Profesi disk jockey (DJ) bukan monopoli pria, kaum Hawa pun sudah banyak yang ambil bagian. Bahkan kehadiran para DJ wanita belakangan ini sering menyita perhatian partygoers. Mereka cantik, seksi, dan pintar memainkan turntable.
Saat ini female DJ (FDJ) menjadi fenomena yang meramaikan klub dan berbagai acara lainnya. Bukan hanya memanjakan indra pendengaran pengunjung, tapi sosoknya tidak kalah mempesona. FDJ memperlihatkan eksistensi yang semakin ajek, dengan ruang lingkup acara yang kian beragam. Bahkan tidak sedikit FDJ yang mendulang prestasi. Simak saja nama seperti DJ Alice Norin, DJ Milinka, DJ Devina, dan DJ Yasmin. Para FDJ ini membuka mata dunia hiburan akan perlunya sentuhan wanita.
Tak pelak memang paras cantik dan tubuh seksi menjadi daya tarik nomor satu FDJ. Karena itu, kadang muncul perasaan skeptis melihat nama FDJ yang dipasang pada flyer acara. Para FDJ itu, khususnya yang dikenal, mengakui butuh perjuangan dua kali lipat ketimbang DJ pria. Mereka kemudian membuktikan diri dengan beragam prestasi dan perolehan penghargaan di berbagai pentas lokal, regional, serta internasional. Pandangan skeptis bisa terpatahkan saat melihat performa mereka sebagai DJ.
Beauty Vs Spinning
Dikagumi, tapi juga dicaci. Inilah hal yang menyakitkan bagi FDJ yang berfokus pada industri hiburan malam. Biasanya FDJ itu adalah wanita yang sudah melewati serangkaian pendidikan, pengalaman, dan adu kemampuan di lapangan. Namun, sayangnya, kehadiran FDJ yang sebenarnya disandingkan dengan FDJ dadakan, yang mencoba mengikuti tren dan arus, yang dapat merusak eksistensi FDJ. Kekuatan female DJ sebagai profesi sangatlah menjanjikan. Sofia Sovia, misalnya, model MALE yang juga dikenal sebagai DJ, sudah menjadi DJ profesional selama empat tahun. Ia tak menampik, banyak orang, termasuk lingkungan terdekatnya, yang memandang FDJ bukanlah profesi yang harus dianggap serius.
Belum lagi adanya pandangan FDJ yang sedikit melenceng dari tujuannya. Kata “menghibur” tidak sepenuhnya dikaitkan dengan kemampuannya, tapi lebih pada penampilan yang diunggulkan. Sofia melihat maraknya FDJ tidak sepenuhnya menggembirakan. Sebab, ia melihat beberapa FDJ justru lebih menonjolkan keindahan fisik melalui paras, bentuk tubuh, dan balutan pakaian sensualnya. Hal ini semata-mata untuk menutupi kekurangan pengetahuan dan kemampuannya sebagai DJ.
“Kalau jago, terus dia tampil seksi, tidak jadi masalah,” ucap Sofia. Penampilan seorang FDJ memang penting. Tapi, jika hal itu dijadikan kekuatan ketimbang kemampuan profesinya, justru berbahaya. Inilah yang kemudian menjadikan FDJ dipandang sekadar jualan fisik.
FDJ profesional selalu mempersiapkan fisik, alat, dan segala hal yang berhubungan dengan permainannya. Adapun FDJ dadakan hanya tahu beres, karena semuanya sudah dipersiapkan oleh orang lain. Hal tersebut tentu tidak disarankan karena justru akan menjadi bumerang bagi FDJ itu sendiri. Pemahaman akan alat yang digunakan, kemampuan, dan dunia musik tetap menjadi prioritas. DJ tak cuma berfungsi memutar lagu dan meramunya menjadi musik yang membuat tamu terhibur. Lebih dari itu, seorang DJ harus memahami alat dan musik yang dimainkan, termasuk mengembangkan pengetahuannya untuk menambah kemampuannya.
Pada akhirnya, FDJ yang berkualitas dapat mengembangkan diri dan kemampuannya semakin tinggi. Jika hanya mengandalkan fisik, tinggal soal waktu, sebelum akhirnya tenggelam oleh kehadiran FDJ yang lebih seksi. Yang berbahaya adalah adanya kemampuan yang tinggi dan ditunjang fisik yang prima, karena inilah kombinasi yang mematikan.
Sumber: MALE Zone by Dedy Sofan, MALE 110