Bagi para pecinta buku, terutama buku impor, Periplus bukanlah tempat yang asing. Bukan hanya koleksinya yang mencapai 30.000 judul, toko buku ini didesain sebagai tempat cozy, bahkan untuk beberapa gerai – sebutlah di bilangan Kemang Jakarta dan Bali Galeria Mall – dilengkapi dengan coffee shop.
Periplus yang merupakan bagian dari The Periplus Publishing Goup, yang mempunyai alamat di Singapura, Tokyo, dan Nort Clarendon (AS), menjadi pilihan yang berburu buku yang menyenangkan. Meski tidak dirancang sebagai superstore yang luas, kehadiran Periplus yang sekitar 100 – 150 meter persegi yang tersebar di berbagai tempat di Indonesia terlihat cukup menonjol.
Desain Periplus, yang digagas Jaya Ibrahim, memakai konsep semi minimalis. Pemakaian bahan kayu yang sangat dominan membuat tempat ini terasa hangat dan homy. Desainnya yang menonjolkan unsur keindonesiaan, yang diperlihatkan dengan sentuhan arsitektur lokal – sesuai dengan lokasi toko buku, itu terlihat sangat catchy.
Toko buku internasional di Indonesia boleh dibilang tumbuh subur, tapi dengan kekhasan tertentu, Periplus yang berdiri sejak enam lalu itu selalu mendapat tempat di hati para pecinta buku. “Kalau dulu pengunjungnya kebanyakan para ekspatriat, kini justru sebaliknya. Orang lokal bahkan mencapai 70 persen,” ujar Judo Suwidji, General Manager Periplus.
Ia menyebutkan, dengan banyaknya para lulusan luar negeri, serta sekolah-sekoah internasional di Indonesia, membuat kegemaran akan membaca buku asing (berbahasa Inggris) di Indonesia meningkat.
Judo Suwidji, yang juga Managing Director Java Books Indonesia, mengaku semula pihaknya adalah impotir buku-buku asing. Tapi seiring dengan berkembangnya waktu, serta minta orang akan bacaan asing makin tinggi, pihaknya pun tertarik untuk mempunyai gerai sendiri. Kini tak kurang dari 36 gerai yang dimilikinya, tersebar di enam kota (Jakarta, Bandung, Semaran, Yogyakarta, Surabaya, dan Bali).
Buku tak sekadar jendela dunia, tentu saja. Untuk mengelola usaha buku tidak cukup hanya berbekal idealisme, tapi dibutuhkan pengetahuan tentang bisnis yang memadai. Salah satunya adalah, Judo tidak percaya bahwa untuk kalangan atas – sesuai dengan positioning buku-buku impor – tidak sensitif terhadap harga. Justru di masa sulit ini, harga kerap menjadi pertimbangan utama seserang dalam memutuskan pembelian buku.
Untunglah, dengan menguasai hulu, Periplus bisa menjual buku dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan toko-toko sejenis. Itulah salah satu rahasia mengapa Periplus bisa bertahan di antara serbuan pesaing-pesaing baru.
Tidak hanya itu, dari segi judul, Periplus mempunyai akses yang baik ke penerbit-penerbit dunia, terutama di Singapura, Tokyo, New York, dan Sydney. Jaringan yang luas ini sangat penting dalam pengelolaan bisnis toko buku, terutama untuk mendapatkan buku-buku berkualitas. Setiap bulan, ada ratusan buku yang diterbitkan oleh para penerbit internasional.
“Kami perlu mempunyai hubungan yang baik dengan para penerbit agar mendapatkan informasi buku-buku yang bagus, termasuk buku-buku best seller dunia. The Top 50 New York Time Best Seller Books List, misalnya, selalu tersedia di Periplus,” jelas Judo.