Bos Perempuan, Siapa Takut?

Cerewet dan terlalu memakai perasaan ketimbang rasio, itulah anggapan umum tentang bos wanita, yang sulit dipatahkan. Tidak penting, itu mitos atau fakta, jika tahu strateginya, konon tidak sulit menghadapi bos perempuan yang — mengutip sebuah lagu dari Seriues – juga manusia. (Burhan Abe)

Apa bedanya punya bos laki-laki dan bos perempuan? Tadinya saya tidak percaya dengan protipe yang telanjur melekat selama ini, bahwa bos perempuan itu reseh, mengedepankan perasaan ketimbang rasio, dan sifat-sifat lain minor yang lain. Tipikal seseorang, demikian pendapat para aktivis perempuan yang juga saya amini, bukan karena masalah jender, tapi persoalan personal orang tersebut.

Namun, maaf para perempuan, keyakinan saya tersebut runtuh ketika saya akhirnya mengalaminya langsung, mempunyai bos perempuan, bahkan sampai dua kali – yang pertama di penerbitan majalah dan yang kedua di konsultan PR (public relations).

Stigma cerewet itu ternyata benar adanya. Semua sepertinya tidak ada yang luput dari perhatiannya. Yang dipersoalkan kadang-kadang bukan yang penting-penting amat. Soal penampilan yang salah, misalnya, bisa menjadi sasaran kritikan. Memang, kritiknya membangun, tapi seringkali menyakitkan. Teman sekerja saya, perempuan, pernah kena semprot gara-gara penampilannya kurang rapi, ketika akan bertemu dengan klien. Mengapa juga harus ribet, yang menjalani saja pede abis!

Dalam mengelola perusahaan bos-bos perempuan lebih personal. Tidak hanya urusan kantor, urusan pribadi pun kadang-kadang masuk dalam materi rapat. Pernah saya diajak bicara empat mata dari hati ke hati, topiknya tidak hanya urusan kantor tapi juga topik-topik yang menyangkut wilayah privat. Tidak kalah dengan acara gosip di televisi.

Yang menyebalkan, topik yang berkategori “confidential” itu ternyata tidak hanya “milik kami berdua” saja, tapi sudah menyebar ke para karyawan. Hah? Seperti tayangan infotainmen, tidak ada rahasia pribadi, yang ada adalah rahasia umum.

Sudah begitu, yang menjadi perhatiannya bos perempuan adalah hal-hal kecil. Misalnya, kenapa si anu datangnya siang? Kenapa orang marketing harus pergi ke acara itu, kalau secara potensial bisnis tidak menjanjikan apa-apa? Siapa yang membuang tisu di wastafel? Kok mobil tidak dicuci? Dan urusan remeh-temeh yang lain.

Pernah, dalam satu edisi dalam majalah yang terbit, ada kesalahan cetak – menyangkut istilah bahasa Inggris yang bos sangat menguasai. Tak ayal, meledaklah amarahnya. Pemimpin redaksi dipanggil, sebagai redaktur pelaksana saya juga dimintai pertanggungjawaban.

Memang begitulah seharusnya. Cuma, yang menyebalkan, kasus salah cetak yang seharusnya sudah “menjadi bubur” itu menjadi soal benar, hingga rapat yang lebih strategis pun hari itu batal diadakan. “Kalau hal-hal kecil saja luput dari perhatian, bagaimana bisa mengambil keputusan besar,” alasannya.

Tapi benarkah bos perempuan terkenal dengan sifat-sifat minornya tersebut? Saya nomer satu yang mengatakan tidak setuju, karena sifat-sifat mayor (lawan kata minor) bos perempuan banyak juga yang menonjol, misalnya bijaksana, teliti karena sifatnya yang sangat perhatian terhadap hal-hal kecil, empatinya tinggi, lebih mengerti perasaan orang lain, dan seterusnya.

Related Stories

spot_img

Discover

Menemukan Ketenangan: Koleksi Secluded Villa Dari Nakula

A Gentleman’s Escape, Bali Style Bali mungkin terkenal dengan beach club yang ramai, pesta sampai...

Start Small, Scale Big: Buku yang Bikin Kita Ingin...

Saya harus jujur, awalnya saya pikir buku tentang bisnis startup itu pasti rumit, penuh...

PR 4.0: Mengelola Persepsi di Era Digital – Blueprint...

Di dunia bisnis modern, teknologi bukan lagi sekadar alat, melainkan lanskap tempat reputasi dibangun...

Dari Bandung ke London: Adhi, Anak Indonesia di Jantung...

Di balik layar kecerdasan buatan yang hari-hari ini mengubah cara manusia bekerja, belajar, bahkan...

“Behind The Stage”: Buku Paling Rock Tentang Bisnis Musik...

Kalau lo pikir industri musik itu cuma soal panggung, sound system, dan lighting keren,...

Slow Burn: Saatnya Menikmati Hidup Pelan-Pelan Lewat Cerutu, dari...

Kalau selama ini Anda mengira cerutu hanya milik kalangan pria tua berperut buncit yang...

Popular Categories

Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here