Digital Revolution

Tidak bisa dimungkiri, pengguna mobile (ponsel dan tablet) makin membesar, bahkan ada yang memprediksi akan mengalahkan pengguna desktop atau laptop. Fakta mengejutkan justru datang dari internal tentang perubahan yang menarik terjadi pada kebiasaan pembaca dalam mengkonsumsi detikcom.  

Biasanya trafik terbesar datang dari desktop, yaitu user membaca melalui laptop atau PC-nya sambil duduk, sekarang user membaca sudah sangat mobile. Bisa dimanapun dan kapanpun baik melalui aplikasi detikcom untuk Android, iPhone, Windows Phone, BlackBerry, maupun melalui m.detik.com dari browser.

Data akhir 2013 menunjukkan, pengguna berperangkat bergerak (mobile) menyumbang 65% pageviews, di mana 45% bersumber dari aktivitas pengguna detikcom dari mobile application dan 20% berasal dari m-site.

Ini fakta penting, karena pergeseran akibat teknologi mobile lebih cepat dari yang diperkirakan. Tapi ini sebetulnya tidak berbeda dengan fakta yang dikemukan Apple bahwa jumlah kumulatif download aplikasi dari App Store mereka selama 5 tahun terakhir sudah mencapai 40 miliar.

Yup, gadget, mobile application, dan mobile lifestyle telah diterima menjadi norma yang baru generasi kiwari. Kehadiran ponsel, tablet, atau phablet, juga tersedianya akses online via teknologi broadband, hot spot WiFi, serta layanan data dari operator selular, telah mengubah secara dramatis gaya hidup jutaan umat manusia di permukaan Bumi, menciptakan apa yang disebut sebagai digital revolution.

Yodhia Antariksa di detikinet menulis, merebaknya gaya hidup digital itu pada akhirnya juga melahirkan sejumlah implikasi serius bagi cara kita bekerja dan menjalani ritual hidup. Ada berapa implikasi yang layak dicermati.  

Pertama, The Death of Paper Publication. Penerbitan buku/koran/majalah yang berbasis kertas akan mati. Tanpa melakukan digitalisasi, tak pelak banyak media cetak konvensional di Tanah Air yang ditinggal para pembacanya.

Kedua, The Rise of Smartphone Screen. Layar ponsel pintar kita pada akhirnya telah mengubah cara membaca, bahkan mendekonstruksi kebiasaan kita dalam memperoleh informasi. Dalam dunia digital yang serba bergegas dan ringkas, orang enggan lagi membaca artikel atau tulisan yang terlalu panjang. Dalam layar yang kecil, semua informasi harus dihadirkan secara pendek.  

Ketiga, The Rise of Digital Learning. Dalam jagat digital, kita juga kian akrab dengan maraknya beragam aplikasi untuk menunjang proses pembelajaran. Beragam digital learning apps tersedia secara melimpah di apps store, seperti AppleStore dan GooglePlay/Android Marketplace. Jadi screen ponsel pintar tak lagi hanya sekadar alat komunikasi, namun telah bergerak menjadi digital learning tool yang keren dan empowering.

Welcome to digital world! (Burhan Abe)  

Sumber: MALE 65

Related Stories

spot_img

Discover

Agora Mall, Destinasi Gaya Hidup Modern di Thamrin Nine...

Terletak di kompleks prestisius Thamrin Nine, Agora Mall terhubung langsung dengan landmark ikonis seperti...

Djournal Coffee Hadirkan Identitas Baru dengan Semangat yang Lebih...

Menunjuk Laura Basuki sebagai Chief Excitement Officer, Djournal Coffee Membawa Pengalaman Kopi ke Level...

Nasionalisme dalam Kabut Digital: Sebuah Refleksi atas Karya Denny...

Oleh: Burhan Abe Di tengah derasnya arus globalisasi dan kemajuan teknologi digital, Denny JA melalui...

Nasionalisme Di Era Algoritma

Oleh: Denny JA (Di tahun 2024, sambil memainkan aplikasi kecerdasan buatan, anak muda itu merenungkan...

HUT, Destinasi Kuliner dan Gaya Hidup Terbaru di Bali

HUT Café kini hadir sebagai magnet baru bagi pencinta kuliner di kawasan Seminyak, Bali....

Apéritif dan Pinstripe Bar: Bawa Suasana Internasional ke Dunia...

Mendekati akhir 2024, duo restoran dan bar favorit di Bali, Apéritif dan Pinstripe Bar,...

Popular Categories

Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here