Kalender lama telah kita tanggalkan, dan kita menggantung kalender yang baru. Tanpa kita sadar, tahun tahu-tahu berganti. Selalu begitu setiap tahunnya. Masih ingat apa yang terjadi menjelang Tahun Baru 2007 kemarin? Mungkin ada yang merayakannya di hotel-hotel atau tempat-tempat keramaian? Atau mungkin menyepi dengan mendaki gunung dengan klub pecinta alam?
Anyway, apa pun yang kita lakukan waktu itu, boleh jadi kita menaruh harapan dan berdoa. Beberapa bangsa di berbagai negara ada yang mempunyai tradisi make a wish menjelang saat-saat istimewa seperti Tahun Baru. Mengajukan permohonan dan berharap apa yang diinginkan bisa tercapai. Orang-orang menyebutnya sebagai resolusi, membuat daftar pertanyaan apa yang akan kita lakukan, kemudian menjawab dengan membuat komitmen standar atau sekadar basa-basi.
Begitulah, setiap awal tahun kita sering membuat komitmen personal, tapi kemudian tidak bisa bertanggung jawab atasnya. Sudah berjanji akan bekerja lebih keras, tapi penyakit malas lebih kuat menyerangnya. Berencana liburan ke Bali besama keluarga, eh waktu dan keuangan ternyata tidak mencukupi. Seperti lirik lagu dangdut, ”Kau yang berjanji, kau yang mengingkari.”
”Kalau kita tidak bisa menepati, untuk apa kita membuat resolusi?” ujar seorang teman.
Memang ada benarnya pendapat tersebut. Apalagi, dalam kondisi yang serba ruwet dan unpredictable seperti sekarang ini tidak mudah melihat ”masa depan”. Jangankan orang awam, ahli ekonomi saja tidak muda memprediksi pertumbuhan ekonomi dan iklim usaha tahun ini. Atau yang sederhana, kita sudah berencana naik transportasi TransJakarta saja melihat kemacetan Ibu Kota yang semakin menjadi-jadi, tapi nyatanya busway bukan hanya belum siap, tapi tidak senyaman yang kita bayangkan.
Tapi seorang teman yang lain mengingatkan, menyalahkan kondisi di luar diri adalah sikap yang kurang bijaksana. Begitu orang berjanji akan melakukan ini itu sesuai dengan resolusi pribadinya, maka aura positif tidak hanya mengalir ke dirinya, tapi bisa menyebar ke lingkungan sekitarnya. Ditambah dengan sikap ”Apa pun yang terjadi, saya akan….” bisa dipastikan keberhasilan akan berpihak kepadanya. ”Positif thinking!” tandas pelawak Tukul Arwana.
Resolusi itu memang banyak macamnya, ada resolusi politik, resolusi hukum, resolusi budaya, resolusi kesenian dan lain-lain, asal jangan resolusi optik atau resolusi gambar saja. Tapi yang dimaksud di sini adalah resolusi pribadi.
Tekad JF Kennedy untuk menjadikan Amerika Serikat sebagai negara pertama yang berhasil mendarat di bulan adalah resolusi personal. Namun, kendati resolusi personal, melalui aura positifnya, keinginan JFK tersebut menjadi resolusi institusi, resolusi pemerintah AS, yang berhasil mereka wujudkan.
Tentu, tidak semua keinginan bisa terpenuhi dengan mulus. Keberhasilan adalah sekumpulan dari berbagai pencapaian. ”Kristalisasi keringat,” uja Tukul lagi, host paling ngetop tahun 2007. Saat membuat resolusi, tentu juga harus memperhitungkan kendala atau hambatan yang bakal kita temui. Ada poin-poin yang menjadi penghambat. Tapi setidaknya kita sudah memikirkan solusi untuk mengatasinya.
Jadi, sudahkan Anda membuat resolusi? Apa pun, kita berharap bahwa tahun 2008 yang telah kita mulai ini akan berlangsung lebih baik dibandingkan dengan tahun 2007. Selamat Tahun Baru! (Burhan Abe)