Home Blog Page 104

Full Service Carrier, a Great Way to Fly

0

The popularity of aviation under the low-cost carrier (LCC) concept does not necessarily mean a damaged full-service carrier (FSC) market. Even Adam Air, which came under the spotlight following the mid-air disappearance of one of its airplanes on Jan. 1, has expressed its intention to enter the FSC market.

This step, said executive chairman of PT Bhakti Investama Tbk., Hary Tanoesoedibjo, the new boss of this airline, is intended to increase its income and at the same time help it face the liberalization of the aviation industry in ASEAN, since the Indonesian government agreed to implement an open sky policy in ASEAN territory as of 2008 (for passengers) and in 2010 (for cargo).

Hary said that there were two types of air passengers in Indonesia, namely passengers who choose cheap and safe flights, and passengers who want not only safety but also comfort. “There were as many as 36 million air passengers last year. This is a very big market,” he stressed.

Hary expressed optimism that the merger of Adam Air with the Bhakti Group, whose core business is media, among others RCTI, TPI and Global TV, will strengthen the competitiveness of this airline in the domestic and international aviation arenas.

Adam Air began operations in December 2003 and currently operates 26 Boeing 737 airplanes. It serves 21 domestic and international destinations, including Singapore and Penang. In the next five years, Hary noted, Adam Air aims to operate at least 60 airplanes and increase its flight routes and frequency at home and abroad.

Although the aviation trend worldwide is going in the direction of LCC, full service carriers have their own market. That’s why, although once successful with Citilink, Garuda Indonesia has never abandoned the FSC segment. Garuda felt it would be impossible to merge low cost carrier Citilink with Garuda. “Take managing a restaurant, for example. Of course, managing a five-star steak house is different from running a Padang food stall,” said Emirsyah Satar, president director of Garuda, to The Jakarta Post recently.

Of course, you cannot simply sit back when you wish to increase the number of customers in the FSC segment. For years Garuda has built up a reputation of offering a unique experience and in this way it has created passenger loyalty. With a positioning that is different from most other airlines, Garuda can offer value-added services to its loyal customers, particularly members of Garuda Frequent Flyers (GFF).

GFF members, now numbering about 15 percent of total Garuda passengers, enjoy a lot of benefits, such as access to the executive lounge at Jakarta’s Soekarno-Hatta Airport. The lounge offers comfort and various services, ranging from a bathroom with showers, the pressing of clothes, a cafeteria, a bar and Internet access all free of charge.

Garuda has had this airport lounge for many years but is now giving GFF members special attention. GFF membership is now categorized in four levels from the lowest to the highest, namely blue, silver, gold and platinum.

Various facilities are offered to GFF members of every level. For a blue level member, for example, the mileage is recorded while the membership card can be used as a discount card at a number of merchants. A platinum cardholder, meanwhile, enjoys a free baggage allowance of up to 20 kilos, can use the executive lounge and is involved in GFF activities, such as Garuda-sponsored classical music concerts.

Peran Ganda Para Model

0

Model bukanlah profesi yang tabu, bahkan boleh jadi impian para wanita saat ini. Populer, wajahnya terpampang di mana-mana, dan secara finansial sangat berkecukupan. Hanya saja, jalan untuk menjadi model profesional tidak selalu mulus dan membutuhkan perjuangan yang panjang. Lalu, muncullah jalan pintas, mereka tidak hanya menjual jasa modelling, tapi juga menawarkan kecantikan dan tubuhnya secara harafiah. Aha, peran ganda model? Honornya sangat menggiurkan lho, apalagi kalau sudah punya nama. (Burhan Abe)

Dicari: Model Wanita Indonesia! Kami tidak ingin membuang waktu Anda ataupun kami. Kami mencari calon model yang berdikasi penuh untuk menjadi seorang model dan siap tampil international. Kami bukan mengumpulkan model untuk membuat models showcase, melainkan khusus menangani model yang siap tampil dengan sungguh-sungguh. Kami telah melakukan seleksi ketat, menghubungi beberapa modeling managements, men-seleksi beberapa model independen, namun belum menemukan model yang sepenuhnya masuk dalam kriteria kami.

Begitulah iklan yang terpampang di situs models web Indonesia. Iklan itu selanjutnya menentukan kriteria model yang dicari: Freelance, usia 22-30 tahun, wajah khas wanita Indonesia, kulit bersih sawo muda (bukan putih), rambut panjang sedikit melampaui bahu, warna/raut muka dan bibir sensual, kaki sempurna untuk menggunakan miniskirt dan high heel shoes, tinggi 155 – 170 cm berat badan proporsional. Berdedikasi penuh sebagai profesional model, bisa bekerja sama untuk menghasilkan foto-foto terbaik.

Tidak pelak lagi, kegiatan fashion yang terus menggeliat dan dunia entertainmen yang berkembang subur tak pelak membuat kebutuhan akan model semakin besar. Pencarian model bisa dilakukan melalui talent scouting, pencarian bakat lewat berbagai pemilihan, kontes putri remaja, lomba gadis sampul, bahkan pencarian via televisi dalam acara reality show.

Model pun kini menjadi profesi impian banyak anak muda karena bisa menjadi batu pijakan untuk melompat ke dunia sinetron, film, model iklan, videoklip, sampai masuk dapur rekaman menjadi penyanyi. Siapa yang tidak tergiur, karena “hanya”dengan berani tampil di depan kamera, honor pun bisa didapat dengan gampang. Bahkan kalau jam terbang semakin tinggi, dunia modelling bisa dijadikan tumpuan untuk melangkah ke jenjang berikutnya dunia selebriti. Popularitas dan kemewahan, itulah dua hal yang melekat pada profesi wangi ini.

Siapa yang tidak kenal supermodel dunia, sebutlah Naomi Campbel, yang dengan profesinya menjadi multi jutawan. Atau di Indonesia kita mengenal beberapa nama yang mukanya sering muncul di media cetak dan layar kaca; Arzeti Bilbina, Indah Kalalo, Caroline Zachri, Chaterine Wilson, Aline, Naila, Luna Maya, Dominique, dan lain-lain.

Kita juga mengenal Tracy Trinita yang go international. Peraih juara I versi Elite Model Management yang berbasis di New York pada tahun 1995 itu telah merasakan berbagai pengalaman menyenangkan sebagai model dunia. Dia pernah dikontrak sebagai model sebuah produk milik Iman, istri penyanyi terkenal David Bowie, penyanyi terkenal asal Inggris. Dia juga mendapat kesempatan bekerja di brand top dunia, United Color of Benetton. Fotonya terpampang di mana-mana.

”Ketika melihat poster saya yang segede jendela di Amerika, Eropa, Singapura, di seluruh dunia, saya sempat kaget. Ternyata, saya bisa diterima di modeling internasional,” ujar gadis berdarah Bali-Hongaria kelahiran Surabaya pada 29 Setember 1980 ini suatu ketika.

Model Plus

Namun impian memang kadang-kadang tidak sesuai dengan kenyataan. Simaklah kisah Dina (bukan nama sebenarnya). Gadis asal Sukabumi ini sudah memimpikan untuk menjadi model, atau artis di Ibu Kota. Sejak kecil ia sudah dunia tersebut lewat televisi di rumahnya, melalui tayangan sinetron, iklan, atau pun infotainmen yang membicarakan dunia selebiriti yang lagi marak-maraknya. Adegan demi adegan dalam tayangan sinetron Tersanjung, hampir tidak pernah ia lewatkan. Ini adalah salah satu sinetron yang ia gemari, ceritanya menarik, dan bintang-bintang yang memerankannya keren-keren. Pemeran utama prianya ganteng, dan pemeran utama wanitanya, sudah pasti cantik. “Saya ingin menjadi bagian dari mereka,” Dina bergumam pelan.

Niat itulah yang menuntun Dina bertekat untuk pergi ke Jakarta selepas SMU di kota kelahirannya. Segala informasi ia endus, hingga terdampalah ia ke sebuah agensi model. “Siapa tahu, ini hanya salah satu jalan untuk menuju cita-cita saya menjadi artis,”ungkapnya. Cantik, bertubuh sensual, dan berani tampil, itulah modal Dina. Itu sebabnya, bukan dalam hitungan lama ia pun mulai diburu tabloid dan majalah yang ingin memajang wajahnya yang kata orang mirip Dina Lorenza dan tubuhnya yang indah.

Use Your Body Language!

0

Peminat kelas body language makin membludak. Inilah olah tubuh baru yang memaduan gerak tari dan teknik pernapasan asal Cina. Semua orang bisa melakukannya, tapi kalau tanpa pengawasan yang ahli, bisa fatal akibatnya.

Body language. Kosa kata ini belakangan sangat akrab di kalangan para eksekutif yang sadar kesehatan. Inilah salah satu bentuk olah tubuh yang memadukan gerak tari dan teknik pernapasan asal Cina, yang selain bertujuan untuk meningkatkan kebugaran, juga untuk membentuk tubuh. Gerakan-gerakannya halus, sederhana, bahkan cenderung lamban tanpa unsur lompatan, itu sebabnya body language bisa dilakukan siapa saja, termasuk ibu-ibu hamil.

Menurut Roy Ahmad Julius Tobing, sang kreator, body language mempunyai pengertian yang luas, bahkan sulit untuk didefinisikan. Konon, koreografer lulusan Institut Kesenian Jakarta (IKJ) yang pernah mendapat sertfikat dari Claudine Kamoun dan David Allen “Geneve Dancer Centre” itu mendapat inspirasi dari salah satu dialog di film musikal Staying Alive yang dibintangi John Travolta. Dalam film itu seorang koregrafer menyapa salah seorang penarinya dengan mengatakan, ”Use your body language!”

Pada dasarnya, body language adalah latihan “berkomunikasi” dengan bahasa tubuh yang benar melalui pengenalan setiap titik di badan. Dalam olah tubuh yang ditemukan Roy pada 1981 itu dilakukan penyelarasan sikap tubuh dengan napas dan gerak tubuh. “Tiga dimensi itulah yang menjadi ciri khas body language,” jelas pria yang tetap bugar di usia 46 tahun itu.  

Penemuan body language bukan karena kebetulan. Roy, memang menggali gerak dari tari untuk kebugaran yang berasal dari kebudayaan sendiri. Tidak hanya itu, ia juga mempertimbangkan struktur orang Asia yang berbeda dengan orang Eropa, jenis makanan, serta lingkungan keseharian.   Dari situlah ia menciptakan olah gerak, yang dipadukan dengan teknik pernapasan asal Cina – dalam tampilan yang berbeda, gerak dan teknik pernapasan ini, juga menjadi gerakan dasar baku seni tari modern yang dikembangkan, antara lain, oleh tokoh balet legendaris asal AS, mendiang Martha Graham.

“Ilmu pernapasan sangat memperhatikan kekuatan tubuh si pelaku, sehingga tidak akan melampaui kekuatan serta kondisi setiap orang yang tentu berbeda satu sama lain,” ungkap Roy kepada Intisari.  

Setelah matang, pria yang pernah mendapat predikat memuaskan dari Guner Ozkan, Direktur Kebudayaan dan Pariwisata Konya, Turki itu pun memperkenalkan body language kepada masayarakat pada 1986. Sejak saat itu, di studionya yang berlokasi di bilangan Pondok Indah, Jakarta, banyak didatangi para wanita yang ingin belajar body language, sedangkan kaum pria lebih suka mengambil privat.  

Kini, body language memang bukan hanya monopoli Roy Tobing, sebab kini sejumlah sanggar senam dan health club di Jakarta dan beberapa kota besar di Indonesia, juga membuka kelas serupa. Studio Pesona Tiga Primadona, misalnya, selain menyelenggarakan pelbagai jenis senam, mulai dari aerobik, balet, senam lantai, senam kamar, calestenic (pembentukan tubuh), juga menawarkan body language. Studio milik Minati Atmanagara itu berlokasi cukup mewah, interiornya didominasi oleh perabot antik berkualitas tinggi. Selain studio, ada fasilitas sauna yang bisa dipakai para anggota. Dilengkapi pula “kafe garasi”, lantaran memang memanfaatkan ruang garasi rumah tersebut.

Tampak jelas, kalangan mana yang dibidik studio senam yang berlokasi di Jl. Prof. Joko Sutono 33, Kebayoran Baru, Jakarta itu. Lihat saja, jika menjelang sore, puluhan mobil mewah tampak berjejer parkir.  

Kendati banyak kelas, tapi body language yang paling populer. Untuk body language Primadona menawarkan beberapa paket. Untuk para pemula ada yang dinamakan Paket I (Basic), yang berisi pemahaman awal tentang body language dan dasar-dasar gerakannya. Kemudian ada Paket II (Lanjutan), dan Paket III (Mahir). Masing-masing paket terdiri 10 kali pertemuan, dengan frekwensi latihan lima kali pertemuan seminggu, kecuali Paket III cukup tiga kali seminggu. Tarifnya Rp 350.000 per paket.  

Minati mengaku, peminat body language cukup besar. Sejak didirikan 1991, tak kurang dari 10.000 orang yang mencatatkan diri jadi anggota, dan datang dalam sehari sekitar 150-200 orang. Krismon pun agaknya tidak menurutkan animo masyakarat. “Saat ini ada 125 calon member yang berstatus waiting list,” ujar ibu dari Cakra (13) dan Cantika (8) itu.  

Si Raja Kasur Pegas

0

King Koil memimpin pasar kasur pegas untuk kelas atas di Indonesia. Selain disukai di pasar ritel, produk asal AS ini juga jaya di hospitality industry. Hotel-hotel mewah di Bali dan Jakarta mempercayakan kenyamanan tempat tidurnya pada merek ini. Rahasianya?

Heavenly Bad by King Koil. Begitulah kenyamanan tidur yang ditawarkan Hotel Westin Bali. Siapa yang diuntungkan, pihak hotel ataukah King Koil? Pertanyaan naif sebenarnya, karena dalam dunia pemasaran ada istilah yang disebut sebagai mutualisme simbiosa, di mana dua merek melakukan cobranding yang saling menguntungkan.

King Koil diposisikan sebagai produk kelas atas, sementara Westin sebagai hotel berbintang lima perlu menyediakan fasilitas tidur yang memang benar-benar premium, yang dalam hal ini diwakili oleh kasur pegas asal Amerika itu.

Menurut Kapsin, Executive Housekeeping Hotel Westin, pihaknya menggunakan King Koil sejak tahun 2003 setelah hotel tersebut melakukan renovasi. Alasannya, karena King Koil mampu menenuhi spesifikasi yang diinginkan hotel, antara lain berapa ukuran yang dibutuhkan, juga lapisan yang dibutuhkan. Kualitas King Koil tidak diragukan lagi, “Keunggulan King Koil yang lain, selain mereknya sudah kuat, pelayanan purna jualnya pun oke. Mereka berani memberikan garansi terhadap kerusakan. Setiap ada komplain, selalu ditanggapi dengan baik,” katanya.

Itu sebabnya Westin tidak ragu-ragu ketika tagline iklan seperti yang disebut di awal tulisan ini, disosialisasikan melalui media cetak dan radio setahun yang lalu. Saat ini Westin yang mempunyai sekitar 335 kamar menggunakan King Koil 90 unit untuk ukuran King, sedangkan tipe single 400 unit – termasuk extra bed. Tidak hanya Westin ternyata. Sebab King Koil juga dipercaya hotel-hotel lain, berbintang empat dan lima, sebagai “kasur resmi”.

Selain menjual langsung ke pasar eceran, King Koil rupanya juga menggarap hospitality industry, seperti hotel dan apartemen. Pasar “B2B” alias business to business ini cukup besar, sekitar 20-30 persen dari total penjualan. “Selain Westin, Bali, kami juga menyuplai Hotel Mulia dan JW Marriot Jakarta,” ungkap Rob Nijkrake Direktur Pemasaran PT King Koil Internasional.

Menurut lajang kelahiran Henggelo, Belanda, 7 Oktober 1974 itu, King Koil hadir di Indonesia sejak 1996 melalui PT King Koil Internasional Indonesia. Sejak awal kasur pegas ini dirancang untuk masuk pasar segmen kelas atas. Meski ada beberapa pemain di kelas ini, sebutlah Serta, Dunlopillo, Lady Americana, Spring Air, dan Dreamline – dengan harga jualnya mulai Rp 4 hingga 40 juta, Rob menuturkan bahwa pertumbuhan penjualan King Koil relatif cepat. Bahkan saat ini ia mengklaim market share-nya untuk pasar kelas atas mencapai 35%-40%. “Kami menjadi market leader untuk segmen premium,” tegasnya.

Memang, King Koil yang produksinya dipusatkan di Galeong, Mauk, Tangerang, sempat terkena imbas dari krisis moneter tahun 1998, namun demikian dari pertumbuhan penjualannya tidak pernah negatif. Bahkan, menurut Rob, pada saat krisis tersebut King Koil tetap melakukan investasi untuk mereknya, tetap melakukan promosi dan meneyediakan bujet untuk iklan. “Meskipun daya beli masyarakat turun, tapi kami bisa tumbuh sekitar 10%,” katanya.

Dalam kondisi makro yang kurang menguntungkan angka tersebut relatif baik, sementara rata-rata pertumbuhan penjualan King Koil saat ini sekitar 20% per tahun. Jika pada awal kehadirannya di Indonesia King Koil bisa menjual 8.000 unit, maka akhir tahun 2004 King Koil bisa membukukan penjualan sekitar 28.000 unit, dan tahun ini diperkirakan meningkat sekitar 20% menjadi 35.000 unit di seluruh Indonesia.

Saat ini King Koil memliki cabang di beberapa kota besar, seperti Semarang, Surabaya, Bali, Medan, Pekanbaru, Palembang, Makasar, Manado, dan lain-lain. Rahasianya, selain menjual ke end user langsung, sejak 1997 King Koil tidak melupakan permintaan korporat yang biasanya membutuhkan kasur dalam partai besar.

Hotel, misalnya, dengan kapasitas 500 kamar, permintaannya bahkan bisa dua kali lipat. Harganya pun relatif tinggi, Hotel Mulia Senayan, contohnya, berani memakai kasur seharga Rp 10 juta per unit. “Tempat tidur merupakan komponen terpenting bagi hotel, demi kenyamanan tidur para tamu. Untuk itu mereka tidak segan-segan mengeluarkan investasi yang tinggi,” jelas Rob.

Membangun Citra, Menumbuhkan Loyalitas

0

Memasarkan barang-barang bermerek super mahal tidak seperti menjual komiditi biasa.Tidak hanya kelas sosial, kondisi psikografis dan gaya hidup konsumen sebagai sasaran potensial pun penting untuk dipahami. Bagaimana strategi para distributor dan pemilik gerai merek eksklusif memasarkan produknya?

Giorgio Armani bukan sekadar merek, tapi juga citra eksklusif. Itu sebabnya, ketika fashion designer kondang itu turun tangan untuk merancang interior dan mencampur warna dua model Mercedes Benz yang dinamai CLK Cabriolet Giorgio Armani, yang diproduksi secara terbatas (hanya 100 buah) November 2004, efek yang ingin dimunculkan adalah eksklusivitas.

Simbiosis mutualisme, atau yang juga disebut sebagai cobranding dalam ilmu pemasaran, itulah kata kuncinya. Barangkali itu pula tujuan yang ingin dicapai dalam Mercedes-Benz Indonesia Fashion Festival beberapa waktu yang lalu di Jakarta. Acara itu juga ditandai dengan pemberian Mercedes-Benz Asia Fashion Award Indonesia di Jakarta Convention Center 8 Oktober lalu.

“Orang membeli Mercedes bukan karena butuh mobil sebagai alat transportasi. Mereka punya gaya hidup tertentu, selera mode tertentu, memakai merek tertentu,” ungkap Yuniadi H Hartono, Deputy Director Marketing Planning & Communication PT Daimler Chrysler Distribusi Indonesia. Indonesia memang bukan yang pertama, sebelumnya sudah dimulai di Australia, kemudian New York.

Berikutnya acara serupa akan digelar di sejumlah negara di Asia Tenggara. Menjual produk eksklusif seperti Mercy memang tidak sekadar memasarkan mobil kepada orang-orang berduit – harga Mercy rancangan Armani haragnya 75.000 dolar AS, belum termasuk pajak kalau dijual di Indonesia. Karena di dalam mobil mewah asal Jerman itu ada citra dan gaya hidup. Hal senada juga diungkapkan pemegang merek Versace di Indonesia.

“Membeli sebuah produk mode bukan hanya sekadar menikmati fungsinya, tetapi membeli gaya hidup itu sendiri,” ujar Anita Utama, PR, Advertising & Promotion Executive PT Busana Perkasa Abadi (BPA), yang selain Versace juga memegang Versus, GF Ferre, dan Ermenegildo Zegna.    

Jadi, kendati produk yang dipasarkan tergolong mahal, ia tidak khawatir dengan kehadiran produk serupa tapi tak sama dengan harga yang jauh lebih murah. Sebagai contoh, harga dasi Versace berkisar Rp 800.000 – 1,5 juta per potong, sedangkan tasnya berkisar Rp 4 – 20 juta, tergantung modelnya. “Kami memang mempunyai pembeli banyak, tapi kosumen khusus yang mempunyai buying power tinggi,” katanya sambil menambahkan bahwa tipe pemakai Versace adalah pria dan wanita dengan yang established, dan fashionable bahkan cenderung sebagai trend setter.    

Yang menarik, usia penggemar Versace rentangnya panjang, dari 22 tahun hingga 55 tahun. Yessy, 25 tahun, yang bekerja di bagian penjualan kendaraan Mitshubisi, misalnya, mengaku penggemar berat produk Versace. “Hampir setiap bulan saya membeli produk Versace, busana atau aksesoris, di gerainya Plaza Indonesia, Jakarta,” ungkapnya.    

Sementara usia yang lebih matang diwakili oleh para selebriti (ada Anwar Fuadi) dan eksekutif yang cenderung ingin tampil trendy, juga para pengacara yang ingin tampil beda (ada Hotman Paris Hutapea, Warsito Sastrowardoyo, dan lain-lain). Simbol kepala medusa dan corak baroco yang ‘’rame’’ sebagai ciri khas desain Versace menjadi semacam kebanggaan bagi pemakainya.

Photo by Birgith Roosipuu on Unsplash

Sementara Zegna diperuntukkan pria yang relatif konservatif meski masih mengikuti tren. Ikon yang pas adalah aktor Italia Adrien Brody. Sejumlah eksekutif pria, mulai lawyer hingga bankir, menjadi pelanggan setia merek ini. Yang unik, Zegna melayani pembelian dengan ukuran yang sesuai, tentu setelah diukur terlebih dahulu, dalam program Made to Measure, layaknya pembuatan jas (stelan) di tailor.

“Badan saya kan tidak seperti manekin di toko itu,” ujar seorang konsultan manajemen yang berkantor di segi tiga emas Jakarta yang biasa memakai Zegna selain Hugo Boss.    

The Soul of Bali

0

Begitu pesawat mendarat di bandara Ngurah Rai Denpasar, awal September lalu, yang terbayang langsung adalah keindahan alam dan keramahan penduduknya. Bali memang bukan destinasi yang asing, tapi selalu ada perasaan lega ketika menginjakkan kaki ke Pulau Dewata itu. Perasaan lepas dari rutinitas sehari-hari di Jakarta, sejenak terbebas dari tekanan pekerjaan yang bikin stres. Ke Bali memang dalam rangka sebuah pekerjaan, tapi everyday in Bali is a holiday, man!

Bali, pulau kecil yang panjangnya 140km (timur-barat) dan 80km (utara-selatan), seolah mempunyai daya tarik magis. Pemandangan alam yang indah, kesenian dan kebudayaannya yang khas, juga upacara keagamaan Hindu yang dianut sebagian besar penduduknya, serta keramahan masyarakat, mempunyai pesona tersendiri, yang membuat wisatawan ingin kembali dan kembali ke Bali.

Meski sempat dihantam bom dua kali (12 Oktober 2002 dan 1 Oktober 2005), yang gemanya sempat menciutkan nyali, tak membuat Bali terkapar. Ikon industri pariwisata Indonesia ini terus menggeliat. Menurut data Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, tak kurang dari 2,14 juta wisatawan asing yang berkunjung ke Bali pertengahan tahun 2007, naik 12% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Tidak salah kalau majalah Travel + Leisure menobatkan Bali sebagai “The World’s Best Island in The World 2007”.

Kalau ada ungkapan “Tuhan menciptakan tanah Parahiyangan sambil tersenyum”, tentu berlaku bagi Bali. Tanah subur, pantai yang indah, danau yang luas, panorama alam yang asri, adalah buktinya. Siapa yang tidak kenal Pantai Kuta, Legian, Sanur, Tanah Lot, Uluwatu, Lovina, Tulamben, Dreamland, Nusa Dua, Nusa Lembongan, Sangeh Monkey Forest, Danau Bedugul, Danau Batur, Kintamani, Ubud, Manggis, dan lain-lain. (Burhan Abe)

Luxury Bali

0

Nusa Dua

Bali yang mewah. Itulah kesan pertama kalau kita memasuki kawasan Nusa Dua. Pulau di selatan Bali tapi masih menyatu dengan Pulau Bali ini dikenal sebagai kawasan mewah. Lautnya yang biru dengan ombaknya yang besar, serta garis pantai yang elok, membuat hotel-hotel jaringan internasional berbintang lima hadir di sini.

Kebetulan kami (saya, fotografer Ristiyono, dan marketing executive Edoy Sunarto) menginap di salah satu hotel mewah ini, The Laguna Resort & Spa. Resor yang ini dahulu bernama Sheraton Laguna Nusa Dua, tapi kemudan direnovasi total 1 September tahun lalu dengan menghabiskan dana tak kurang dari 7,5 juta US dollar. Hasilnya adalah resor mewah dengan gaya lagoon yang mempunyai penampilan baru dan mewah.

The Laguna merupakan bagian dari properti The Luxury Collection. Grup hotel mewah ini selalu memperhatikan keserasian bentuk bangunan resor dengan perpaduan budaya dan lingkungan setempat.

Kemewahan The Laguna sudah terasa sejak dari lobi yang didesain dengan gaya interior zaman Betawi tempo dulu dengan sentuhan gaya masa kolonial yang kental. Foyer dan lorong-lorong yang menghubungkan ke kamar-kamar yang jumlahnya 270 buah tak luput dari sentuhan desain yang menawan, seolah-olah kita siap menerima kejutan berikutnya di dalam kamar. Benar saja, kamar dengan sentuhan seni pahat kontemporer “Palimanan” di dindingnya menawarkan keindahan ala Bali.

Lantai kayu warna cokelat alami, lemari kayu, serta karpet lantai nan alami, melengkapi kamar resor bergaya tropis ini. Pojok bathtub yang luas memberikan keleluasan yang lebih saat menikmati guyuran air segar atau hangat serta kemewahan lantai marbel kamar mandi di setiap kamarnya. Salah satu keunikan yang ada di resor ini adalah pelayanan pribadi dari jasa butler selama 24 jam untuk semua tamu.

Ranjang nan mewah membuat tidur menjadi nyenyak. Well, sesudah bangun pagi kayaknya tidak perlu berlama-lama di kamar, meski ranjang yang empuk menjanjikan tetirah yang nyaman, termasuk sekadar menyalakan plasma TV 42 inch dan DVD.

Kami mengeksplorasi beberapa venue. Ocean Terrace adalah salah satu pilihan yang menarik untuk brunch. Terletak tepat di tepi pantai yang indah, kami menikmati berbagai hidangan. Juga variasi hidangan sup, beberapa pilihan pasta dan pizza seperti fettuccini, spaghetti, seafood, dan masih banyak lagi.

Ikan laut segar dapat dipilih langsung dari akuarium seperti Bali bamboo lobster, sweet water jumbo prawns, dan garoups. Dan saya memilih Fisherman’s Platter For Two, yaitu udang Bali besar yang di panggang. Hmm, benar-benar memanjakan lidah para penggemar fish and seafood.

Sayang, karena waktunya pendek, kami tidak sempat menjajal kolam renang, yang lokasinya tepat di depan kamar. Juga tidak sempat menikmati spa yang menjadi andalan hotel-hotel dan resor-resor kelas atas di Bali. Laguna Spa & Villa menyediakan perawatan yang eksklusif dengan menggunakan produk perawatan Thalgo® dari Perancis. Saat ini ada layanan Night Spa, yang cocok dilakukan menjelang tidur selepas melakukan berbagai aktivitas.

(Burhan Abe – Appetite Journey)

Golf Gateway

0

Kemewahan tidak hanya di Nusa Dua, Tanah Lot yang terletak di wilayah Tabanan, mempunyai Le Meridien, Nirwana Golf & Spa Resort Bali. Bak surga, resor ini dikelilingi panorama alam yang indah. Tebing yang dramatik, sawah trap yang tersusun rapi, serta suara deburan ombak Lautan Hindia. Lukisan alam tersebut masih dilengkapi dengan Pura Tanah Lot yang menjorok ke laut, membuat suasana benar-benar magis, membuat Anda merasa benar-benar “tinggal” di Bali.

Tentu, dengan view yang demikian unik, Le Meridien Le Meridien, Nirwana Golf & Spa Resort Bali, tidak bisa dibandingkan dengan resor mana pun di dunia. Resor ini memiliki 278 kamar, suite, dan vila, empat restoran, kolam renang termasuk waterslide sepanjang 54 meter, lapangan tennis, squash, gym, serta ruang rapat. Yang jadi unggulan apalagi kalau bukan lapangan golf.

Lapangan 18 lubang yang didesain oleh Greg Norman ini adalah salah satu golf course terindah di dunia. Berkali-kali menerima penghargaan, antara lain sebagai Best Golf Resort in Asia (versi Asian Golf Monthly 2005) dan Asia’s and Indonesia’s Leading Golf Resort 2006 (World Travel Award). Di sini para pegolf tidak sekadar bermain golf, tapi juga menikmati pemandangan yang indah. “Tidak heran, waktu yang disediakan untuk main golf sering molor hingga satu jam lebih,” ujar Henny Cristiani, Marketing Communication Coordinator Le Meridien, Nirwana Golf & Spa Resort Bali sambil tertawa.

Setelah bermain golf para tamu biasaya mencoba spa. Nirwana Spa menawarkan relaksasi yang sempurna, mulai dari ujung kaki hingga ujung rambut. Pelayanan yang paling favorit adalah Boreh Bali alias pijat ala Bali, yang diikuti dengan luluran untuk seluruh tubuh dari bahan-bahan alami yang terbuat dari lombok, beras, kayu manis, clove, cardamon, galangal, jahe, dan merica. (Burhan Abe)

Exploring the East Bali

0

Karangasem memang tidak sepopuler Ubud, tapi kawasan Bali Timur ini tidak kalah eksotisnya. Beruntung kami mendapat kesempatan tinggal berkunjung ke wilayah ini dan tinggal di Alila Manggis, sehingga bisa menyaksikan dengan landskap tropis Bali, keindahan pantai, serta dan keberagaman kebudayaannya.

Alila adalah resor yang mempunyai arsitektur etnik modern, yang berdiri secara harmonis di tengah-tengah alam, di antara laut dan Gunung Agung yang terkenal itu. Paviliun-paviliun didesain dengan gaya minimalis meski tidak meninggalkan sentuhan unsur-unsur Bali. Comtemporary meets cultural, we stay in style.

Fasilitasnya standar resor mewah; kolam renang, restoran, dan spa. Yang disebut terakhir ini bahkan menjadi kebanggaan resor yang tergabung dalam grup Design Hotels ini. Dengan konsep “naturally from the heart” spa ini memakai bahan alami, yakni campuran sweet almond dan virgin coconut oil, yang kaya akan nutrisi dan berfungsi sebagai aromaterapi.

Tapi yang menyenangkan bagi kami adalah, bagaimana para tamu diajak utnuk berinteraksi dengan alam sekitar. Mereka tidak hanya diajari cara memasak masakan tradisional Bali, dalam program Alila Cooking School, tapi pihak hotel juga memasukkan menu lokal di restorannya. Di antaranya yang paling terkenal adalah menu “mengibung”, yang dalam khasanah tradisional Bali tidak hanya menu, tapi juga tradisi makan rame-rame dalam satu piring (yang terbuat dari daun pisang).

Tidak hanya itu, semua makanan di Alila berbahan baku organik, sebagai wujud kepedulian terhadap hidup sehat tanpa pestisida. Resor yang mendapat Green Globe Certified 2007, sebagai resor yang peduli terhadap standar lingkungan hidup tingkat tinggi ini mempunyai kebun organik sendiri.

Para tamu boleh mengunjungi kebun organik tersebut yang terletak sekitar 5-6 kilo meter dari resor dengan bersepeda. Perjuangan yang berat bagi “orang kota”, tapi setelah perjalanan yang melelahkan (sekaligus menyehatkan), imbalanya adalah, kami bisa melepas lelah di sebuah bale di tepi kebun dan sawah sambil menikmati herbal drink atau secangkir kopi Bali. Kenikmatan yang tiada duanya. (Burhan Abe)

Sensasi Rusia di Jakarta

0

Please join us for New Wave Retro Tuesdays @ Red Square! It’s a blast from de past. Corona Beer just Rp 20.000 net. Come party with us! Cheers!

Pesan pendek (SMS) itu datang Paul Counihan. Tokoh yang tidak asing di dunia gemerlap malam. Maklum, ia adalah hospitality consultant yang telah melahirkan beberapa kafe terkenal di Jakarta dan Bali, di antaranya Jalan-Jalan yang berlokasi di Menara Imperium, Jakarta. Kini, melalui Ellite Concept, ia menawarkan Red Square.

Kalau ingin tahu “lapangan merah” tidak perlu ke Rusia. Nuansa itu kini dihadirkan di Red Square, tempat hang out baru di bilangan selatan, Jakarta. Tidak hanya makanan tersedia khas Rusia, tapi juga berbagai jenis vodka, minuman yang sangat lekat dengan negeri itu.

Red Square dirancang sangat cozy, berdesain minimalis, dengan dominasi warna merah. Lukisan dekoratif di tembok bar menggambarkan pemandangan lapangan merah di Rusia. Bar seluas 191 meter persegi itu mempunyai dua sisi, dengan sisi terluar menghadap taman. Pemandangan outdoor yang asri tertangkap mata, tapi tetap dibatasi dengan kaca yang memungkinkan setiap pengunjung mendapat hawa dingin dari AC – hal yang mutlak diperlukan untuk udara Jakarta yang panas.

Berlokasi di lantai dasar Plaza Senayan Arcadia, Red Square memposisikan sebagai satu-satunya venue yang menyediakan makanan Rusia di Jakarta. Mau tahu yang dihidangkan di sini? Untuk appetizers ada Mushroom Chicken Caviar, Eggplant Beef Caviar, Red Caviar, dan Black Caviar, yang dari namanya saja sudah mengingatkan kelezatan telur ikan laut dalam, makanan paling prestisius di dunia.

Sementara menu utamanya bisa dipilih Beef Stroganov, Buntut Borscht, Chicken Kiev, atau Sauteet Salmon. Bahan utamanya memang dari ayam, daging sapi, dan ikan salmon, tapi cara memasaknya serta rasanya tentu saja, pasti berbeda dengan makanan Barat, misalnya.

Makanan sesungguhnya bukan suguhan utama, sebab tempat yang melakukan soft opening 20 Mei lalu itu justru menyebut sebagai bar yang mempunyai koleksi vodka – minuman spirit khas Rusia – terlengkap di Jakarta, yang sudah pasti di Indonesia. Tidak kurang dari 25 merek vodka di sini, tidak hanya Absolut yang berasal dari Swedia, tapi ada Skyy, Goose, Chopin, Belvedere, Smirnoff, dan lain-lain.

Minuman tersebut tidak hanya disajikan murni sebagai vodka on ice, tapi juga dalam bentuk flavoured vodkas, seperti infused vodkas, vodka martinis, dan vodka stick cocktails. Vodka memang banyak digunakan sebagai campuran cocktail, tapi yang disajikan Red Square adalah kreasi sendiri para bartendernya. “Kami membuat cocktail internasional dengan tidak meniru cocktail yang lain. Cocktail-cocktail itu menjadi minuman yang pertama dan hanya bisa didapatkan di Red Square saja, dengan presentasi dalam gelas-gelas eksklusif,” ujar M. Djukrunurdin, Club Manager Red Square.

Maka, jangan heran kalau nama-nama cocktail di Red Square tidak terdapat di bar lain. White Chocolate Martini, Vodka Tonic Fruit, Splashes, Dip, Suck & Bite Shots, Hypnotic Illusion, Red Island Iced Tea. Merasakan sensasi ala Rusia tidak berhenti di sini, sambil membuat minuman dan atraksi api, show bartender bisa membuat tamu tercengang. Wow! Tidak hanya pengalaman mewah, rasa minuman yang luar biasa membawa Anda melayang….

Menurut Paul, filsafat dan tujuan dari Red Square sendiri adalah memperkenalkan keroyalan minumannya. Juga didukung oleh staf yang ramah dan profesional. “Training staff difokuskan pada kepribadian, serta pengetahuan tentang minuman yang sesuai dengan standar pelayanan hotel bintang lima,”ujar mantan direktur After Dark, Hong Kong, serta managing partner dua kafe terkenal di Bali, Kafe Luna dan Q Bar itu.

Selain Paul, ide Red Square juga digagas bersama Eddy Cordisco dari Ellite Concept Indonesia, dan Yos Malelak, pemilik Behind Bar di Bali. Mereka berpengalaman sebagai konsultan di bisnis resto dan bar, bahkan Eddy adalah Chef Executive yang berpengalaman selama 25 tahun di dunia hospitality industry.