Home Blog Page 4

Apa Itu Pinda Sweda?

0

Pinda Sweda adalah teknik terapi panas khas Ayurveda — warisan pengobatan kuno India — yang menggunakan bolus herbal hangat (kantong kain kecil berisi ramuan alami).

Cara Kerja:

Bolus ini dipanaskan dan kemudian ditekan atau dipijatkan ke tubuh dalam gerakan ritmis, terutama di area otot dan sendi.

Fungsinya?

  • Melancarkan sirkulasi darah
  • Mengurangi stres dan ketegangan otot
  • Detoksifikasi lewat pori-pori
  • Meningkatkan metabolisme alami tubuh

Bahan Umumnya:

🌿 Jahe, kunyit, daun neem, garam laut, minyak herbal — disesuaikan dengan kebutuhan tubuh dan iklim lokal.

Fun Fact: Teknik ini digunakan oleh petarung India kuno sebelum dan sesudah bertarung untuk menjaga ketahanan tubuh mereka tetap prima.

Ketika Hidup Tak Lagi Pasti, Secangkir Kopi Bisa Jadi Awal yang Baru

Otten Coffee membuka 1.000 kelas barista gratis untuk korban PHK — sebuah langkah kecil dengan dampak yang tak kecil.

Ada banyak hal yang bisa meruntuhkan rasa aman dalam hidup, tapi sedikit yang sebrutal kehilangan pekerjaan. Beberapa bulan terakhir, Indonesia memasuki babak baru dalam dinamika ketenagakerjaan: gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) datang silih berganti, dari industri padat karya hingga sektor digital. Perang dagang global, tekanan ekonomi makro, hingga efisiensi korporasi — semuanya bermuara pada satu kenyataan: ribuan orang mendadak tanpa penghasilan.

Dan seperti biasa, ketika statistik naik, manusia turun. Mereka yang terkena PHK harus menghadapi lebih dari sekadar kehilangan gaji bulanan. Mereka kehilangan identitas, ritme harian, dan kepercayaan diri. Mereka berhadapan dengan kebutuhan dapur, biaya sekolah anak, cicilan yang menunggu tanggal jatuh tempo. Tidak semua orang bisa langsung bangkit — tetapi setiap orang pantas mendapat kesempatan kedua.

Di titik ini, masuklah Otten Coffee. Tidak dengan jargon muluk atau janji bombastis, melainkan dengan tawaran konkret: 1.000 kelas barista gratis, diperuntukkan bagi siapa pun yang terdampak PHK dan ingin membangun ulang hidupnya, dari secangkir kopi.

Bacaan Menarik: Membangun Mesin Uang di Era AI 

Bukan Sekadar Kursus, Tapi Investasi Ulang pada Martabat

Pelatihan barista dari Otten Coffee bukanlah pelarian sesaat. Ini adalah platform pembelajaran praktis, langsung dari para juri kopi nasional, dirancang untuk memberi keterampilan yang relevan dan bisa langsung digunakan. Kurikulum yang diberikan bukan hanya soal meracik espresso atau menuangkan latte art.

Lebih dari itu, ini tentang memahami kualitas, konsistensi, etika kerja, dan mentalitas hospitality — fondasi dari setiap barista andal dan wirausaha kopi sejati.

Para peserta tidak hanya disiapkan untuk menjadi tenaga kerja di coffee shop, tapi juga diberikan dasar-dasar untuk membangun bisnis kopi mereka sendiri. Otten menyebutnya sebagai semangat #MengopikanIndonesia — menjadikan kopi bukan sekadar minuman, tapi jalan hidup baru.

Kopi Sebagai Ekosistem, Bukan Sekadar Tren

Masyarakat urban Indonesia telah menjadikan kopi sebagai bagian dari gaya hidup. Tetapi di balik gelas yang tersaji rapi di meja-meja kayu kafe, ada ekonomi yang tumbuh: dari petani kopi di Gayo, Toraja, atau Kintamani, hingga barista dan pemilik coffee shop di kota besar.

Indonesia adalah produsen kopi terbesar ketiga di dunia, dengan produksi mendekati 800 ribu ton per tahun. Di hilir, pangsa pasarnya terus berkembang: menurut riset Snapcart 2023, 79% masyarakat Indonesia minum kopi setidaknya sekali sehari, dengan 16% Gen Z, 19% Milenial, dan 27% Gen X mengonsumsi 2–3 cangkir per hari.

Colin Dodgson dan Kecanduan Akan Ketidaksempurnaan

0

Di dunia fotografi mode yang penuh kilau, Colin Dodgson adalah pembangkang yang datang dengan kamera analog dan kantong berisi ketidakteraturan.

Ia bukan fotografer yang memoles. Ia pengintai. Penguntit cahaya natural yang tak bisa diprediksi dan momen yang nyaris luput. Dan dari semua itu, ia menyusun dunia yang ganjil, intim, dan nyaris surealis.

Lahir dan besar di California, Colin Dodgson tumbuh di tengah lanskap absurd: langit yang terlalu biru, jalan raya yang terlalu lebar, dan impian yang terlalu Amerika. Tapi dari semua itu, ia memilih realitas yang lebih pelik—yang kasar, tidak simetris, dan lebih jujur.

Bacaan Menarik: Membangun Mesin Uang di Era AI 

MELAWAN DIGITALISME

Saat dunia tergila-gila pada megapiksel, Dodgson kembali ke kamar gelap. Ia menolak sensor, memilih butiran film. Hasilnya? Foto-foto yang tampak seperti lukisan mimpi: kabur sedikit, gelap sedikit, dan justru karena itu terasa lebih hidup.

Fotonya telah menghiasi Vogue, i-D, WSJ Magazine, The New York Times Style Magazine, hingga AnOther. Tapi jangan kira ia menjilat industri. Ia tetap jadi dirinya sendiri: sinis, spontan, dan tidak tertarik pada estetika yang terlalu halus.

GUCCI, KENTANG, DAN PATAGONIA

Ia pernah memotret untuk Gucci. Pernah juga mengangkat kentang sebagai objek utama. Dodgson memang tidak punya filter visual yang konvensional. Segalanya bisa jadi sakral dalam frame-nya—termasuk sampah plastik dan wajah-wajah lelah di kereta tidur menuju pegunungan Andes.

Dalam pameran Safety, Service and Security (2018), ia bicara tentang ketakutan dan absurditas hidup modern lewat foto-foto lingkungan rumahnya sendiri. Di Ciento por Ciento (2022), ia pindah ke Patagonia, membidik sisi manusiawi dari upaya konservasi alam.

Hasilnya bukan kampanye. Bukan propaganda. Hanya keheningan yang penuh makna.

PRU x Penfolds: Malam Mewah Bareng Tiga Dekade Anggur Legendaris

0

Luangkan satu malam buat hal yang enggak biasa: makan malam bareng Grange, sang legenda dunia wine.

Kalau kamu termasuk tipe pria yang percaya bahwa hidup perlu dinikmati dengan rasa (dan rasa itu bukan dari mi instan tengah malam), maka kamu wajib tahu acara yang satu ini.

PRU, restoran bintang Michelin pertama dan satu-satunya di Phuket, ngajak kamu buat bergabung dalam perhelatan yang enggak main-main: “3 Decades of Grange Wine Dinner.” Satu malam, enam hidangan racikan chef jenius, dan pairing wine dari tiga dekade Penfolds Grange — anggur ikonik asal Australia yang udah jadi dewa-nya Shiraz sejak 1950-an.

Catat tanggalnya: 20 Mei 2025. Lokasinya? PRU, yang ada di samping Trisara Resort — tempat orang-orang datang bukan cuma buat liburan, tapi buat nyicipin hidup yang seutuhnya.

Bacaan Menarik: Membangun Mesin Uang di Era AI 

Di balik dapur, ada Chef Jimmy Ophorst. Namanya mungkin belum sefamiliar Gordon Ramsay, tapi soal skill dan passion, enggak kalah panas. Chef Jimmy dikenal dengan filosofi “community-to-fork” alias semua bahan berasal dari kebun sendiri (Pru Jampa) dan tangan-tangan lokal yang dia percaya. Hasilnya? Makanan bintang lima yang tetap punya jiwa.

“Ini momen langka buat PRU. Kami keluar dari zona nyaman, menyajikan menu yang dirancang khusus untuk bersanding dengan Grange dari tiga dekade berbeda,” kata Chef Jimmy. Respect.

Colin Dodgson: Melihat yang Tak Terlihat

0

Di balik lensa analognya, Colin Dodgson menangkap dunia bukan sebagaimana adanya, tapi sebagaimana seharusnya dilihat—penuh keanehan, kejujuran, dan sesekali, absurditas yang membebaskan.

Lahir di California, Dodgson tumbuh di tengah cahaya matahari yang berlimpah dan lanskap yang terlalu sempurna untuk jadi nyata. Tapi sejak awal, ia tahu: dunia bukan soal kesempurnaan. Dunia adalah tentang celah—tentang bayangan yang kebetulan jatuh di sudut ruangan, atau ekspresi tak sengaja yang muncul dalam sepersekian detik.

Bacaan Menarik: Membangun Mesin Uang di Era AI 

Itu sebabnya ia memilih jalan yang jarang dilalui: kamera film, pencahayaan alami, proses cetak manual. Dalam era megapiksel dan filter digital, Dodgson justru kembali ke hal-hal yang lambat dan tak pasti. Ia mencari “kesalahan”—dan menjadikannya puisi visual.

Karyanya muncul di halaman-halaman majalah mode papan atas: Vogue, WSJ Magazine, i-D, The New York Times Style Magazine, AnOther. Tapi di balik kemilau itu, ada sesuatu yang lebih liar, lebih bebas. Ia memotret dengan rasa ingin tahu seperti anak kecil, tapi dengan presisi seorang pelukis Renaisans. Setiap fotonya seperti mimpi yang pernah kita alami, tapi tak pernah bisa kita jelaskan.

Dalam pameran tunggal Safety, Service and Security (2018), Dodgson menyodorkan potret sunyi dari lingkungan sekitar tempat tinggalnya—penuh kegelisahan, tapi juga penuh jeda untuk bernapas. Di Ciento por Ciento (2022), ia menjelajah Patagonia untuk mendokumentasikan upaya konservasi alam, tanpa dramatisasi, tanpa klaim kepahlawanan. Hanya pengamatan jujur terhadap dunia yang perlahan berubah.

Colin Dodgson tidak berusaha menyenangkan siapa pun. Ia hanya berusaha jujur pada cara pandangnya. Dan dalam kejujuran itulah, kita menemukan sesuatu yang langka hari ini: ketulusan dalam melihat. (*)

Ekonomi Indonesia 2025: Krisis Double Trouble yang Bikin Was-Was

0
Oleh Burhan Abe

Pertumbuhan ekonomi kita di awal 2025 ini mirip orang sakit yang susah bangun tidur – baru merangkak di angka 4,8-4,9%, terendah sejak pandemi. Padahal biasanya Ramadan dan Lebaran jadi penyelamat, sekarang malah bikin khawatir. Rupanya, kita sedang dihantam badai dari dua arah sekaligus.

Demikian laporan Brief Report, Quarterly Economic Review 2025 “Pukulan Ganda untuk Ekonomi RI”, yang dikeluarkan CORE Indonesia.

Dari luar negeri, Donald Trump kembali jadi Presiden AS dan langsung bikin ulah. Tarif impor seenaknya naik-turun kayak rollercoaster, bikin pasar global gemetar. Ekspor kita ke China – yang biasanya jadi andalan – langsung terjun 3%. Harga batu bara dan nikel ikut-ikutan anjlok, padahal ini sumber devisa penting kita.

Di dalam negeri, ceritanya lebih miris lagi. Mall-mall sepi saat Ramadan, padahal biasanya rame. Toko-toko ritel kelimpungan karena penjualan makanan dan minuman cuma naik 1,3%, jauh dari tahun sebelumnya. Yang lebih ngeri, transaksi kartu debit malah minus! Bahkan tradisi mudik Lebaran pun ikut merosot – jumlah pemudik turun 24%, tanda jelas dompet masyarakat makin tipis.

Pemerintah sendiri sedang sibuk mengencangkan ikat pinggang. Belanja modal dipangkas sampai 96%, bikin proyek infrastruktur terbengkalai. Tapi anehnya, subsidi listrik malah membengkak Rp 2 triliun. Defisit APBN pun melebar ke Rp 104 triliun – angka yang bikin dahi berkerut.

Kalau begini terus, pertumbuhan di bawah 4,6% bukan mimpi lagi. PHK yang sudah mulai terjadi di berbagai sektor bisa makin menjadi-jadi. Bahkan kata “resesi” yang menakutkan itu mulai terdengar bisik-bisiknya.

Tapi bukan berarti kita tak bisa berbuat apa-apa. Pertama, selamatkan daya beli masyarakat dengan bantuan tepat sasaran. Kedua, berikan stimulus untuk industri yang tertekan. Ketiga, alokasikan anggaran dengan lebih cerdas – jangan asal potong, tapi fokus pada yang benar-benar mendorong pertumbuhan.

2025 baru mulai, tapi tantangannya sudah nyata. Pilihannya sekarang: bertindak cepat atau menunggu badai ekonomi yang lebih besar datang menghantam. Kita semua harus waspada dan bersiap!

Sumber data: Analisis CORE Indonesia. Buat yang pengin laporan lengkap, bisa cek di [website resmi CORE]. Atau hubungi +62 811-820-2120.

PS: Ngeri banget kan? Yuk kita pantau terus perkembangan ekonomi biar nggak kecolongan! 

Update Properti Jakarta Kuartal 1 2025: Stabil Tapi Tetap Seru

0

Kuartal pertama 2025 menunjukkan kalau pasar properti Jakarta lagi berada di fase yang cukup stabil. Nggak ada lonjakan besar, tapi juga nggak lesu-lesu amat. Banyak sektor menunjukkan geliat yang menarik, dari perkantoran sampai apartemen sewa. Cocok buat kamu yang lagi nyari tempat tinggal, mau investasi, atau cuma kepo tren properti terbaru.

Perkantoran: Stabil di Tengah Tren Pindahan

Stok: Selama kuartal ini, nggak ada gedung kantor baru yang selesai dibangun di area CBD Jakarta. Jadi total luas ruang kantor masih tetap di angka 7,4 juta meter persegi. Prediksi sampai akhir 2025 pun belum ada penambahan berarti. Bisa dibilang, pasokan lagi stagnan dulu.

Permintaan: Aktivitas sewa masih ada, walau nggak se-wow dulu. Banyak perusahaan yang mulai pindah kantor (relokasi), cari tempat yang lebih strategis atau hemat. Ada dua transaksi gede yang totalnya sampai 8.500 meter persegi—lumayan. Net absorption (penyerapan bersih) naik 31.400 meter persegi, dan 88% di antaranya adalah kantor kelas A. Alhasil, tingkat hunian naik tipis 0,4% jadi 75,6% di akhir Maret.

Harga: Harga sewa dalam Rupiah naik tipis: base rent naik 0,8%, service charge naik 0,9%. Rata-rata gross rent jadi IDR 266.500/m²/bulan. Tapi kalau dihitung pakai Dolar AS, justru turun 2,3% gara-gara nilai Rupiah yang melemah 2,6% dibanding kuartal sebelumnya.

Ritel: Renovasi dan Merek Mewah Makin Meriah

Stok: Nggak ada mall baru yang buka, tapi ada dua pusat perbelanjaan yang selesai direnovasi: Lippo Mall Nusantara (dulu Plaza Semanggi) dan Epicentrum Walk. Total stok tetap di 4,8 juta meter persegi. Tahun ini diperkirakan bakal ada tambahan 109.400 meter persegi dari proyek-proyek baru.

Permintaan: Tingkat hunian mall turun dikit 0,8% jadi 77,1%. Ini wajar karena ada tambahan space dari hasil renovasi. Tapi, banyak merek baru yang masuk, mulai dari lokal kayak Christy Ng sampai internasional seperti Dickies, Hermès, Loewe, dan Jimmy Choo. Artinya, pasar ritel masih cukup seksi.

Harga: Harga sewa dasar naik 2,3% dibanding tahun lalu, jadi IDR 827.000/m²/bulan. Service charge juga naik tipis 1,1% jadi IDR 198.000/m²/bulan.

Kondominium: Suburban Masih Jadi Primadona

Stok: Ada dua proyek apartemen yang rampung, nambah 1.326 unit ke pasar. Jadi total pasokan di wilayah Jabodetabek kini 395.612 unit. Kenaikan 0,34% secara kuartalan dan 2,6% secara tahunan. Yang baru-baru ini kebanyakan ada di area sekunder, alias di luar pusat kota.

Permintaan: Penyerapan bersih naik 21% dibanding tahun lalu. Segmen menengah jadi favorit, dengan Tangerang dan Jakarta Selatan jadi hotspot penjualan. Tingkat penjualan apartemen ready stock naik jadi 94,3%, sedangkan proyek yang masih dijual di tahap pengembangan turun jadi 59,4%. Artinya, orang lebih suka unit yang udah jadi. Tingkat hunian juga naik 9,5% jadi 64,5%.

Harga: Harga rata-rata naik 3,3% jadi IDR 50,1 juta/m². Area sekunder memimpin dengan kenaikan 4,9%, disusul area primer (3%) dan CBD (2,8%).

LW Design Group Bawa Oase Bergaya Bali ke Jantung Dubai

0

One & Only One Za’abeel Hadirkan F&B Podium Spektakuler yang Menyatukan Ketangguhan Urban dengan Kemewahan Tropis

Dubai. Kota ambisi dan adrenalin. Tapi bahkan di tengah kilau pencakar langit dan deru supercar, manusia tetap butuh tempat untuk melambat—dan di sinilah LW Design Group mengambil peran.

Bekerja sama dengan Kerzner International, mereka meluncurkan F&B podium berkelas dunia di One & Only One Za’abeel, proyek resort urban pertama dari grup One & Only yang mulai beroperasi di 2024. Hasilnya? Sebuah pengalaman multisensorial yang mengguncang standar desain resor urban.

Kolaborasi yang dimulai sejak 2018 ini menjadikan LW Design sebagai aktor utama dalam menghidupkan zona F&B di lantai empat dan lantai 27 resor ini. Hasilnya adalah lanskap visual dan arsitektur yang tak hanya eye-catching, tapi juga penuh karakter: mewah, liar, artistik, dan—yang terpenting—ikonik.

GARDEN POOL: OASE TIGA TINGKAT DI ATAS KEHIDUPAN PERKOTAAN

Tak banyak yang bisa mengubah lantai podium jadi karya seni hidup. Tapi LW Design melakukannya dengan presisi. Terinspirasi dari sawah bertingkat di Bali, The Garden Pool hadir sebagai oase vertikal yang menyatu dengan pemandangan skyline Dubai. Tiga tingkat kolam renang, batu kapur kasar, dinding hijau tropis, dan lorong kayu membawa kamu ke pengalaman visual yang tidak cuma eksotis, tapi juga meditatif.

Pintu ukiran Bali jadi gerbang ke alam baru—tempat di mana tropikalisme bertemu kemewahan. Ini bukan sekadar kolam renang. Ini adalah sanctuary bergaya resort dengan presisi desain yang membuat siapa pun ingin kembali lagi, dan lagi.

Alila Dong’ao Island Zhuhai

0

Pelarian Gaya Jetset ke Pulau Rahasia Tiongkok

Bayangkan ini: lo lepas landas dari Zhuhai naik feri cepat, dan kurang dari satu jam kemudian, lo mendarat di sebuah pulau yang belum banyak dijamah—ombak tenang, tebing hijau, dan sebuah resor mewah berdiri gagah di pinggir laut. Selamat datang di Alila Dong’ao Island Zhuhai—resor pulau pertama dari Alila di Greater China.

Tempat ini bukan sekadar hotel. Ini markas buat lo yang butuh pelarian dari rutinitas, tapi tetap mau hidup dengan gaya.

📍 Di Mana Lokasinya?

Peta Lokasi Alila Dong’ao IslandPulau Dong’ao adalah bagian dari Kepulauan Wanshan, cuma selemparan bot dari Zhuhai. Tempat ini ibarat Bali-nya Tiongkok Selatan—tapi lebih sepi, lebih eksklusif.

🏛️ Desain yang Nggak Mainstream

Ju Bin—desainer top di China—bikin bangunan yang menyatu dengan alam: kanopi bergelombang meniru laut, batu alam di area drop-off, dan jalur jalan yang mengikuti kontur tanah.
Masuk lobi? Langit dan laut langsung menyapa lo tanpa filter. Rasanya kayak teleportasi dari stres ke zen total.

🛏️ Suite Bukan Kaleng-Kaleng

104 suite. Semuanya luas, dimulai dari 86 m².
Jendela tinggi dari lantai ke langit-langit, balkon pribadi, bahkan ada yang punya taman dan kolam renang sendiri. Dua suite rooftop-nya? Satu klasik, satu kontemporer—keduanya punya view laut 270 derajat. Lo tinggal pilih mau gaya “tuan tanah” atau “raja pesta.”

🍽️ Makanannya Gimana?

  • SEASALT – Seafood segar, view outdoor, dan sarapan sehat.
  • HOITONG – Masakan Kanton otentik dari dapur terbuka, semua bahan dari kebun sendiri dan petani lokal.
  • CHUN Bar – Tempat yang tepat buat afternoon tea, atau duduk santai sambil nge-cocktail saat matahari turun, ditemani suara singing bowl yang bikin kepala plong.

💆 Relaks Maksimal

Spa Alila punya semua alat tempur buat lo recharge:

  • 4 ruang perawatan
  • Sauna & hammam
  • Ruang garam Himalaya
  • Kolam vitality dengan view laut

Jangan skip “Moonlight Stone Soothing Treatment”—pijat pakai batu moonstone buat ngebenerin aliran energi dan bikin badan rileks level dewa.

Amanzoe Bangkit Lagi, Liburan 2025 Bakal Makin Gila

0

Bayangin lo berdiri di atas bukit sunyi Peloponnese, Laut Aegea membentang sejauh mata memandang, angin musim semi ngebelai rambut lo… Selamat datang di Amanzoe, resor yang bikin definisi liburan lo naik kelas — serius naik kelas. Untuk musim 2025, Amanzoe enggak main-main: pengalaman baru, sensasi baru, dan kenangan yang mungkin bakal lo ceritain seumur hidup.

Bebas Stress, Nikmat Maksimal

Kalau hidup lo lately penuh drama, spa di Amanzoe siap buang semua beban itu jauh-jauh. Paket baru, Ultimate Couple’s Escape, ngasih lo dan pasangan akses privat ke kolam hangat, steam room, snack sehat, dan sentuhan pijatan personal 60 menit. Ini bukan sekadar relaksasi, ini therapy buat hati, badan, dan (mungkin) chemistry lo berdua.

Pengen lebih hardcore? Mantan ratu tenis Maria Sharapova ngajak lo ikutan program Building Mental Resilience — kombinasi workout ala Spartan, sesi hitting bareng pelatih tenis pro, dan meditasi chanting atau trataka yang nembus ke jiwa. Ending-nya? Stretching brutal, cold plunge yang bikin badan lo berteriak, lalu ditutup dengan Thai massage yang bikin lo kayak baru lahir lagi.

Main Keras di Darat dan Laut

Cuaca spring? Sempurna buat ngetes adrenalin. Amanzoe punya trek hiking dan cycling baru yang ngebelah hutan dan garis pantai di Ermioni. Gampang? Ada. Berat? Ada. Lo tinggal pilih seberapa liar lo mau.

Kalau lo lebih anak laut, armada yacht Amanzoe udah dipoles habis. Princess V50, Princess 45 Flybridge, Pershing 62 — semua siap bawa lo island hopping ke surga tersembunyi. Mau snorkeling di teluk rahasia? Mau minum champagne sambil cruising? Mau dinner dadakan di pulau kosong? Lo bisa.

Pulau Spetses yang bebas mobil dan penuh kereta kuda? Hydra yang isinya restoran kece dan vibe artsy? Lo tentuin sendiri game-nya. Bahkan buat momen spesial, Amanzoe siap bikinin lo picnic pribadi di spot yang cuma lo doang yang tahu.

Family? Boleh, Asal Gaya

Kalau lo bawa keluarga, Amanzoe tetap keren. Vila-vilanya — karya maestro Ed Tuttle — makin banyak pilihan. Mau satu kamar, mau sembilan, semua dikemas dengan kolam renang pribadi, taman super lega, dan staf pribadi yang ngurus semua. Tahun ini, ada tambahan vila tiga kamar buat yang datang rombongan.

Buat bocil-bocil? Ada Family Experience Guide baru. Mereka bisa nanem tanaman, ngebentuk tanah liat, joget ala Greek, kunjungan ke farm, sampai yoga santai buat anak-anak. Jadi, anak happy, bapak ibu bisa ngilang bentar buat adult time.