Media Cetak Bersaing dengan Internet

Revolusi internet juga mengubah wajah media massa, mereka yang tidak menyesuaikan diri akan terlindas, namun masih juga ada yang berusaha menunggu sebelum masuk ke Internet.

“Media terbukti meskipun ada media baru selama berabad-abad tidak ada perubahan. Dulu radio tetap hidup, meski televisi lahir. Media cetak tetap hidup meski televisi lahir. Dulu banyak yang takut, tidak ada perubahan cuma bisnisnya jadi berbeda dan perilaku media berubah,” kata Nukman Lutfhie, Direktur Virtual Consulting, sebuah perusahaan konsultan media dan internet di Jakarta.

Tetapi kehadiran internet membuat perubahan yang betul-betul signifikan. “Kalau dengan televisi kita hanya bisa menjangkau wilayah tertentu, misalnya televisi di Indonesia tidak bisa ditonton di negara lain. Sementara dengan internet, arus informasi itu melewati batas-batas tradisional yang selama ini ada.” kata Nukman.

Hadirnya internet membuat akses untuk mendapatkan informasi menjadi lebih gampang, dan lebih cepat didapat dibandingkan media lain seperti televisi, radio, dan media cetak. Dicontohkan oleh Nukman, bila setiap hari, dalam 24 jam, mulai dari bangun pagi, sampai tidur, konsumen bisa bersentuhan dengan media seperti menonton televisi, membaca koran, mendengarkan radio, dan mengakses internet. “Dalam penelitian kami, sekarang ini di Indonesia, rata-rata orang menghabiskan waktu 2,3 jam perhari, internet 2 jam, sementara membaca koran hanya 34 menit,” tambah Nukman lagi.

Menurut Nukman, sekarang ini walau jumlah penjualan koran di Indonesia tidaklah menurun, tetapi pola baca menjadi berubah. “Pembaca tidak lagi mencari berita-berita utama karena dia sudah tahu bahwa itu kejadian kemarin. Yang dibaca adalah opini, tokoh, sosok. Jadi berita-berita utama tidak lagi dibaca.” kata Nukman lagi.

Oleh karena itu, menurut Nukman, media cetak yang tidak memanfaatkan internet sebagai outlet untuk menjual produknya akan tenggelam.

Contoh Jawa Pos

Namun salah satu kelompok media cetak terbesar di Indonesia, Kelompok Jawa Pos masih belum sepenuhnya menggunakan internet. Mereka masih mengandalkan media cetak untuk menjadi sarana bagi pembaca untuk mengetahui perkembangan terbaru setiap hari.

Jawa Pos sudah memiliki situs internet, tetapi berita-berita yang sudah muncul di koran, baru diperbarui di internet mulai jam 9 pagi. Diharapkan ketika itu, koran-koran mereka yang tersebar lewat anak-anak perusahaan dari Aceh sampai ke Papua, sudah berada di tangan pembaca.

Jawa Pos juga tidak memperbarui berita setiap saat, seperti banyak yang dilakukan oleh kelompok lain seperti Kompas, Media Indonesia, dan yang lainnya.

Mengapa mereka memilih kebijakan seperti itu? “Memang di koran lain tidak melakukan apa yang kita lakukan. Kita beranggapan bahwa bisnis kita yang utama adalah koran dan perlu perhatian khusus,” kata pemimpin redaksi Jawa Pos, Leak Kustiya.

Related Stories

spot_img

Discover

Banyan Tree Mengajak Dunia Mengambil “Sacred Pause” Lewat Kampanye...

Dari lembah gurun hingga karang tropis, dari kuil sakral hingga gunung bersalju—Banyan Tree menghadirkan...

Wine Not? — Ketika Segelas Anggur Menyimpan Cerita

Apa yang ada di benak Anda saat mendengar kata “wine”? Mewah? Barat banget? Atau...

Bermimpi Jadi Unicorn? Mulai dari 3 Buku Ini

Ingin membangun startup tapi bingung mulai dari mana? Atau sedang dalam fase tumbuh tapi...

Gaya Kepemimpinan Efektif: Antara Power, People, dan Playbook

Oleh Maureen ASD, Rizkiana Shadewi, & Eileen Rachman Di dunia kerja, bos keren bukan cuma...

Bikin Startup di 2025, Masih Menarik? Banget—Asal Tahu Celahnya!

Setelah dunia startup sempat gonjang-ganjing dengan gelombang PHK dan isu “bakar uang” yang tak...

Nyari Cuan di Internet: Dari Rebahan Jadi Uang Beneran

Siapa bilang cari duit harus pergi pagi pulang malam, kena macet, terus gaji habis...

Popular Categories

Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here