Pemanfaatan teknologi mampu memacu pertumbuhan usaha kecil menengah (UKM). Asal tahu saja, Indonesia memiliki potensi yang baik dalam menumbuhkan UKM mengingat pangsa pasar usaha kecil menengah di Tanah Air yang terbilang besar. Dari total pangsa pasar UKM di ASEAN yang mencapai US$ 2,5 miliar, Indonesia berkontribusi sekitar US$ 663 juta atau Rp 7,7 triliun pada 2013.
Adapun total pelaku UKM di Indonesia mencapai 55 juta. “Namun yang sudah menggunakan teknologi, khususnya internet baru 75.000,” ujar Managing Director ASEAN Enterprise and SMB Cisco Budi Santoso di Jakarta.
Penggunaan internet memang seharusnya sejalan dengan adopsi internet oleh konsumen di Indonesia. Data lembaga Internet Data Corporation (IDC) menyebutkan adopsi internet terhadap jual-beli online alias e-commerce di Indonesia mencapai 4,6 juta, adopsi tersebut diprediksi naik dua kali lipat pada 2016.E-commerce masih tergolong baru di Indonesia. Namun empat pria ini mengerti betul masa depan adalah online. Mereka adalah Natali Ardianto (Co-Founder & CTO Tiket.com), Hendrik Tio (CEO Bhinneka.com), William Tanuwijaya (CEO Tokopedia.com), dan Ferry Tenka (CEO Bilna.com), yang menyejajarkan brandmereka dengan keberadaan brandinternasional yang sudah masuk ke Indonesia.
Mereka melihat peluang mengembangkan bisnis e-commerce di Indonesia masih terbuka lebar. Tak mengherankan bila kemudian sejumlah brand asing masuk ke Indonesia. Seperti yang dikatakan oleh Ferry Tenka, kondisi di Jakarta yang tidak ramah memungkinkan berkembangnya bisnis ini. “Waktu kuliah di Amerika, saya terbiasa belanja online, dan begitu pulang ke Indonesia pada 2010, saya lihat di sini belum seperti itu. Padahal, seperti di Jakarta terutama, sudah semakin macet. Bepergian pun sudah tidak nyaman, terutama kalau pergi ke mal, harus parkir, cari parkir susah. Jadi saya pikir, ada big opportunity untuk e-commerce di sini,” ujarnya.
Adapun William membandingkannya dengan Cina. “Pada 2013, market size C2C (consumer to consumer) di Cina sudah US$ 88 miliar. Indonesia dengan penduduk seperlima Cina hanya tinggal masalah waktu, hingga suatu hari nanti perkembangan infrastruktur, tren gaya hidup, berubah ke online. Yang pasti, market size kita akan terus berkembang.”
Keberadaan e-commercelokal tentunya lebih dapat memahami kebutuhan pasar. “Indonesia itu unik, dan keuntungan kita sebagai orang Indonesia adalah kita lebih memahami kultur perilaku orang Indonesia. Kami tahu pasarnya seperti apa. Misal, kompetitor asing memakai metode pembayaran hanya dengan kartu kredit. Kami menggunakan 14 metode pembayaran karena tidak semua orang Indonesia menggunakan kartu kredit,” Natali, lulusan Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia ini memaparkan.
“Walaupun saat ini e-commercedi Indonesia masih early, baru berkembang pada 2009-2010, kita invest for the future! Jadi goal-nya, 3-5 tahun ke depan e-commerce bakal benar-benar bertumbuh cepat. Bisa dilihat dari trennya, sekarang banyak investor luar negeri yang sudah melihat besarnya potensi di Indonesia,” Ferry menimpali. Sungguh potensi yang luar biasa.
MALE Zone, MALE 72