Home Blog Page 5

Regent Bali Canggu: Pelarian yang Disusun dengan Presisi

0

Di dunia yang terus bergerak, kadang yang kita butuhkan bukanlah pelarian, tapi ruang. Sebuah tempat yang tidak hanya memberi jarak dari rutinitas, tapi juga mendekatkan kita pada esensi. Di sinilah Regent Bali Canggu hadir — bukan sebagai resort, tapi sebagai panggung untuk pengalaman yang dirancang dengan kesadaran.

Keindahan yang Bersuara Pelan, Tapi Menancap Tajam

Terletak di garis pantai Canggu yang terkenal dengan pantulan cahaya senja dan deru ombak yang tidak pernah selesai, Regent Bali Canggu bukan sekadar tempat menginap. Ia adalah deklarasi rasa — kemewahan yang tidak berisik, estetika yang tidak memohon perhatian.

Bacaan Menarik: Wine Not? Cerita, Rasa, dan Gaya Hidup di Balik Segelas Anggur

Dari suite berdesain kontemporer hingga kuliner yang berbicara bahasa rasa dan warisan, setiap sudut adalah hasil kolaborasi antara arsitektur global, jiwa lokal, dan dedikasi terhadap detail.

Menikah di Tepi Samudra: Bukan Sekadar Janji, Tapi Cerita yang Dirayakan

Untuk mereka yang ingin menandai awal dengan sesuatu yang tak biasa, Regent menyajikan rangkaian paket pernikahan yang tak hanya indah, tapi juga emosional secara personal.

  • Oceanfront Vows – intimate dan elegan, untuk sepuluh tamu, IDR 95 juta++
  • Beyond Vows Celebration – perpaduan alam dan arsitektur untuk 50 tamu, IDR 398 juta++
  • 100-pax Package – pernikahan berskala besar tanpa kehilangan sentuhan personal, IDR 535 juta++

Setiap detail ditata dengan cermat: dari upacara matahari terbenam hingga resepsi di bawah bintang. Tahun 2026, kehadiran Regent Ballroom akan memperluas kemungkinan — untuk mereka yang ingin momen sakral dengan nuansa lebih formal, tanpa kehilangan jiwa.

The Regent Club: Ritual Keseharian yang Tidak Semua Bisa Nikmati

Tersembunyi di dalam resort, Regent Club adalah ruang bagi mereka yang menghargai keintiman dan pelayanan tak terlihat tapi terasa. Dari check-in pribadi, infinity pool eksklusif, hingga Afternoon Tea yang lebih mirip pengalaman seni kuliner, semuanya menyatu dalam tempo yang tenang tapi mengikat.

Aperol Sunset Festival 2025

0

Karena Bali nggak pernah setengah-setengah soal sunset — begitu juga koktailmu.

Aperol balik lagi ke Bali, kali ini nggak cuma ngejar summer, tapi langsung ngegas ke sunset. Festival yang dulu dikenal sebagai Aperol Summer Festival sekarang lahir lagi jadi Aperol Sunset Festival, siap bikin enam minggu penuh Bali glowing dari 18 Juli sampai 31 Agustus 2025. Anggap aja ini 42 hari alasan sah buat nikmatin koktail oranye paling seksi sambil nonton matahari pamer.

Setelah dua tahun sukses bikin summer party yang penuh spritz dan senyum, Aperol mutusin fokus ke yang Bali paling jago: sunset yang bisa bikin turis veteran pun diam terpukau. Warga lokal ngatur jadwal sore demi ini. Wisatawan booking tempat dari jauh-jauh hari. Sekarang, Aperol bungkus semuanya jadi festival di mana tiap sore pantas dirayain dengan cheers.

Bacaan Menarik: Wine Not? Cerita, Rasa, dan Gaya Hidup di Balik Segelas Anggur

The Signature Glow

Bintang utamanya jelas: Aperol Spritz — sering disebut sunset dalam gelas. Dibikin dari 3 part Prosecco, 2 part Aperol, 1 part soda, plus seiris jeruk segar. Rasanya ringan, sedikit pahit-manis, cukup alkohol buat ngingetin hidup ini nikmat.

Tahun ini, festivalnya tersebar di 25 venue terpilih, mulai dari beach lounge tempat kaki tenggelam di pasir sampai bar tebing yang nyajiin view laut bikin lupa mantan. Setiap spot bawa suasana, musik, makanan, dan pastinya segelas Aperol Spritz yang glowing.

The Lineup — Musik, Senja, Party

Selain daily vibes, ada enam pesta utama yang siap ngangkat mood. Dimulai 18 Juli di Alila Seminyak, lengkap dengan DJ, instalasi ikonik Aperol (Vespa & kombi van tetap jadi magnet), dan menu spesial buat sesi spritz. Setelah itu lanjut ke:

  • Finns Beach Club (1-7 Agustus)
  • W Seminyak (10 Agustus)
  • Café del Mar (15 Agustus)
  • Ku De Ta (22 Agustus)
  • Sundays Beach Club (31 Agustus) — penutup dengan sunset farewell party.

Here Gene Gak Punya Website?

0

Kenapa Kamu Harus Mulai Bangun dari Sekarang

Punya bisnis di era digital itu ibarat berdiri di panggung runway — semua mata bisa tertuju padamu dalam hitungan detik, tapi juga bisa lupa secepat itu kalau kamu nggak punya fondasi yang kuat. Lewat eBook terbarunya, Burhan Abe dengan ringan tapi tajam mengajak kita berpikir ulang: apakah kita sudah benar-benar mempersiapkan panggung digital sendiri, atau cuma nebeng di panggung orang lain?

Buku ini terasa personal karena Burhan menulisnya bukan dari menara gading. Dia bicara dengan bahasa sehari-hari, membedah realitas sederhana: kita semua sibuk di IG dan TikTok, ngejar likes dan views, tapi lupa satu hal — kita nggak pernah punya platform itu. Medsos bisa hilang kapan saja, sementara website adalah rumah digital kita sendiri. Tempat orang bisa datang kapan saja, tempat brand kita tampil utuh, tanpa takut aturan algoritma yang berubah tiap Senin.

Bisa diunduh di SINI ya.

Yang paling menarik, eBook ini nggak cuma menakut-nakuti. Ada banyak insight praktis: mulai dari berapa sih sebenarnya biaya punya website (yang ternyata sering lebih murah dari ngopi cantik dua kali), sampai tips bikin websitemu terus hidup dan jadi magnet leads — bukan sekadar brosur online yang sepi.

Buat kamu yang lagi serius menata brand, UMKM yang ingin naik kelas, atau bahkan freelancer yang ingin personal branding lebih kredibel, buku ini bisa jadi wake up call yang elegan tapi menggelitik. (Reyhan Fabiano)

👉 Unduh dan baca lengkapnya di sini: Website Bukan Lagi Opsi, Tapi Kebutuhan

Alila Seminyak: Ketika Santap Pesisir Naik Level Jadi Gaya Hidup

0

Bayangkan: makan malam di tepian laut Bali, angin hangat mengusap kulit, ditemani segelas cocktail yang menggoda. Alila Seminyak tahu persis bagaimana meracik momen itu jadi lebih dari sekadar makan — tapi sebuah statement.

Di jantungnya, ada Seasalt, restoran yang nggak hanya menggoda lidah, tapi juga membungkus cerita tentang keberlanjutan, rasa hormat pada bahan lokal, dan sedikit sentuhan global yang membuatnya makin seksi. Sejak 2023, Seasalt membawa nuansa Nikkei — fusion Jepang-Peru yang tajam, segar, tapi tetap elegan.

Ngulik Cara Kerja IG dan FB: Algoritma Bukan Musuhmu

Chef Hazwan, sang Executive Sous Chef, memimpin dengan satu prinsip: cerita harus lahir dari bahan. Semua dipilih musiman, diolah total tanpa sisahambur, dan dihormati sesuai musimnya. Nggak heran kalau menunya terus berganti setiap tiga bulan, mengikuti apa yang ditawarkan alam. Dari Barramundi Kusamba bersalut garam yang menggigit, sampai 72-hour Wagyu Short Rib yang lumer nakal di mulut — ini bukan sekadar makan, tapi eksplorasi rasa yang menghormati Bali dan sedikit nakal mengundang rasa ingin tahu.

Seasalt juga nggak main-main soal zero waste. Kulit semangka? Disulap jadi pickle yang segar. Buah tropis yang sedikit memar? Disihir jadi selai mewah. Hasilnya? Limbah makanan per tamu turun sampai 34%. Jadi ya, di sini, makan enak sambil merasa sedikit lebih bertanggung jawab itu benar-benar mungkin.

Dan jangan lupakan jiwanya: garam laut Kusamba. Dipanen manual di pantai timur Bali, garam ini hadir setiap malam lewat Seasalt Ritual — sepotong roti hangat dan garam yang ditaburkan dengan sakral. Simpel tapi dalam, mengikat tamu dengan rasa pulau ini sejak gigitan pertama.

Ada juga inovasi sensual mereka: caviar salt bikinan sendiri. Telur ikan diolah perlahan, jadi bumbu asin lembut yang menambah kedalaman rasa — bukti kalau di Seasalt, setiap inci bahan punya potensi yang dihormati (dan dieksploitasi dengan cara yang lezat).

Must Read Book: Shaken, Not Stirred: The Martini Manifesto

Dengan mantra “Involve, Implement, Inspire,” Seasalt merangkul petani, nelayan, sampai pengrajin Bali. Dari pasar Kedonganan yang riuh, ke kopi single origin, ke keju lokal yang dirawat penuh gairah — semuanya punya kisah yang menjadikan setiap gigitan bukan cuma lezat, tapi juga punya akar.

Pada akhirnya, Seasalt lebih dari sekadar restoran. Ini adalah panggung modern untuk gaya hidup pesisir yang santai tapi sophisticated. Lima menu dalam Signature Journey, pesta grill di bawah bulan, atau sarapan santai di tepi kolam infinity — semuanya menyatu dalam satu benang merah: memanjakan indera dengan tujuan yang jelas.

Di Alila Seminyak, makan bukan cuma soal kenyang — tapi tentang gaya, rasa hormat pada bumi, dan diam-diam bikin kita ingin terus kembali. (*)

Stop Drama Sama Algoritma!

0

📚 Resensi Buku “Algoritma Bukan Musuhmu” — Burhan Abe

Kalau kamu masih sering ngeluh: “Kenapa reach IG gue anjlok?” atau “Kok iklan FB boncos mulu sih?” Mungkin saatnya kamu baca buku “Algoritma Bukan Musuhmu: Ngulik Cara Kerja Instagram & Facebook Biar Kontenmu Disukau (dan Dibeli)” karya Burhan Abe ini.

Buku ini ngebahas tuntas — tapi santai dan kadang nyelekit — soal cara kerja algoritma Instagram & Facebook biar kita gak terus-terusan playing victim.

😅 Kenapa buku ini beda?

Karena ditulis dengan gaya ngocol, sinis, tapi penuh insight praktis. Gak pake teori njelimet, langsung to the point:

✅ Kenapa algoritma sering dibilang jahat padahal cuma jalan sesuai data.
✅ Cara bikin konten yang disukain algoritma & audience.
✅ Tips ngiklan biar gak boncos, termasuk cara nyusun campaign & split test.
✅ Gimana jaga relationship sama algoritma (iya, dia butuh perhatian juga).
✅ Plus prediksi masa depan algoritma & AI supaya kamu gak kudet.

Bisa diunduh di SINI ya.

🔍 Buat siapa buku ini?

📌 Buat pebisnis UMKM yang pengen naikin penjualan lewat Instagram & Facebook.
📌 Buat content creator, freelancer social media, atau admin olshop yang masih sering stres liat reach drop.
📌 Buat siapapun yang pengen ngerti digital marketing dengan cara fun, gak ngebosenin, tapi tetep kena.

🚀 Singkatnya?

Ini buku bukan cuma ngajarin cara main IG & FB supaya rame, tapi juga ngajarin kamu gimana ngasih makan algoritma dengan data & konten yang tepat — supaya dia bantuin jualan kamu, bukan malah ninggalin kamu sendiri di pojokan feed.

📥 Download dan baca di sini: 👉 Algoritma Bukan Musuhmu

(Ayen G. Manus)

Kolam-kolam Paling Majestik: Mahkota Keindahan Aman Resort

0

Bicara soal liburan mewah yang benar-benar bisa bikin kamu lupa dunia, sulit rasanya menyaingi pesona Aman. Selama lebih dari tiga dekade, Aman sudah memanjakan tamunya dengan pengalaman menginap ultra-privat, desain arsitektur yang seolah menyatu dengan alam, plus pelayanan yang nyaris telepati. Tapi ada satu elemen yang sering jadi bintang diam-diam di setiap propertinya: kolam renang mereka yang super ikonik.

Di Aman, kolam renang bukan cuma tempat nyebur atau nge-float cantik pakai flamingo. Setiap kolam adalah karya seni — mulai dari yang mengitari batu purba jutaan tahun, sampai yang menjuntai dramatis di tebing dengan view laut lepas. Siap-siap jatuh cinta (dan iri berat).

Coffee Break! Ketika Bisnis, Budaya, dan Gaya Hidup Berkolaborasi dalam Secangkir Kopi

Aman Nai Lert Bangkok, Thailand

Mau kabur dari riuhnya Bangkok? Aman Nai Lert Bangkok hadir sebagai oasis modern di jantung kota, tepat di dalam taman legendaris Nai Lert Park. Kolam outdoor 25 meter-nya dikelilingi pepohonan tropis yang adem banget, lengkap dengan skyline Bangkok di kejauhan. Tinggal nyemplung, lalu lanjut spa atau hydrotherapy, stres kota dijamin hilang entah ke mana.

Amanpuri, Thailand

Inilah “rumah pertama” Aman — Amanpuri di Phuket — yang jadi cetak biru semua properti Aman setelahnya. Di sinilah kamu bakal nemu kolam 27 meter berubin hitam yang dramatis banget, menghadap langsung ke Laut Andaman, dikelilingi pohon kelapa dan paviliun khas Thailand. Tempat sempurna buat afternoon nap atau sekadar rebahan cantik sambil nunggu sunset.

Amanruya, Turki

Amanruya, Turkey – Main Swimming Pool

Amanruya di Bodrum Peninsula terinspirasi desa-desa Ottoman, dengan kolam infinity 50 meter berwarna hijau zamrud yang terbuat dari marmer Antalya — literally looks like liquid emerald. Mengalir santai di samping kebun zaitun dengan Aegean Sea nun jauh di sana, setiap sudutnya estetis banget. Bahkan setiap pavilion punya private pool sendiri buat morning dip yang super intim.

📖 Scroll, Post, Cash Out!

0

Catatan Kecil Buat Kamu yang Mau Threads Jadi Lebih dari Sekadar Scroll-Scroll

Di zaman serba digital ini, kita semua — mau itu pebisnis, freelancer, ibu rumah tangga, atau profesional kantoran — hampir pasti punya satu kebiasaan sama: scrolling. Scroll di kasur sebelum tidur, scroll sambil ngopi pagi, scroll waktu nunggu anak les, scroll di sela meeting.

Tapi sayangnya, kebanyakan cuma berhenti di situ. Scroll ➔ like ➔ ketawa dikit ➔ lupa. Padahal, kalau mau, kebiasaan sepele ini bisa banget jadi mesin kecil penghasil transferan.

Lewat buku Scroll, Post, Cash Out! ini, saya ngajak kamu melihat Threads — platform baru Meta yang ramai dibicarakan itu — bukan cuma sebagai tempat update keluhan hidup atau repost meme, tapi juga sebagai tempat bangun personal brand, promosi usaha kecil, sampai nambah cuan buat tabungan keluarga.

Unduh di SINI ya.

Buku ini ditulis dengan gaya santai, to the point, bahkan kadang sengaja nyelekit — karena saya pengin pembacanya gak cuma merasa “terinspirasi”, tapi beneran gerak. Mulai dari ngerti cara kerja algoritma, bikin konten simpel tapi nancep, sampai tips gimana ngebangun loyalitas biar followers gak cuma numpang lewat.

Buat Siapa Buku Ini?

Buat kamu yang…
✅ Lagi mulai jualan kecil-kecilan dari rumah,
✅ Punya mimpi suatu hari brand sendiri bisa lebih dikenal,
✅ Atau yang simply pengin medsosnya lebih produktif daripada cuma tempat gosip.

Kenapa Saya Tulis Buku Ini?

Karena saya sering banget lihat potensi luar biasa dari banyak orang — tapi sayangnya berhenti di keraguan. Padahal modalnya sederhana: jempol + konsistensi. Kalau kamu penasaran, buku ini bisa kamu download dan baca praktis dari HP di sini: 👉 Scroll, Post, Cash Out!

Siapa tau nanti, scrolling sambil rebahan gak lagi cuma bikin lupa waktu — tapi juga bikin saldo nambah pelan-pelan. (Abe)

Spice by Blake Resmi Dibuka di Ubud

0

Cita Rasa Indonesia dengan Sentuhan Modern yang Chic — Destinasi Kuliner Baru yang Kamu Nggak Boleh Lewatkan di Bali

Calling all foodies (and cocktail junkies)! Ada kabar panas dari jantung Ubud yang siap bikin kamu booking tiket ke Bali secepatnya. Spice by Blake, restoran terbaru dari Chef Blake Thornley — si genius di balik Mozaic — akhirnya resmi buka pintu. Dan percayalah, ini bukan sekadar tempat makan, tapi petualangan rasa Indonesia dalam versi yang totally unexpected.

Rasa Nusantara, Tapi Naik Kelas (Banget)

Spice by Blake adalah interpretasi kuliner Indonesia yang berani, playful, sekaligus sophisticated. Hidangan di sini tetap berakar pada warisan Nusantara, tapi ditata ulang dengan kepribadian yang beda, plating yang cantik, dan rasa yang dijamin bikin kamu ingin posting dulu sebelum makan.

Must Read Book: Bali: The Little Black Book

Chef Blake bilang, “Kami ingin menyajikan kuliner Indonesia dengan cara pandang yang baru — mengeksplor rasa-rasa familiar tapi lewat pendekatan yang nggak biasa, dalam suasana santai tanpa kesan kaku.”

Mission accomplished, Chef.

Menu yang Siap Menggoda Selera (dan Feed Instagram Kamu)

Beberapa highlight yang WAJIB kamu coba:

✨ Beef cheek rendang style — pipi sapi empuk slow-cooked dengan rempah rendang, meleleh di mulut.
✨ Kingfish dengan pomelo & saus rujak — fresh, tangy, dengan sentuhan rasa street food Ubud yang elevated.
✨ BBQ baby back pork ribs dengan urab kelapa & kacang panjang — smoky, juicy, tropical.
✨ Black cod belimbing tomat bumbu pepes — dimasak dalam daun pisang, burst of flavors yang otentik sekaligus modern.

Dan yes, semua bahan di Spice by Blake local & seasonal, totally sustainable. Good for your palate, good for the planet.

Bos Santai, AI Kerja Rodi: Cuan Digital Tanpa Drama

0

Sebagai orang yang biasa membaca laporan laba rugi sambil ngopi overpriced di coffee shop, saya skeptis tiap ada buku yang bilang “AI bisa bantu kamu kaya.” Kebanyakan terlalu dramatis, menumpuk kata “disruptif” di setiap paragraf, lalu menutupnya dengan CTA kursus jutaan.

Tapi buku “AI Jadi Asisten, Kamu Jadi Bos” karya Burhan Abe ini beda. Pertama, bahasanya santai—bahkan kadang kayak stand-up open mic: nyeletuk, ngatain kita yang doyan rebahan, lalu mengolok rasa malas belajar tools baru. Ini lebih terasa kayak punya teman sinis tapi sayang, yang akan ngomel kalau kita nggak ngapa-ngapain.

Burhan mengurai sederhana bagaimana memaksa AI kerja rodi untuk kita:

  • ChatGPT dijadiin tukang ketik caption & draft ebook,
  • Canva AI disuruh jadi desainer bayaran rendah (karena literally murah banget),
  • Midjourney & DALL·E dipekerjakan bikin ilustrasi produk yang ujungnya akan kita jual lagi.

Hasilnya? Dalam buku ini, proses bikin konten, naikin followers, sampe ngeluarin produk digital pertama terasa kayak game simulasi ringan, bukan proyek startup yang butuh investor puluhan miliar.

Yang paling saya suka, Abe menekankan satu hal penting: AI boleh pintar, tapi nggak bisa ngide. Ide tetap lahir dari rasa gelisah, penasaran, atau kadang insomnia tengah malam — sesuatu yang belum ada algoritma bisa replika.

Ada satu quote yang kena banget di saya: “AI itu asisten. Ide tetap harus datang dari kepala (dan sedikit kegelisahan) kamu sendiri.”

Donlod di SINI ya.

Di dunia bisnis, kita sering terpukau tools baru lalu ngikut tren buta-buta. Buku ini justru menampar pelan: AI hanya alat, bukan dewa penentu omzet. Sukses digital tetap butuh rasa, naluri, dan berani ambil keputusan saat data belum lengkap.

Bottom line?
Kalau kamu pebisnis, freelancer, atau karyawan kantoran yang secretly mau punya side hustle biar someday bilang “bye boss!”, buku ini layak dibaca. Murah, praktis, dan nggak menggurui — cocok buat kamu yang senang mikir tajam tapi tetap mau ketawa. (Ayen G. Manus)

📥 Linknya di sini, sebelum AI ngambil semua kerjaan kita beneran: 👉 AI Jadi Asisten, Kamu Jadi Bos

Raise Your Glass: Wine, Duck, & Decadence di PRU Phuket

0

Lupakan dinner standar. Kalau mau memanjakan lidah (dan sedikit memuaskan ego), tandai tanggal ini: 15 Juli 2025.

Di malam itu, PRU—satu-satunya restoran Michelin-star di Phuket—akan berkolaborasi dengan Château Palmer, salah satu nama paling hot dari Bordeaux. Ditambah sokongan The Wine Merchant, acara ini ibarat main course-nya para bon vivant sejati.

Berlokasi di samping megahnya Trisara Resort, PRU digawangi Chef Jimmy Ophorst. Dia bukan chef biasa. Filosofi community-to-fork-nya bikin semua hidangan terasa personal, intimate, dan yang paling penting: asli. Mereka nanam sendiri di kebun Pru Jampa, lalu memadukannya dengan hasil bumi dan tangan dingin pengrajin lokal. Jadi apa pun yang Anda makan malam ini, bukan cuma lezat—tapi punya cerita (yang bisa Anda pamerkan).

Warm-Up: Champagne, Flirt & Kanape

Malam dimulai classy. Champagne dingin & kanape, ditemani suasana lounge yang cocok buat flirting ringan sebelum jamuan serius dimulai. Ini saatnya pull out your best charm — because who knows?

Baca juga: Segelas Cerita, Secuil Gaya Hidup

Six Plates, Six Bottles, Zero Regret

Setelah itu, petualangan rasa benar-benar dimulai. Siap-siap lidah (dan hati) terpukau oleh enam pairing yang dirancang bikin mabuk, dalam arti harfiah maupun metaforis.

  • King of the Fruits x Alter Ego de Palmer 2019
    Segar, tropis, juicy—kayak summer fling yang baru mulai. Wine ini lembut tapi punya punch dark berries & violet.
  • Mackerel & Lada Makhwaen x Château Palmer 2017
    Mackerel yang spicy, ketemu red plum & floral notes. Sedikit edgy, pas buat Anda yang suka tantangan.
  • Akar Teratai & Terasi x Château Palmer 2009
    Umami nendang, wine-nya kaya black fruit & dark chocolate. Seductive? Damn right.
  • Cumi & Keju Biru x Château Palmer 2007
    Ini pairing nakal. Cumi lembut plus keju biru funky, dilengkapi cedar, tobacco & mawar kering. Untuk lidah yang doyan petualangan.
  • Bebek Tua & Asam Jawa x Château Palmer 2005
    Bebek tua yang juicy & dalam, pas banget sama cassis, truffle & graphite. A classic with dirty undertones.
  • Mariam Plum & Nanas Phuket
    Sweet ending — ringan, playful, bikin siap lanjut (ke mana saja).