tapi tentang bikin orang percaya sama produk kita. Trus masuk ke digital marketing yang kadang serem denger istilahnya, tapi ternyata gampang banget kalau dijelasin step by step kayak di buku ini.

Yang bikin makin semangat adalah kisah brand-brand lokal yang awalnya juga kecil banget. Coba aja lihat Hello Zenina, mereka sekarang bisa ngirim lebih dari 3.000 order tiap bulan, cuma modal konsisten upload & cerita tentang produknya.

Atau Shopatblow yang produksinya tembus 60.000 pasang sepatu sebulan, padahal mulainya juga dari rumah. Belum lagi Monica The Label yang omzetnya naik 3 kali lipat waktu coba ikut kampanye Shopee & TikTok. Cerita mereka tuh bikin kita mikir, “Lah, mereka aja bisa. Masa aku nggak?”

Unduh di SINI ya.

Buku ini juga ngasih kita tools praktis banget — mulai dari contoh caption, ide konten reels, sampai checklist mingguan. Jadi kamu nggak akan lagi bilang, “Aku nggak tau mau posting apa hari ini.”

Kalau kamu saat ini lagi merintis usaha kecil, entah itu baju, hijab, kue, atau hampers, buku ini wajib kamu baca. Bukan supaya langsung sukses instan (nggak ada yang instan, ya kan?), tapi supaya langkahmu lebih terarah dan peluang larisnya jauh lebih besar. (Salma Kamila)

Unduh bukunya di sini dan mulai ubah toko online kamu dari yang cuma ‘ada’, jadi yang benar-benar laris dan dicari orang: Rahasia Sukses UMKM Jaman Now

Mengubah AI dari Sekadar Tren Jadi Mesin Uang

0

Catatan untuk Mereka yang Ingin Kerja Lebih Cerdas

Kita sedang hidup di masa paling unik sepanjang sejarah. Dulu, hanya perusahaan besar yang punya teknologi canggih untuk mempercepat kerja. Sekarang? AI ada di genggaman siapa saja — dari pelajar, ibu rumah tangga, freelancer, sampai pemilik usaha kecil.

Buku Membangun Mesin Uang di Era AI lahir dari kegelisahan sekaligus kekaguman saya melihat perubahan ini. Dalam beberapa tahun terakhir, saya banyak terlibat mendampingi UMKM, kreator konten, hingga korporasi yang mulai beradaptasi dengan AI. Banyak dari mereka antusias, tapi tidak sedikit pula yang kebingungan harus mulai dari mana.

Unduh di sini ya.

Lewat buku ini, saya ingin menunjukkan bahwa AI bukan hanya soal teknologi rumit atau hype sesaat yang akan tenggelam. Justru sebaliknya — AI bisa menjadi pekerja lembur super yang menulis, mendesain, mengedit video, bahkan menganalisis pasar, sementara kita fokus membangun relasi dan memikirkan strategi besar.

Di buku ini, saya membahas secara bertahap:
✅ Bagaimana memanfaatkan AI untuk membuat konten lebih cepat — artikel, reels, hingga ebook.
✅ Mendirikan toko online tanpa stok barang sendiri lewat dropship & print-on-demand.
✅ Menciptakan aset digital seperti template dan mini course yang bisa dijual ribuan kali.
✅ Mengoptimalkan affiliate marketing & blogging agar komisi mengalir otomatis.
✅ Dan tentu saja, bagaimana personal branding tetap jadi pembeda paling ampuh di tengah banjir teknologi.

Saya percaya, siapa pun bisa memanfaatkan AI untuk membangun mesin uang digital versi mereka sendiri. Tidak harus langsung besar, tidak harus sempurna. Yang penting mulai dulu — biar AI yang lembur, kita yang menikmati hasilnya.

Buat yang ingin membaca lebih lengkap, buku ini bisa diunduh di sini: 👉 Membangun Mesin Uang di Era AI

Semoga bermanfaat, dan selamat mencoba bekerja lebih cerdas di era AI. (Burhan Abe)

Rasa yang Membara dan Penuh Elegansi: Cita Rasa Thailand Selatan Hadir di Bali Lewat Seri Kuliner “Taste of Asia” dari Aman

0

Ada kalanya, pengalaman kuliner tak hanya soal rasa, melainkan juga soal suasana, cerita, dan filosofi yang menyertainya. Itulah yang dihadirkan Taste of Asia, seri gastronomi terbaru dari Aman Indonesia yang akan menyapa para pencinta kuliner di Bali pada Juli 2025 mendatang. Sebuah perjalanan rasa yang menyatukan keberanian rempah-rempah Thailand Selatan dan keanggunan khas Aman.

Dua Malam, Dua Destinasi, Satu Pengalaman Kuliner Istimewa

Seri perdana Taste of Asia mempertemukan dua properti ikonik Aman di Bali—Amankila di pesisir Timur dan Amandari di jantung budaya Ubud—dalam perayaan kuliner penuh keaslian dan karakter. Sorotan utamanya adalah kehadiran Chef Pornsak “Bao” Prathummas, sosok di balik kesuksesan restoran Buabok di Amanpuri, Phuket, yang baru saja masuk dalam daftar Michelin Bib Gourmand 2024.

Bacaan Menarik: Membangun Mesin Uang di Era AI 

18 Juli 2025 | Amankila, Bali Timur

Berlatar belakang laut biru dan langit senja di Restoran Sandikala, para tamu akan menikmati makan malam eksklusif dengan sajian khas Thailand Selatan ala Chef Bao. Menu istimewa seperti Goong Lai Sue Yang (udang bakar bumbu khas) dan Panang Curry Beef akan membawa Anda dalam petualangan rasa yang kaya, menggoda, dan menghangatkan jiwa.

19 Juli 2025 | Amandari, Ubud

Keesokan harinya, cita rasa Thailand Selatan bertransformasi dalam suasana tenang nan spiritual di Amandari. Bertempat di area terbuka yang menghadap Lembah Sungai Ayung, makan malam ini menjadi simfoni keindahan alam Bali dan keahlian kuliner Thailand dalam harmoni yang begitu lembut namun penuh karakter.

Mengenal Lebih Dekat Chef Bao

Lahir dan dibesarkan di Nakhon Si Thammarat, Thailand Selatan, Chef Bao memulai perjalanannya di industri kuliner dari posisi paling dasar—sebagai steward. Berkat ketekunan dan hasratnya akan dunia masak-memasak, ia naik pangkat hingga menjadi Chef de Cuisine di Buabok. Dedikasinya untuk menjaga keaslian rasa serta memanfaatkan bahan-bahan lokal seperti Phak Lin Han dan Phak Miang menjadikannya tidak hanya seorang juru masak, tapi penjaga warisan kuliner.

Bacaan Menarik: Wine Not? Cerita, Rasa, dan Gaya Hidup di Balik Segelas Wine

Setiap hidangan yang ia sajikan adalah bentuk penghormatan pada kampung halamannya dan upaya menyebarkan kisah cita rasa Thailand Selatan kepada dunia, satu piring pada satu waktu.

Sebuah Gelas, Sebuah Gaya Hidup

Ada dua jenis pria di dunia ini: mereka yang memesan Martini dengan yakin, dan mereka yang diam-diam mencobanya di rumah. Buku ini dibuat untuk keduanya.

Shaken, Not Stirred: The Martini Manifesto adalah pernyataan sikap dari Burhan Abe, jurnalis gaya hidup yang sudah terlalu lama mengamati dunia urban culture dari dekat. Dalam buku ini, Abe tidak sekadar menulis tentang cara membuat Martini. Ia menulis tentang bagaimana hidup seharusnya dijalani — dengan presisi, dengan gaya, dan tentu saja, dengan rasa.

Martini adalah minuman yang jujur. Terlalu banyak vermouth, terlalu sedikit gin — dan kamu bisa merasakannya dalam satu tegukan. Begitu juga hidup. Kesalahan kecil bisa terasa besar, dan detail bukan sekadar aksesori, tapi esensi.

Buku ini membawa kita menelusuri sejarah Martini, dari bar tua di San Francisco ke layar emas Hollywood. Tapi yang paling menarik adalah bagaimana penulis mengaitkannya dengan karakter pria modern: tidak perlu ribut, cukup tajam. Tidak banyak gaya, tapi penuh kelas.

Download di SINI ya.

Layout buku ini elegan, dengan infografik yang informatif dan ilustrasi yang membuat kamu ingin segera meracik versi kamu sendiri. Di bab “Home Bar ala 007”, Abe membocorkan formula membangun atmosfer di rumah yang membuat siapapun ingin duduk dan mendengarkan musik jazz sambil menyeruput rasa klasik dari gelas segitiga.

Yang membedakan buku ini dari banyak buku cocktail lainnya adalah nadanya: bukan sok tahu, tapi tahu betul apa yang dibicarakan. Dan tahu bagaimana menyampaikannya dengan santai tapi berisi — seperti percakapan larut malam di bar hotel bintang lima.

Martini, seperti kata Abe di halaman terakhirnya, adalah keputusan. Dan pria yang tahu apa yang dia minum, biasanya tahu juga apa yang dia inginkan dalam hidup. (Laurens G. Manus)

📥 Baca dan unduh buku ini di sini: The Martini Manifesto

Slow Burn: Cerutu, Gaya Hidup, dan Maskulinitas yang Disadari

0

Cerutu itu bukan sekadar asap atau gaya. Ini soal sikap. Dan Slow Burn menyajikan semua itu dalam satu paket: informasi, cerita, dan keheningan yang berkelas.

Ditulis oleh jurnalis senior yang telah malang melintang di dunia gaya hidup dan luxury living—buku ini bukan panduan teknis biasa. Ini adalah refleksi tajam, kontemplatif, dan sangat maskulin tentang bagaimana cerutu menjadi bagian dari gaya hidup pria modern yang tahu cara berhenti sejenak, berpikir dalam, dan menikmati waktu.

Di tengah dunia yang serba cepat, penuh notifikasi, dan obrolan kosong, Slow Burn hadir seperti lounge kulit klasik dengan pencahayaan redup dan segelas scotch di tangan kanan. Lewat tujuh babnya, buku ini membedah cerutu bukan hanya dari bentuk dan rasa, tapi dari makna. Dari kebun tembakau Jember, ruang fermentasi di Taru Martani, hingga klub-klub privat dan coffee shop berasap di Jakarta—semua diramu dengan elegan.

Yang menarik, buku ini menyelipkan kisah-kisah tokoh pria besar yang menyatu dengan cerutu: Che Guevara, Winston Churchill, hingga karakter fiksi seperti Don Corleone. Cerutu bukan tentang mengikuti tren, tapi tentang mempertahankan karakter.

Download di SINI ya.

Buku ini juga memperkenalkan kita pada brand lokal seperti BIN Cigar, yang semua produknya diekspor dan JT Royale milik Jeremy Thomas. Ada Benny Prasetyo pengggiat di komunitas cerutu via platformnya, Cigar Universe Asia. Semua menunjukkan bahwa cerutu Indonesia tak kalah dari Kuba, Dominika, atau Nikaragua. Malah, punya soul sendiri—dari tanah vulkanik dan tangan-tangan terampil anak bangsa.

Ada bab favorit: soal komunitas. Karena cerutu bukan konsumsi solo. Ini tentang pertemanan dan persaudaraan. Obrolan jujur. Percakapan yang pelan tapi dalam. Di lounge Borobudur, Merapi, Bintaro, hingga pojok bar tersembunyi di Bandung—ada semangat pertemanan, bisnis, dan hormat yang dibangun dari satu batang yang terbakar lambat.

Slow Burn adalah ajakan bagi pria untuk kembali menguasai ruang dan waktu. Bukan dengan tergesa, tapi dengan sadar. Bukan dengan pamer, tapi dengan kendali. (Ely Alvaro Gibran)

📘 Kalau kamu menghargai kualitas, tradisi, dan ritme hidup yang tak tergesa—buku ini untukmu.
Download sekarang di:
👉 Slow Burn, Cerita Cerutu dari Jember ke Havana

Belajar Naik Kelas Jadi Pebisnis Digital Lewat Buku Ini

0

Sebagai seseorang yang pernah mencoba berjualan kecil-kecilan—dari frozen food, kopi literan, sampai jasa konten—saya tahu betul rasanya jadi pelaku UMKM yang serba sendiri. Bikin produk, ambil foto, jawab chat, sampai antar pesanan sendiri. Rasanya melelahkan, apalagi saat harus mulai belajar digital marketing, padahal belum tahu bedanya feed dan reels.

Itu sebabnya saya merasa relate banget saat membaca buku UMKM Naik Kelas: Cara Sederhana Go Digital dan Cuan Maksimal. Buku ini bukan teori tinggi atau bahasa rumit ala pelatihan instansi. Justru sebaliknya—sederhana, aplikatif, dan ditulis dengan empati terhadap realitas UMKM di lapangan. Setiap bab-nya seperti teman ngobrol yang paham kondisi kita: modal terbatas, waktu sempit, tapi semangat besar.

Isinya padat tapi ringan. Mulai dari cara memilih platform digital yang tepat, membuat foto produk dengan HP, menulis caption yang menjual, hingga pakai WhatsApp Business dan Canva secara efektif. Bahkan ada bonus worksheet, kartu ucapan, dan template siap pakai yang benar-benar membantu. Saya sendiri langsung pakai salah satu prompt ChatGPT-nya untuk membuat caption jualan!

Yang saya suka, buku ini tak hanya memberi ilmu teknis, tapi juga semangat. Bahwa naik kelas itu bukan soal viral atau banyak modal—tapi soal konsistensi, keberanian belajar, dan memahami pelanggan. Nilai-nilai itu yang sering luput dari pelatihan bisnis formal. (Sumarsih, Jakpreneur, Jakarta Utara)

📥 Kalau kamu pelaku UMKM atau baru mulai usaha, buku ini wajib kamu baca.
Langsung saja unduh di sini: 👉 UMKM Naik Kelas